Bagindo Ishak
Kaba “Catuih Ambuih”
HATIPENA.COM – Penyembahan berhala sering kali diasosiasikan dengan patung atau benda mati yang dijadikan objek pemujaan. Namun, makna berhala sejatinya lebih luas. Berhala adalah segala sesuatu yang ditempatkan lebih tinggi daripada Tuhan, baik dalam bentuk benda, manusia, ideologi, atau bahkan konsep abstrak seperti kekuasaan dan uang. Ketika manusia terlalu mengagungkan seseorang, sesuatu, atau bahkan mengandalkan materi untuk kebahagiaan dan tujuan hidupnya, ia telah menjadikan itu sebagai berhala.
Allah SWT berfirman:
“Dan mereka menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (berhala), agar mereka dicintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 165)
Sebagai alat tukar, uang pada dasarnya adalah hasil kesepakatan sosial. Namun, kesepakatan ini sering kali dipaksakan melalui sistem ekonomi dan politik yang menempatkan uang sebagai simbol kekuasaan dan keberhasilan. Uang bukan lagi sekadar alat tukar, tetapi menjadi tujuan hidup yang mengeksploitasi naluri manusia akan rasa sakit dan senang.
Seperti yang dijelaskan Erich Fromm dalam To Have or To Be?, manusia modern cenderung hidup dalam “modus memiliki” daripada “modus menjadi.” Dalam “modus memiliki,” manusia menilai kebahagiaan berdasarkan kepemilikan materi, termasuk uang, bukan pada kualitas dirinya. Akibatnya, manusia terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk mengumpulkan kekayaan, meskipun itu berarti mengorbankan nilai-nilai moral dan spiritual.
Degradasi Nilai Agama oleh Materialisme
Agama mengajarkan kebaikan, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama. Namun, tanpa kesadaran yang mendalam, nilai-nilai agama hanya menjadi rutinitas ritual yang kehilangan makna. Jika tidak ditanamkan sejak dini, pemahaman tentang salah dan benar dapat terdistorsi oleh materialisme. Uang menjadi berhala baru yang dipuja dengan segala cara, bahkan jika itu berarti melanggar prinsip-prinsip kebaikan yang diajarkan agama.
Max Weber, seorang sosiolog terkemuka, menyebut proses ini sebagai disenchantment of the world—kehilangan makna spiritual dalam masyarakat modern yang terlalu rasional dan materialistis. Nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi pedoman hidup tergantikan oleh logika utilitarian, di mana segala sesuatu diukur berdasarkan keuntungan ekonomi.
Pentingnya Menanamkan Kesadaran Keagamaan
Manusia dilahirkan dengan kesadaran dasar tentang rasa sakit dan senang. Namun, pemahaman tentang benar dan salah harus diajarkan dan ditanamkan melalui pendidikan, pengalaman, dan pembimbingan moral. Kesadaran keagamaan adalah kunci untuk melawan eksploitasi berhala materialisme.
Karen Armstrong menekankan dalam karyanya bahwa agama bukan hanya seperangkat aturan, tetapi juga latihan spiritual yang bertujuan membentuk karakter manusia. Pendidikan agama yang benar tidak hanya mengajarkan doktrin, tetapi juga melatih manusia untuk hidup dalam kesadaran penuh akan makna kehidupan, nilai-nilai moral, dan hubungan dengan Tuhan.
Eksploitasi Naluri Manusia untuk Kepentingan Materialisme
Naluri dasar manusia untuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan sering kali dimanfaatkan oleh sistem yang memuja uang. Melalui promosi gaya hidup mewah, janji kebahagiaan instan, dan tekanan sosial, manusia didorong untuk tunduk pada uang sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan. Akibatnya, banyak yang rela mengorbankan nilai-nilai spiritual, hubungan sosial, dan bahkan keadilan demi uang.
Kembali pada Kesadaran Spiritual
Berhala modern seperti uang dan kekuasaan adalah refleksi dari degradasi spiritual dalam masyarakat. Untuk melawan fenomena ini, manusia harus kembali pada kesadaran spiritual yang menempatkan Tuhan dan nilai-nilai moral di atas segalanya. Pendidikan agama, penguatan nilai-nilai kemanusiaan, dan pemahaman mendalam tentang tujuan hidup adalah kunci untuk melawan pengaruh berhala materialisme.
Seperti yang dikatakan Mahatma Gandhi:
“Kekayaan sejati tidak terletak pada kepemilikan materi, tetapi pada ketenangan jiwa yang bebas dari nafsu akan duniawi.”
Kesadaran ini adalah upaya bersama untuk menciptakan dunia yang lebih adil, di mana manusia tidak tunduk pada berhala uang, tetapi pada nilai-nilai luhur yang memuliakan kemanusiaan. Semoga kita senantiasa mendapat petunjuk dan kekuatan untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Padang, Januari 2025