HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Air Mata Wipawee, Kawan Mega

February 8, 2025 13:07
IMG-20250208-WA0033

Ilustrasi : Wak Rojam
Penulis : Rosadi Jamani

HATIPENA.COM – Malam itu, langit seolah menangis bersama Wipawee Srithong. Angin berbisik pilu, membawa kabar duka yang tak terduga. Pemain berdarah Thailand itu, yang biasanya menjadi pilar kekuatan Hyundai Hillstate. Kini, ia hanya bisa terduduk di pinggir lapangan. Dua tongkat menjadi penopang hidupnya. Dua asisten pelatih memapahnya perlahan, langkahnya berat, seperti beban hidup yang tiba-tiba menimpanya. Mobil itu menunggu, siap membawanya jauh dari lapangan. Jauh dari mimpi. Jauh dari segalanya.

Saat sebelum cedera menghampiri, ia spiker ganas. Spikenya sukses, hasilkan poin. Namun, pendaratan kakinya salah. Dalam sekejap, segalanya berubah. Wipawee terjatuh. Tangannya memegangi lutut, wajahnya mengerut kesakitan. Suara gemuruh penonton tiba-tiba hilang, digantikan oleh sunyi yang menyakitkan.

Wipawee merintih. Ia ditandu. Ditepikan di pinggir lapangan. Semua terkesima. Semua haru dan empati. Seorang pendekar roboh dalam pertempuran.

Hyundai Hillstate, juara bertahan, kini harus berjuang tanpa sang bintang. Pelatih Kang Sung Hyung hanya bisa menghela napas. Otaknya berputar, mencari solusi. Tapi, siapa yang bisa menggantikan Wipawee? Siapa yang bisa mengisi kekosongan itu?

Di pinggir lapangan, Wipawee duduk. Matanya berkaca-kaca, tangannya mengepal. Ingin kembali. Ingin bertarung. Tapi tubuhnya tak lagi mendukung. Ia hanya bisa menatap. Menatap kawan-kawannya berjuang. Menatap mimpi yang perlahan menjauh.

Megawati Hangestri Pertiwi, teman sekaligus rivalnya dari Red Sparks, juga merasakan duka ini. Sebagai teman, hatinya hancur melihat Wipawee terluka. Sebagai kompetitor, ini keuntungan. Tapi, keuntungan yang terasa pahit. Mega tahu, tanpa Wipawee, Hillstate bukanlah Hillstate yang sama. Tapi, ia tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa berdoa. Berdoa agar Wipawee cepat pulih.

Red Sparks, tim yang sedang mengejar Hillstate di klasemen, hanya terpaut tiga poin. Pertandingan kandang melawan Hillstate akan menjadi penentu. Tapi, tanpa Wipawee, apakah Hillstate masih sekuat dulu? Pertanyaan itu menggantung, seperti awan gelap yang siap menurunkan hujan.

Wipawee Srithong, pemain kelahiran 15 Januari 1998, kini hanya bisa beristirahat. Tingginya 178 cm, beratnya 65 kg. Spike 305 cm, block 290 cm. Angka-angka itu kini tak berarti. Yang ada hanya rasa sakit. Rasa sakit yang tak hanya fisik, tapi juga batin.

Malam itu, 7 Februari 2025, menjadi malam yang takkan pernah ia lupakan.

Kini, Wipawee hanya bisa menatap langit. Menatap bintang-bintang yang seolah mengejeknya. Mimpi yang begitu dekat, tiba-tiba menjauh. Tapi, dalam hatinya, api itu masih menyala. Api semangat. Api tekad. Ia akan kembali. Ia pasti kembali.

Air matanya jatuh, menetes pelan. Tapi, di balik air mata itu, ada tekad yang membara. Wipawee Srithong tak akan menyerah. Ia akan bangkit. Kembali ke lapangan. Kembali ke mimpinya.

Dunia voli menunggu. Menunggu sang bintang kembali bersinar. Walau ia Mega, di luar ia adalah kawan Mega, kawan satu Asia Tenggara. (*) #camanewak

*) Ketua Satupena Kalbar