Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Apa Artinya Hidup Bila Semua Kebutuhan Terpenuhi?

December 31, 2024 08:08
Ilustrasi: Artificial Intelligence/ Rosadi Jamani
Ilustrasi: Artificial Intelligence/ Rosadi Jamani

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

ESOK sudah tahun baru, 2025. Siapa pun dia bersiap menghadapinya. Inilah sebuah catatan khusus yang ingin hidup semua serba cukup. Sambil nungguin mobil dicuci dan segelas kopi no sugar, silakan disimak, wak!

Bayangkan, wak! Pagi hari. Anda bangun dari tempat tidur yang empuk seperti awan. Tidak ada alarm. Tidak ada tugas. Sarapan? Sudah siap. Jus jeruk segar, roti panggang renyah, telur setengah matang sempurna. Kopi apa lagi. Semua siap.

Udara pagi begitu murni hingga paru-paru Anda berterima kasih. Burung-burung berkicau dalam harmoni seperti orkestra Beethoven. Dunia sempurna. Tidak ada polusi. Tidak ada kemacetan. Tidak ada cicilan. Tidak ada scopus, ups. Pokoknya semua kendala, nothing.

Tapi tunggu.

Apa ini? Hampa.

Manusia, makhluk canggih yang senang mengeluh, mendadak kehilangan gairah hidup. Ketika semua kebutuhan terpenuhi, apa yang tersisa? Tidak ada tantangan. Tidak ada drama. Tidak ada alasan untuk curhat di media sosial.

Semua masalah sudah dihapus. Semua mimpi sudah dicapai. Tapi bukankah mimpi itu indah justru karena ia sulit diraih? Apa artinya menjadi pahlawan tanpa monster untuk dikalahkan?

Hidup yang tanpa kekurangan, apakah sebuah kutukan? Dalam utopia ini, tidak ada air mata. Tetapi tidak ada tawa yang meledak karena perjuangan panjang yang akhirnya membuahkan hasil. Tidak ada sensasi “Aha…!” ketika menemukan jawaban setelah 3 jam googling.

Dalam dunia tanpa kekurangan, manusia menjadi… barang antik di museum sejarah. Dipajang. Diam. Menunggu untuk usang.

Aristoteles mungkin akan tertawa. “Eudaimonia,” katanya, “bukan tentang kenyamanan, tapi tentang hidup yang penuh kebajikan dan tantangan.”

Tapi siapa peduli Aristoteles? Orang-orang terlalu sibuk bersandar di sofa pijat otomatis mereka, menatap layar hologram yang menampilkan drama manusia zaman dahulu. Mereka yang berjuang, jatuh, bangkit, dan jatuh lagi. Ironis, bukan? Yang mereka rindukan adalah hal yang dulu mereka benci.

Tanpa lapar, kita tidak akan menciptakan roti. Tanpa dingin, kita tidak akan menemukan api. Tanpa cinta yang tak terbalas, kita tidak akan memiliki puisi-puisi Pablo Neruda.

Manusia butuh kekurangan untuk mencipta. Butuh konflik untuk bertumbuh.

Tanpa itu semua, hidup hanyalah garis lurus yang panjang dan membosankan. Tidak ada puncak. Tidak ada lembah. Hanya datar.

Di dunia yang datar, satu-satunya hiburan hanyalah menunggu. Menunggu apa? Entahlah. Mungkin kiamat. Atau paling tidak, mati bosan.

Apa artinya hidup bila semua kebutuhan terpenuhi? Artinya, kita telah menjadi tanaman hias. Indah, tetapi tidak berguna.

Karena hidup sejati adalah teka-teki yang tak pernah selesai. Sebuah perjalanan yang penuh dengan lubang, duri, dan tikungan tajam. Justru di sanalah letak keindahannya.

So, beruntung Anda masih diomeli istri. Di situlah letah indahnya rumah tangga. Beruntung bila Timnas ada kalahnya. Coba kalau menang terus, siapa lagi mau dilawan. Beruntung lah Anda masih gemuk. Apa indahnya bila semua sixpact. Kekurangan, kelemahan, kemiskinan, kesengsaraan, bagian dari indahnya hidup. Jangan mengeluh lagi di tahun 2025.

#camanewak