Oleh : Rastono Sumardi
Ketua Satupena Sulawesi Tengah
HATIPENA.COM – Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah provinsi yang menyimpan kontradiksi epik. Ia adalah wilayah terluas di Pulau Sulawesi, membentang sepanjang 61.841,29 KM2, yang di satu sisi menyimpan jejak peradaban purba nan sunyi, sementara di sisi lain berdenyut kencang sebagai salah satu mesin industrialisasi mineral terbesar di dunia.
Kisah Sulteng bukanlah sekadar narasi administratif, melainkan perjalanan melintasi waktu: dari era megalitikum yang penuh misteri, melewati pergantian kekuasaan kerajaan maritim dan kolonial, hingga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang fenomenal di era hilirisasi.
I. Negeri Seribu Megalit: Warisan dari Zaman Batu
Sejarah peradaban di Sulawesi Tengah jauh melampaui catatan tertulis modern. Jantung provinsi ini, terutama di Kabupaten Poso dan Sigi, adalah rumah bagi warisan pra-aksara yang menakjubkan.
Sulawesi Tengah dijuluki sebagai “Negeri Seribu Megalit” 1, merujuk pada ratusan, bahkan menurut beberapa sumber, hingga 1.451 objek situs megalit 3 yang tersebar di Lembah Bada, Lembah Besoa, dan Lembah Napu—kawasan yang kini menjadi bagian vital dari Taman Nasional Lore Lindu.3
Memasuki Lembah Bada, di Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, terasa seperti melintasi mesin waktu. Di sana, Anda akan berhadapan langsung dengan puluhan patung dan tempayan batu raksasa yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-14, meskipun spekulasi ilmiah menempatkan periode pembuatannya jauh lebih tua, hingga ribuan tahun silam.3
Watu Palindo: Patung Batu Sang Penghibur
Artefak yang paling terkenal dan menjadi simbol keajaiban ini adalah Watu Palindo.5 Berdiri miring setinggi sekitar 4 meter, nama patung megalitik ini berarti “sang penghibur”.4 Patung ini menampilkan ukiran berbentuk tubuh oval, mata bulat, hidung besar memanjang, dan pahatan mulut yang dalam membentuk sebuah senyuman—raut wajah yang ceria dan ramah.4
Selain Palindo, terdapat patung Langka Bulawa (“Ratu bergelang kaki emas”) yang menggambarkan sosok wanita, serta Kalamba.3 Kalamba adalah tempayan besar bertutup yang diukir dari batu dengan diameter 1,5 hingga 2 meter.3 Fungsinya masih diperdebatkan—mulai dari tempat penyimpanan barang berharga, bak berendam petinggi, hingga peti mati purbakala.3
Pahatan pada megalit ini umumnya minimalis; alis dan hidung digambarkan menyatu, dan mulut sering dihilangkan, kecuali pada Palindo.3 Keunikan warisan ini menuntut pelestarian serius. Mengingat usianya yang ribuan tahun, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memahami nilai sejarahnya agar keaslian situs-situs megalitikum ini tetap terjaga dari ancaman vandalisme.1
II. Jejak Sejarah Modern: Dari Banggai hingga Palu
Perjalanan sejarah politik Sulteng dimulai dari kerajaan-kerajaan lokal. Yang menonjol adalah Kerajaan Banggai, yang dikenal sebagai kesultanan pertama di wilayah Sulawesi Tengah.6 Kerajaan ini awalnya berpusat di Pulau Banggai (kini Kabupaten Banggai Laut), dengan wilayah kekuasaan yang sempat meluas hingga mencakup Bungku Utara, Morowali Utara, dan Bungku (yang saat itu masih masuk Kabupaten Poso).6
Memasuki era kolonial, wilayah ini dimasukkan ke dalam Wilayah Keresidenan Sulawesi Utara di Manado pada tahun 1919.7 Masa kolonial ditandai dengan penetrasi yang seringkali diawali oleh kegiatan misionaris. Contohnya, pada tahun 1892, misionaris Albertus Christiaan Kruyt ditempatkan di Poso.7 Poso kemudian menjadi titik penting, disusul dengan penempatan Kontrolir (pejabat pemerintah Belanda) pada tahun 1894, menjadikannya pusat perhatian administrasi kolonial awal.7
Sayangnya, sebagian besar arsip kolonial dari Keresidenan Manado, yang mencatat sejarah publik selama dua setengah abad, hilang karena dibakar saat pendudukan Jepang dimulai.8
Kelahiran Provinsi dan Dinamika Wilayah
Langkah menuju otonomi penuh tercapai pasca-kemerdekaan. Provinsi Sulawesi Tengah secara resmi terbentuk pada 13 April 1964 . Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 9, yang memisahkan wilayahnya dari Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah.10
Pada awal pembentukannya, Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah meliputi empat daerah tingkat II 10:
- Daerah Tingkat II Buol-Toli-Toli
- Daerah Tingkat II Donggala
- Daerah Tingkat II Poso
- Daerah Tingkat II Banggai
Hingga kini, di bawah ibu kota Kota Palu, Sulteng telah berkembang menjadi 13 Kabupaten/Kota. Evolusi administratif ini terus berjalan, didorong oleh kebutuhan pelayanan dan pertumbuhan ekonomi.
Sejak lima kabupaten awal yang eksis sejak 1959 11, terjadi pemekaran signifikan yang melahirkan kabupaten-kabupaten baru, seperti Parigi Moutong, Morowali, Banggai Kepulauan, Tojo Una-Una, Sigi, Morowali Utara, dan Banggai Laut.11
Secara geografis, Kabupaten Banggai menempati wilayah terluas dengan 9.672,70 KM2 12, sementara wilayah yang kini menjadi pusat industrialisasi, seperti Morowali, relatif lebih kecil dengan 3.037,04 KM2.12
Perbedaan luasan ini menunjukkan adanya pergeseran fokus pembangunan dari pusat budaya dan administrasi lama menuju pusat ekonomi berbasis mineral baru. Kabupaten lain yang juga besar termasuk Poso (7.112,25 KM2) dan Sigi (5.196,02 KM2).12
III. Pilar Ekonomi Modern: Kilau Nikel yang Mendunia
Kinerja perekonomian Sulawesi Tengah pada tahun 2023 mencatatkan angka pertumbuhan yang spektakuler, mencapai 11,91 persen (ctc), jauh di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh dua sektor kunci: Industri Pengolahan dan Pertambangan dan Penggalian. Sulteng kini menjadi kontributor signifikan bagi perekonomian Nasional sebesar 1,69 persen.
Morowali dan Morut: Mesin Hilirisasi
Potensi unggulan utama Sulteng yang kini menjadi sorotan dunia adalah sektor pertambangan nikel dan program hilirisasinya. Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (Morut) telah bertransformasi menjadi fondasi utama lokasi tambang dan industri pengolahan logam dasar di Indonesia.
Investasi di sektor ini sangat masif. Berdasarkan data Kementerian Investasi (2020–2022) 13:
● Morowali menjadi tuan rumah bagi 53 IUP Nikel dengan luas 118.139 KM2 dan 4 Kawasan Industri Pengolahan Nikel. Realisasi investasi di sektor Industri Logam Dasar mencapai Rp 86,6 Triliun.13
● Morowali Utara tidak kalah penting, dengan 38 IUP Nikel (luas 69.156 KM2) dan 1 Kawasan Industri, menarik realisasi investasi sebesar Rp 26,6 Triliun.13
Secara keseluruhan, Sulawesi Tengah memiliki 113 IUP Nikel dengan total luasan mencapai 259.848 KM2.13 Perkembangan ini menciptakan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik (EV) dengan memanfaatkan biji nikel berkadar rendah yang melimpah.13 Potensi ini bahkan meluas hingga ke Kabupaten Banggai, yang tercatat memiliki 21 IUP Nikel dan rencana investasi Kawasan Tambang Nikel baru senilai total Rp 17,5 Triliun.13
Tantangan ‘Resource Curse’ dan Aset Abadi Lainnya
Meskipun nikel memberikan dorongan PDRB yang luar biasa, ketergantungan ekstrem pada mineral ini memunculkan kekhawatiran tentang resource curse—pertumbuhan cepat yang mengabaikan keberlanjutan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa valuasi ekonomi hutan Morowali (non-tambang) dapat mencapai Rp 2,81 Triliun per tahun, nilai yang diklaim lebih tinggi dari pendapatan daerah .
Hal ini memicu kritik keras yang menyerukan agar pemerintah tidak mengorbankan aset ekologis jangka panjang, mengingat ada pandangan bahwa “Nikel Itu Fana, Jangan Abadi Sengsaranya” .
Oleh karena itu, penguatan sektor sekunder menjadi krusial. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tetap menjadi penopang fundamental bagi mayoritas masyarakat Sulteng .
Komoditas perkebunan unggulan strategis adalah Kakao (cokelat).14 Kabupaten Parigi Moutong dikenal sebagai salah satu wilayah dengan peran besar dalam produksi kakao , sementara Kabupaten Sigi juga menunjukkan peran komoditas ini dalam menunjang kesejahteraan masyarakat lokal, terutama di daerah pinggiran hutan.14
IV. Menyeimbangkan Masa Depan
Sulawesi Tengah hari ini harus menghadapi tantangan menyeimbangkan antara aset mineral yang fana dan aset budaya serta ekologis yang abadi. Keberhasilan dalam program hilirisasi nikel harus dibarengi dengan strategi untuk mendistribusikan kekayaan secara merata di antara 13 Kabupaten/Kota.
Masa depan provinsi ini terletak pada kemampuan memitigasi risiko lingkungan dari tambang nikel, sambil secara simultan mengalokasikan sumber daya untuk penguatan klaster pertanian (seperti kakao dan kopi) , dan yang paling penting, mengamankan identitas historisnya.
Investasi pada konservasi, penelitian, dan promosi situs megalitikum di Lore Lindu akan memastikan bahwa “Negeri Seribu Megalit” ini tidak hanya dikenal karena kilauan nikelnya, tetapi juga karena senyuman abadi dari Watu Palindo, sang penghibur berusia ribuan tahun.4 (*)
Referensi :
- SEJARAH PROVINSI SULAWESI TENGAH Pada Tanggal 13 April 1964, Provinsi Sulawesi Tengah terbentuk. Dalam usianya yang menginjak l, diakses Oktober 18, 2025, https://sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2021/07/SEJARAH-SULTENG.pdf
- Sulawesi Tengah – Wikipedia, diakses Oktober 18, 2025, https://gor.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah
- Kinerja Perekonomian Sulteng Tumbuh Kuat, Berkontribusi Nyata dan Dirasakan Masyarakat, diakses Oktober 18, 2025, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-berita/35060/Kinerja-Perekonomian-Sulteng-Tumbuh-Kuat-Berkontribusi-Nyata-dan-Dirasakan-Masyarakat.html
- Merenda Sejarah di Lembah Bada – Djkn.kemenkeu.go.id, diakses Oktober 18, 2025, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-artikel/16571/Merenda-Sejarah-di-Lembah-Bada.html
- Lembah Bada – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Oktober 18, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Bada
- Kerajaan Banggai – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Oktober 18, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Banggai
- Keresidenan Manado – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Oktober 18, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Keresidenan_Manado
- Sejarah – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, diakses Oktober 18, 2025, https://sultengprov.go.id/sejarah/
- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGUBAH UNDANG-UNDANG – Regulasip, diakses Oktober 18, 2025, https://www.regulasip.id/book/10815/read
- Undang-undang (UU) No. 13 Tahun 1964 – Peraturan BPK, diakses Oktober 18, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Details/50314/uu-no-13-tahun-1964
- Definisi Provinsi Sulawesi Tengah | JDIH Kementerian Keuangan, diakses Oktober 18, 2025, https://jdih.kemenkeu.go.id/kamus-hukum/provinsi-sulawesi-tengah?id=3c76627f9719f976e6a9776161ec0d42
- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR…TAHUN… TENTANG PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA, diakses Oktober 18, 2025, https://berkas.dpr.go.id/setjen/dokumen/persipar-RUU-yang-Disetujui-RUU-tentang-Provinsi-Sulawesi-Tengah-1644905506.pdf
- UU No. 6 Tahun 2022 – Peraturan BPK, diakses Oktober 18, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Details/202519/uu-no-6-tahun-2022
- Daftar kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah berdasarkan waktu pembentukan, diakses Oktober 18, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_di_Sulawesi_Tengah_berdasarkan_waktu_pembentukan
- Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah, 2018 – Badan Pusat Statistik, diakses Oktober 18, 2025, https://sulteng.bps.go.id/id/statistics-table/3/VUZwV01tSlpPVlpsWlRKbmMxcFhhSGhEVjFoUFFUMDkjMw==/luas-daerah-dan-jumlah-pulau-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-sulawesi-tengah–2018.html?year=2018
- Potensi Besar Morowali: Fondasi Utama Lokasi Tambang Neo Energy, diakses Oktober 18, 2025, https://neoenergy.co.id/potensi-besar-morowali-fondasi-utama-lokasi-tambang-neo-energy
- Peluang dan Peran Investasi Nikel Di Provinsi Sulawesi Tengah …, diakses Oktober 18, 2025, https://dpmptsp.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2023/11/Potensi-Sulawesi-Tengah-Pertambangan.pdf
- Tanpa Dirusak Tambang Nikel, Valuasi Ekonomi Hutan Morowali Bisa Capai Rp 2,81 Triliun per Tahun, Lebih Tinggi dari Pendapatan Daerah – AEER, diakses Oktober 18, 2025, https://www.aeer.or.id/valuasi-hutan-morowali-2025/
- Morowali: Nikel Itu Fana, Jangan Abadi Sengsaranya – Betahita, diakses Oktober 18, 2025, https://betahita.id/news/detail/11286/morowali-nikel-itu-fana-jangan-abadi-sengsaranya.html?v=1753855998
- Potensi Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah Peta Baru Pertanian …, diakses Oktober 18, 2025, https://sulteng.bps.go.id/id/publication/2024/09/30/0310a657fb8cc3538accb26c/potensi-pertanian-provinsi-sulawesi-tengah-peta-baru-pertanian-berkelanjutan.html
- JURNAL AGRIUMA, diakses Oktober 18, 2025, https://ojs.uma.ac.id/index.php/agriuma/article/download/7173/pdf
- Kakao, “Emas” dari Pinggiran Hutan Kabupaten Sigi yang Tunjang Kesejahteraan Masyarakat – Semua Halaman – National Geographic Indonesia, diakses Oktober 18, 2025, https://nationalgeographic.grid.id/read/133810087/kakao-emas-dari-pinggiran-hutan-kabupaten-sigi-yang-tunjang-kesejahteraan-masyarakat?page=all