Oleh: Rizal Tanjung
HATIPENA.COM – Literasi Minangkabau sebenarnya masih hidup di tengah masyarakat, meskipun mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Jika ditinjau dari esensi literasi sebagai kemampuan memahami, menulis, membaca, dan menyampaikan gagasan, masyarakat Minangkabau memiliki tradisi literasi yang kuat sejak dahulu.
Dalam kehidupan sehari-hari, literasi Minangkabau tampak dalam bentuk:
- Tradisi Lisan (Kaba, Pantun, dan Pepatah Petitih)
Hingga kini, masyarakat Minangkabau masih menggunakan pepatah petitih sebagai pedoman hidup. Ungkapan seperti “Alam takambang jadi guru” atau “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” sering diucapkan dalam musyawarah adat, pertemuan keluarga, atau acara penting. Tradisi ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya sekadar membaca tulisan, tetapi juga memahami makna mendalam dari ujaran yang diwariskan.
- Tulisan dalam Tambo dan Sastra
Tambo Minangkabau sebagai catatan sejarah lisan yang kemudian dituliskan adalah bukti bahwa masyarakat Minangkabau sejak dulu sudah memiliki kesadaran menulis sebagai bentuk dokumentasi. Hingga saat ini, penulisan sastra Minangkabau terus berkembang, baik dalam bentuk novel, cerpen, maupun puisi yang ditulis oleh sastrawan Minang seperti A.A. Navis, Marah Rusli, dan Taufik Ismail.
- Pendidikan dan Literasi Agama
Masyarakat Minangkabau dikenal dengan tradisi pendidikan surau. Meski modelnya sudah tidak sekuat dulu, nilai-nilai literasi agama seperti membaca Al-Qur’an dan menulis masih tetap diwariskan.
- Literasi Digital dan Modern
Generasi muda Minangkabau saat ini mulai aktif menulis dan berdiskusi melalui media sosial, blog, atau platform digital lainnya. Komunitas literasi seperti Satu Pena Sumatera Barat dan berbagai forum diskusi di Sumatera Barat membuktikan bahwa literasi Minangkabau terus bertransformasi.
Tantangan Literasi Minangkabau
Meski tradisi literasi ini masih ada, tantangan besar di era modern adalah bagaimana masyarakat Minangkabau mempertahankan nilai-nilai literasi tradisional di tengah arus globalisasi. Apakah generasi muda masih memahami makna pepatah adat? Apakah nilai literasi Minangkabau masih menjadi pegangan hidup?
Literasi Minangkabau bukan sekadar aktivitas membaca dan menulis, tetapi cara masyarakat memahami kehidupan. Tradisi ini masih hidup, meski bentuknya telah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Namun, upaya penguatan literasi Minangkabau perlu terus digalakkan agar tidak hanya menjadi simbol sejarah, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau di era modern.
Festival Literasi Minangkabau Internasional (IMLF) menjadi salah satu langkah penting untuk menjaga agar literasi Minangkabau tetap relevan dan diwariskan kepada generasi mendatang.(*)
Padang, 2025