Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Burung-burung Pun Merindu

June 2, 2025 09:47
IMG-20250602-WA0032

Rerasan: Muslimin Lamongan


HATIPENA.COM – Burung-burung pun merindu, terbang bebas thawaf di suci Mekkah. Matanya bening teduh, penuh kagum pada jamaah haji yang tulus nan kudus. Kepak sayapnya melesat terbang tinggi memuji Robbi. Menukik hunjam bumi tempat asali. Menyapa ramah setiap insan dengan senyum menawan. Tidak takut, juga tidak mematuk, pula tiada cakaran yang menakutkan. Siul dan kicau bersahutan, orkestra tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil mendengung muara keagungan Tuhan: Allah Maha Pencipta Keindahan.

Walau hidup masih tak tentu, burung-burung tetap merindu mengerumun dalam dzikir mengembun. Embunnya kristal putih sebagai kaca benggala panggilan suci. Bahwa tak ada strata dan kasta manusia di hadapanNya. Ihram putih, bersih, hanya taqwa layak bersanding persembahan umat manusia. Setinggi ilmu sepenuhnya hidayah. Seluas kuasa sesungguhnya amanah. Segunung harta sejatinya anugerah. Segalanya pinjaman, suatu ketika harus dikembalikan.

Dan burung-burung tak terbeban kehewanan. Air tidak melimpah, biji-bijian tak tersedia, pohon-pohon berteduh satu dua, terik kerontang menghaus mendahaga. Namun, rindu padaNya di kota suci tak memberati jasadi. Rohani tunduk kepasrahan meretas segala kemustahilan. Bahkan kematian, dihinggapi dengan ketenangan. Hilangnya nyawa hanyalah antara menuju pertemuan denganNya, induk segala rindu yang diidamkan.

Dan burung-burung pun merindu, sedangkan aku membuntu. Haji adalah panggilanNya, sedangkan aku menyegera datangi panggilan lainnya. Ada saat terbetik niat menunaikan, seketika terkubur hal-hal yang mengurungkan. Menitik air mata membaca dan mendengar kisah para haji, secepat pula air mata surut terbebal urusan duniawi. Terbayang selintas ziarah bersungkur tangis di makam Rasulullah, secepat pula hilang bagai embun pagi. Disesap matahari, anganku digilas roda kehidupan hasrati.

Burung-burung hadir di Masjidil Haram, semoga benakku bertaut hidayah lekas mengihram. Tiada yang mustahil bagiNya, harapan itu mengendap semoga dibajakan dalam tekad dan tindakan. Di sunyi malam, masih ada keyakinan yang melarutkan ketidakpastian. Tak ada yang bisa menghalangi bila Allah menghendaki. Labbaikallahumma labbaik, Amiiin………(*)

Lamongan, 30 Mei 2025