Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Cerpen “Yang Menyerang Malah Kocar-kacir”

February 22, 2025 21:43
IMG-20250222-WA0168

Ilustrasi : AI/ Wak Rojam
Penulis : Rosadi Jamani *)

HATIPENA.COM – Galaksi bergetar. Bintang-bintang baru saja menyaksikan perang dahsyat. Red Force dan GS Caltex bertemu di medan perang. Masing-masing dengan ambisi membara. Jenderal Koheejin berdiri di depan pasukannya. Matanya bersinar penuh strategi dan sedikit kegilaan. “Kita bukan sekadar bertarung, kita baru saja mengukir legenda! Tak sia-sia kalian saya retreat tujuh hari.”

GS Caltex Prime datang dengan kapal berkepala banteng, siap menanduk segalanya. Mereka yakin serangan ke rezim kali ini, menang. Apalagi, dalam lima menit pertama perang, Gyselle Silva menembakkan senjata laser tepat ke kaki Vanja Bukilic! “Kita menang!” teriak kubu Caltex. Oh, betapa naifnya mereka.

Koheejin hanya tersenyum. Dengan gerakan slow-motion dramatis, ia melambaikan tangannya ke udara. Dari bayang-bayang muncul Jeon Dabin, sang naga muda. Mata Dabin menyala seperti matahari supernova. Auranya bergetar bak badai kosmik. Lalu, Boom! GS Caltex mulai mengalami apa yang para ahli strategi sebut sebagai “kehancuran yang sangat menyedihkan.”

Megawati Hangestri Pertiwi menghantam serangan seperti asteroid yang menabrak planet. Pyo Seungju dan Jung Hoyoung berubah jadi tembok pertahanan tak tertembus. Park Eun Jin membelokkan serangan lawan seperti lubang hitam menyedot cahaya. Dan, ehem..Noh Ran? Ia sudah berjanji akan menerima bola dengan tulang rusuknya kalau perlu, dan ia menepati janjinya. Kubu GS Caltex pun mulai kocar-kacir. Serangan mereka hanya omon-omon.

Gyselle Silva mencoba menanduk sekali lagi. Tapi, kali ini ia bertemu tembok bernama Red Force. Serangannya ditangkis, dibalikkan, dihancurkan, dan pada akhirnya, dia hanya bisa menatap dengan mata kosong. Kapal GS Caltex yang megah itu kini mirip perahu bocor yang dikejar badai. Kepala banteng yang menakutkan itu malah terpotong oleh senjata canggih Mega.

Jenderal Lee Youngtaek akhirnya memberi perintah yang paling menyedihkan dalam kariernya, mundur. Pasukannya berhamburan seperti debu kosmik tertiup supernova. Ada yang tersandung, ada yang pura-pura pingsan, ada yang menulis surat pengunduran diri dari peperangan. Bahkan, ada memilih berdamai dengan segepok amplop kuning. Parah, musuh kok begini amat ya.

Koheejin menatap pasukannya dengan penuh kebanggaan. Di saat musuh telah kocar-kacir, Koheejin berkata, “Jeon Dabin, kau adalah naga yang telah bangkit dari tidurnya! Kau menghancurkan musuh tanpa ampun!” Ia lalu menoleh ke arah Mega, “Mega, kau adalah meteor yang tidak bisa dihentikan! Tidak ada yang bisa berdiri di hadapan pukulanmu!” Akhirnya, ia menatap Noh Ran, “Si kuning, Noh Ran, kau adalah tameng yang tak tergoyahkan! Tanpamu, pertahanan kita tidak akan sekuat ini!” Satu per satu sang jenderal memuji prajuritnya yang sedang duduk ngopi. Bukilic yang sedang diurut Mak Leha juga disanjungnya.

“Kita tidak hanya menang. Kita telah meninggalkan jejak di jagat raya!” Suaranya bergema seperti panggilan dari dimensi lain.

Red Force kini lebih dari sekadar tim. Mereka adalah legenda. GS Caltex? Mereka akan mengingat nama Red Force selamanya, di setiap malam yang sunyi, dalam mimpi buruk yang tiada akhir.

Lalu, Koheejin menyuruh pasukannya istirahat total. Ia juga mempersiapkan waktu untuk healing ke Sungai Kapuas. Nanti kisah seru perjuangan Red Force menguasai galaxy voli.(*)

#camanewak

*) Ketua Satupena Kalbar