Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

400 Nyawa Palestina dan Pesta Kematian Israel

May 9, 2025 17:32
IMG-20250509-WA0002

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Empat ratus nyawa manusia telah direnggut dalam satu hari. Bukan nyawa semut yang terinjak di trotoar. Bukan nyawa kucing liar yang tersesat di jalan raya. Tapi nyawa manusia-manusia yang lahir dari rahim ibu, yang punya nama, wajah, dan harapan. Empat ratus anak-anak, ibu, ayah, dan kakek-nenek, dibumihanguskan oleh satu negara yang mengklaim diri sebagai bangsa pilihan Tuhan, tapi menjelma mesin pembantai paling rakus dalam sejarah modern, Israel.

Tanggal 18 Maret 2025 seharusnya jadi hari biasa. Tapi langit Gaza tak pernah tahu arti “biasa.” Di sanalah Israel mengirim bom-bomnya, bukan dengan ragu, tapi dengan semangat seperti menyiram bunga di taman. Kota Gaza, Khan Younis, Rafah, hingga kamp pengungsi Jabalia, tempat orang-orang lari dari maut, malah menjadi altar pengorbanan. Tubuh-tubuh berserakan, sebagian terkubur di reruntuhan, sebagian hangus terbakar. Ibu-ibu kehilangan anak, anak-anak kehilangan dunia, dan dunia kehilangan akalnya.

Ketika kami menunggu dunia menangis, kami malah mendengar suara dingin Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dengan bangga berkata: “Ini baru permulaan.”
Permulaan dari apa?Permulaan dari pemurnian etnis yang kalian sangkal tapi lakukan dengan penuh semangat? Permulaan dari proyek Zion yang haus darah, yang tak akan berhenti sampai Gaza menjadi gurun bisu tanpa saksi?

Negosiasi gencatan senjata telah gagal, katanya. Maka jawaban Israel adalah api. Maka diplomasi mereka adalah rudal. Dunia? Dunia kembali bermain dalam peran lamanya sebagai penonton bisu, komentator sopan yang mengutuk di depan kamera lalu tersenyum saat iklan masuk.

Reaksi global, seperti biasa, terbelah oleh kemunafikan. Negara-negara Arab dan Eropa mengecam, mencicit dalam bahasa diplomatik yang tak punya gigi. Mereka menyerukan gencatan senjata, menyuruh Israel “menahan diri,” seolah-olah Israel adalah anak kecil yang tantrum, bukan predator negara yang sadar penuh sedang membantai. PBB? Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyatakan “keprihatinan mendalam.” Frasa itu sudah terlalu basi untuk bisa membendung darah. Sementara Amerika Serikat dengan bangga menyatakan dukungan. Mereka menyalahkan Hamas, menyalahkan eskalasi, menyalahkan semua kecuali fakta bahwa uang mereka, senjata mereka, dan veto mereka di PBB adalah bahan bakar pembantaian ini.

Tak heran jika Hamas menyebut ini sebagai pembatalan sepihak atas gencatan senjata. Karena apa lagi yang bisa dikatakan ketika lawan bicara dalam perundingan menjawab dengan misil? Ketika satu pihak membawa kata, dan pihak lain membawa senjata pemusnah?

Di tengah semua ini, Indonesia berdiri sebagai satu dari sedikit suara yang masih punya hati. Presiden Prabowo Subianto mengecam keras, dan menyerukan penghentian kekerasan. Tapi kata-kata di podium tidak cukup untuk menahan runtuhnya bangunan yang menimpa anak-anak. Tidak cukup untuk menghentikan air mata ibu-ibu di Rafah yang menggali kubur kecil dari reruntuhan. MUI bahkan lebih tegas, menyebut ini kolaborasi busuk Amerika-Israel, dan menyerukan jihad global. Jihad bukan sekadar perang, tapi jihad diplomatik, ekonomi, kemanusiaan. Karena perlawanan di zaman ini tidak hanya di parit dan ladang ranjau, tapi di forum internasional, di siaran berita, di setiap tangan yang menulis kebenaran dan menolak tunduk.

Namun dunia tetap diam. Diam, dalam tragedi seperti ini, bukan netralitas, itu kolusi. Diam adalah bentuk paling jahat dari keterlibatan.

Ini bukan konflik. Ini bukan perang biasa. Ini adalah genosida dalam siaran langsung. Ini adalah pembersihan etnis dengan endorsement kekuatan global. Gaza bukan hanya sedang dibom, ia sedang dilenyapkan. Bukan hanya dari peta, tapi dari ingatan, dari sejarah, dari nurani dunia.

Kalau empat ratus nyawa hari ini tak cukup membuatmu marah, tunggu sampai angka itu menjadi empat ribu, lalu empat puluh ribu. Karena mereka tidak akan berhenti. Karena yang mereka lawan bukan teroris. Tapi eksistensi. Mereka ingin Palestina hilang, dan kita semua menjadi saksi yang bungkam.

Maka jadilah manusia. Jangan menjadi penonton di stadion pembantaian. Jangan biarkan anak-anak Gaza mati dua kali, pertama oleh bom, kedua oleh lupa. (*)

#camanewak