HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Apa yang Terjadi Bila Indonesia Damai Total?

April 29, 2025 10:28
IMG-20250429-WA0000

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Damai itu indah. Ungkapan yang sering kita dengar. Bahkan, mayoritas menginginkan hidup di Indonesia damai total. Nah, apa yang terjadi bila negeri kita sepenuhnya damai. Usai memberikan kuliah dan tentu ngopi lagi, mari kita kupas hidup damai.

Tahun 2045. Indonesia akhirnya mencapai cita-cita agung, Damai Total (sepertinya udah tak ada kita). Tak ada lagi yang berteriak “Turunkan!” karena semua pemimpin naiknya pakai elevator konsensus. Tak ada demonstrasi, karena rakyat dan pemerintah bersatu dalam grup WhatsApp penuh stiker lucu dan tanpa read delay.

Tidak ada hoaks. Semua informasi lulus uji sensor Lembaga Penapis Kebenaran Absolut. Bahkan suhu tubuh warga diukur tiap pagi untuk memastikan emosi stabil. Kalau ada yang sedikit panas, langsung disiram air mawar dan dikasih terapi mendengar suara kucing mendengkur.

Di jalanan, polisi lalu lintas hanya berdiri untuk difoto turis. Macet hilang karena semua kendaraan diganti becak yang digerakkan oleh niat baik. Klakson dilarang. Mau marah di jalan? Mikir dua kali, karena ada sistem deteksi aura negatif dari satelit.

Media sosial? Sudah tidak boleh komen. Semua postingan harus mengandung minimal tiga emoji cinta dan satu kutipan Rumi.

Contoh postingan. “Hari ini aku beli gorengan. Rasanya damai banget. ‘Apa yang kau cari, sedang kedamaian ada di tempe?’ Rumi”

Politik? Ah, politik kini hanyalah lomba masak rendang antar partai. Debat diganti acara tukar kado. Undang-undang disusun lewat polling berhadiah. Semua anggota dewan diwajibkan ikut kelas yoga sebelum sidang.

Keamanan dalam negeri? Dijaga oleh Pasukan Peluk Nasional. Mereka tidak bawa senjata, hanya peluk dan kata-kata afirmasi. “Tenang, kamu tidak salah. Kamu hanya belum benar sepenuhnya.”

Kejahatan? Sudah dianggap fenomena seni kontemporer. Maling ayam disebut eksplorator protein liar. Koruptor kini diberi penghargaan “Aktor Improvisasi Finansial Terbaik”.

Kritik sastra? Telah punah. Semua karya dianggap “unik dalam jalurnya masing-masing”. Buku kosong laku keras, dianggap “mengandung makna diam yang dalam”.

Para filsuf lokal bingung. Mereka ingin berpikir, tapi takut menciptakan konflik ideologis. Akhirnya semua berguru pada pepatah baru. “Berpikir itu penting, tapi lebih penting diam sambil minum es kelapa.”

Lalu muncullah pertanyaan maha penting, “Kalau semua damai, kenapa aku bosan?”
Dari kebosanan itulah muncul bibit perubahan.

Seseorang tiba-tiba mengkritik makanan rumah makan Padang. “Rendangnya kurang pedas.” Seketika negara gempar. Itu adalah kritik pertama setelah 20 tahun. Rakyat bersorak. “Akhirnya!” Kritik dihalalkan kembali.
Demo diperbolehkan asal pakai baju cerah.
Politik kembali panas. Negeri ini… kembali hidup.

Karena ternyata, damai tanpa riuh, adalah kematian yang sopan. Mirip kopi tanpa pahit tak ada nikmatnya. Jangan larang orang yang suka keributan, karena yang membuat negeri ini berwarna. (*)

#camanewak