Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Akhir Ideologi Pancasila Is Me? *

May 31, 2025 10:06
IMG-20250531-WA0041

Oleh ReO Fiksiwan

“Kapitalisme, katanya, sistem di mana manusia mengeksploitasi manusia lainnya. Dan komunisme, vice versa”.

HATIPENA.COM – Seseorang cukup beralih ke mesin penjual ideologis, dan keluarlah formula yang telah disiapkan.” — Daniel Bell (1919-2011), The End of Ideology (1960).

Dekade 1960, Daniel Bell, sosiolog Amerika, menerbitkan buku, The End of Ideology, yang memicu perdebatan luas tentang peran ideologi dalam masyarakat modern.

Menurut Bell, dengan argumen-argumen logis dan faktual, ideologi-ideologi besar yang mendominasi abad ke-19 dan awal abad ke-20, seperti Marxisme dan liberalisme, telah kehilangan relevansi dan kekuatannya dalam masyarakat pasca-perang.

Dari perspektif Bell, kritiknya atas ideologi-ideologi besar tersebut tak lagi relevan dengan alasan-alasan berikut:

/1/ Terbukti, ideologi-ideologi tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah politik sosial, ekonomi dan budaya (SosEkBud) yang kompleks.

Contoh kini dan anyar, sila kelima Pancasila, keadilan sosial, kini hanya mampu memroduksi tingkat pengangguran terbuka (TPT) Gen Z di Sulut tertinggi secara nasional (17,38%) di atas Papua Barat Daya(16,44%). Bahkan PHK masal.

/2/ Ideologi-ideologi tersebut, termasuk Pancasila, telah terperangkap pada dogmatisme dan kehilangan relevansi dan adaptsi dengan perubahan politik SosEkBud yang disrupsi.

/3/ Ideologi-ideologi tersebut telah kehilangan kemampuan untuk memotivasi dan menginspirasi generasi milenial yang justru lebih hidup dialami secara imajinatif oleh tokoh Don, Nurman dan Mae dalam film animasi Jumbo.

Di sisi lain, bagi Bell, dalam masyarakat pasca-industri, di mana ideologi kehilangan nyawa, Gen Z hari ini, harus lebih sadar dan adaptif dengan perubahan besar dalam politik tekno-struktur SosEkBud.

Dalam masyarakat pasca-industri sebagai akhir ideologi ditandai dengan meningkatnya peran sains teknologi dan informasi yang dengan cergas, cerdik dipasok oleh algoritme AI.

Dengan demikian, masyarakat pasca-industri yang dibarengi masyarakat pasca-kebenaran, masalah-masalah SosEkBud tidak dapat diselesaikan dengan mengandalkan narasi ideologi-ideologi besar — dari globalisme, sosialisme, komunisme, kapitalisme dan pascasila-IsMe sekalipun — yang terdengar lebih hoax dan susah viral.

Merujuk Bell, akhir ideologi yang dimaksud di atas memiliki implikasi yang signifikan bagi masyarakat atau komunitas, terutama Gen Z maupun milenial.

Sebuah komunitas generasi yang tak hidup dari narasi-narasi sakral ideologi. Sebut saja, Pancasila is Me. Atau, Pen is Envy (baca: Penis EnPai) maupun Cogito Ergo Sum.

Karena itu, tren impilkasi generasi ini, pertama, mereka harus beradaptasi secara cekat dan cerdik dengan perubahan politik SosEkBud, yang kompleks, gencar dan mengguncang.

Kedua, Gen Z atau GM, menurut Shelina Zahra Janmohammad (51) — aktivis dan penulis populer di London, antara lain: mengorbit lagu-lagu Islami, Maher Zain maupun bukunya, Love in a Headscarf: Muslim Woman Seeks The One (2009) —
harus tumbuh dengan pendekatan yang lebih pragmatis dan teknis dalam menyelesaikan masalah-masalah faktual dan aktual: politik SosEkBud.

Ketiga, generasi ini, harus bertumbuh dari peran pendidikan, sains dan riset untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan menghadapi tantangan pencerahan masa depan: Nexus maupun Enlightement Now!

Mengacu The End of Ideology sebagai resep literasi pengetahuan, pandangan Daniel Bell bahwa ideologi-ideologi besar telah kehilangan relevansi dan kekuatannya dalam masyarakat modern.

Bell berpandangan, masyarakat pasca-industri harus beradaptasi dengan perubahan politik SosEkBud yang cepat dan kompleks, dan lebih gencar mengembangkan pendekatan tekno-struktur dan sains mutakhir dalam mengatasi masalah-masalah pelik politik SosEkbud.

Akhirnya, meski persepektif Bell tentang akhir ideologi masih menjadi perdebatan, pemikiran dalam karya-karya lainnya — The Cultural Contradictions of Capitalism (1976) dan The Coming of Post -industrial Society (1976) — tetap penting untuk merefleksikan apa yang disinyalir Francis Fukuyama (72) sebagai The Great Disruption: Human Nature and the Reconstitution of Social Order (1999). (*)

* Diwakafkan pada G-IP (new) NU, sore nanti (30/5/25).