Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Bangsa yang Rendah Literasinya akan Rendah Juga Peradabannya

March 21, 2025 10:35
IMG-20250321-WA0047

Oleh: Rizal Tanjung

HATIPENA.COM – Bangsa yang rendah literasinya akan rendah juga peradabannya.” Kutipan dari Pramoedya Ananta Toer ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa pentingnya literasi dalam membangun bangsa yang maju dan beradab. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam, pemikiran kritis, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Namun, seberapa jauh literasi telah berperan dalam perkembangan bangsa kita? Apakah masyarakat kita sudah cukup memiliki tingkat literasi yang memadai untuk mendorong kemajuan peradaban? Dan jika belum, apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kondisi ini?

Literasi: Lebih dari Sekadar Membaca dan Menulis

Dalam pengertian tradisional, literasi sering kali dikaitkan dengan kemampuan dasar membaca dan menulis. Namun, di era modern, konsep literasi telah berkembang jauh lebih luas. Literasi kini mencakup pemahaman teks secara mendalam, kemampuan berpikir kritis, literasi digital, literasi finansial, hingga literasi budaya dan sains.

Misalnya, seseorang mungkin bisa membaca artikel tentang perubahan iklim, tetapi tanpa literasi kritis dan sains, ia bisa saja tidak memahami dampak nyata perubahan iklim tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak.

Kondisi Literasi di Indonesia: Sudah Cukup Baik?

Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal literasi. Berdasarkan survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh OECD, kemampuan literasi siswa Indonesia masih berada di peringkat bawah dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, dalam beberapa aspek, kita tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Selain itu, data dari UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Salah satu survei menyatakan bahwa indeks membaca di Indonesia hanya 0,001, yang berarti bahwa dari 1.000 orang, hanya satu orang yang memiliki kebiasaan membaca secara aktif.

Mengapa ini terjadi? Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi di Indonesia antara lain:

Minimnya akses terhadap bahan bacaan berkualitas, terutama di daerah pelosok.

Kurangnya kebiasaan membaca sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.

Dominasi budaya visual dan hiburan instan, seperti media sosial dan televisi, yang lebih menarik perhatian dibandingkan buku atau artikel berbobot.

Kurangnya pengajaran literasi kritis di sekolah, yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami dan menganalisis informasi.

Rendahnya tingkat literasi digital, yang membuat masyarakat rentan terhadap berita hoaks dan informasi palsu.

Meningkatkan Literasi: Pendidikan Formal vs. Pembelajaran Mandiri

Banyak yang beranggapan bahwa peningkatan literasi hanya bisa dicapai melalui pendidikan formal. Memang benar bahwa sekolah memiliki peran penting dalam membentuk budaya literasi, tetapi pendidikan formal bukan satu-satunya jalan.

Literasi juga bisa ditingkatkan melalui pembelajaran mandiri dan akses terhadap sumber informasi yang berkualitas. Di era digital saat ini, buku, jurnal, artikel, dan materi pembelajaran lainnya tersedia secara luas di internet. Masyarakat bisa belajar kapan saja dan di mana saja.

Beberapa cara untuk meningkatkan literasi di luar pendidikan formal adalah:

Gerakan membaca di rumah – Orang tua berperan besar dalam membiasakan anak-anak membaca sejak kecil.

Pemanfaatan perpustakaan dan taman baca – Perpustakaan, baik fisik maupun digital, dapat menjadi sumber pengetahuan yang mudah diakses.

Membiasakan diskusi kritis – Mendorong budaya diskusi akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman mendalam.

Memanfaatkan teknologi – Menggunakan e-book, podcast edukatif, dan platform pembelajaran online bisa membantu meningkatkan literasi di masyarakat.

Melawan hoaks dan disinformasi – Masyarakat harus diajarkan cara memilah informasi yang benar agar tidak mudah terjebak dalam berita palsu.

Tantangan Terbesar dalam Meningkatkan Literasi di Indonesia

Ada beberapa tantangan utama yang menjadi penghambat peningkatan literasi di Indonesia:

Kurangnya Infrastruktur Literasi

Banyak daerah di Indonesia yang masih minim fasilitas pendidikan dan bahan bacaan. Perpustakaan desa sering kali tidak memiliki koleksi buku yang cukup, sementara akses internet masih terbatas di beberapa wilayah.

Kurangnya Motivasi dan Kesadaran

Banyak orang yang menganggap membaca sebagai kegiatan yang membosankan atau tidak penting. Budaya membaca belum menjadi kebiasaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Serangan Informasi yang Tidak Tersaring

Di era digital, masyarakat dibanjiri informasi dari berbagai sumber, termasuk berita hoaks dan propaganda. Tanpa literasi yang baik, masyarakat mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak benar.

Kualitas Pendidikan yang Belum Merata

Sistem pendidikan di Indonesia masih memiliki kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Banyak sekolah di daerah terpencil yang belum memiliki sumber daya yang memadai untuk meningkatkan literasi siswa.

Langkah Konkret untuk Meningkatkan Literasi

Meningkatkan literasi tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak. Ini adalah tugas bersama yang membutuhkan kerja sama antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Beberapa langkah konkret yang bisa diambil adalah:

Meningkatkan Akses terhadap Bahan Bacaan

Pemerintah dan swasta perlu berinvestasi dalam membangun lebih banyak perpustakaan, taman baca, serta platform digital yang menyediakan bahan bacaan berkualitas secara gratis atau dengan biaya rendah.

Mendorong Budaya Membaca sejak Dini

Sekolah dan keluarga harus bekerja sama untuk membangun kebiasaan membaca pada anak-anak. Program seperti “15 Menit Membaca Sebelum Belajar” bisa diterapkan di sekolah-sekolah.

Memanfaatkan Teknologi untuk Literasi Digital

Dengan semakin luasnya penggunaan internet, masyarakat harus diberi edukasi tentang cara menyaring informasi, memahami berita, dan menghindari hoaks.

Pelatihan untuk Guru dan Tenaga Pendidik

Guru memiliki peran penting dalam membentuk budaya literasi di sekolah. Pelatihan mengenai metode pengajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan literasi siswa sangat diperlukan.

Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Literasi

Kampanye literasi melalui media sosial, televisi, dan komunitas lokal bisa membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca dan berpikir kritis.

Kutipan dari Pramoedya Ananta Toer tentang rendahnya literasi dan dampaknya terhadap peradaban bangsa sangat relevan dengan kondisi saat ini. Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman, pemikiran kritis, dan kemampuan beradaptasi dengan informasi yang terus berkembang.

Sayangnya, literasi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari rendahnya minat baca hingga keterbatasan akses terhadap sumber informasi yang berkualitas. Namun, dengan langkah-langkah konkret seperti meningkatkan akses bahan bacaan, memanfaatkan teknologi, serta membangun budaya literasi sejak dini, kita bisa memperbaiki kondisi ini.

Literasi yang kuat akan menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan inovatif—yang pada akhirnya akan mendorong kemajuan peradaban bangsa. Mari kita mulai dengan diri kita sendiri: membaca lebih banyak, berpikir lebih kritis, dan menyebarkan semangat literasi kepada orang-orang di sekitar kita.(*)

Padang, 21 Maret 2025