Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Gaza yang Tak Pernah Padam

January 9, 2025 20:35
IMG_20250109_203350

Oleh Gunawan Trihantoro
(Sekretaris KEAI Provinsi Jawa Tengah)

Perjuangan menyatukan anak-anak dengan keluarga di Gaza sangat penting. Banyak anak terpisah akibat perang, dan organisasi kemanusiaan berupaya reunifikasi. Proses ini memberikan harapan, rasa aman, serta mengurangi trauma emosional akibat dampak perang yang menghancurkan. [1]

DI TANAH Gaza, cerita terus ditulis,
Darah dan air mata membentuk sungai menangis.
Anak-anak terpisah dari dekapan ibu,
Di bawah langit yang penuh debu.

Seorang ibu berlutut di antara puing,
“Di mana kau, anakku? Di mana kau berlindung?”
Hanya angin yang menjawab lirih,
Membawa bisikan, kisah yang pedih.

“Bu, aku di sini, tapi tak terlihat,
Di balik bayang perang yang menggurat.”
Suara itu ada, tapi tiada wujudnya,
Harapan ibu menggema di langit Gaza.

Seperti pecahan kaca yang berserak di jalan,
Keluarga terpisah oleh perang yang kejam.
Rindu menjadi duri dalam dada,
Doa melayang, berharap sebuah asa.

Di tenda pengungsian, seorang anak bertanya,
“Paman, kapan aku pulang ke rumah kita?”
Sang relawan menatap dengan mata berkaca,
“Nak, kita akan pulang, asal kau percaya.”

Langkah-langkah kecil menyusuri lorong,
Di antara reruntuhan yang berisi kenangan kosong.
Di setiap sudut, cinta tetap berbisik,
Menghidupkan harapan yang sempat tercekik.

Seorang ayah berjalan tanpa arah,
Matanya mencari dalam gelap yang resah.
“Adakah kau melihat putraku, kawan?”
“Aku belum, tapi jangan putus harapan.”

Lalu di satu sudut, pelukan itu terjadi,
“Abi!” teriak anak kecil yang berlari.
Air mata menjadi bahasa tanpa suara,
Mereka kembali, setelah lama terpisah.

Namun, banyak yang masih meratap,
Di tenda-tenda, di malam yang gelap.
Anak-anak tanpa nama, tanpa wajah,
Menunggu tangan yang datang menggapai.

“Bu, apakah aku akan bertemu ayah?”
Tanya seorang bocah dengan mata pasrah.
“Iya, sayang, doa kita takkan henti,”
Jawab sang ibu, meski hatinya perih.

Gaza, di mana cinta dan luka bertemu,
Setiap anak adalah cerita yang pilu.
Namun cinta keluarga lebih kuat dari perang,
Menciptakan nyala di tengah bayang.

Pada malam yang dingin, doa mengudara,
“Maha Kuasa, pulangkan anak-anak kita.”
Dan di balik reruntuhan, suara kecil menjawab,
“Aku di sini, Ibu. Aku takkan lenyap.”

Para relawan terus melangkah gigih,
Menyatukan yang tercerai dalam kasih.
Di antara gelap, mereka membawa terang,
Menyalakan kembali mimpi yang hilang.

Di Gaza, harapan itu tak pernah padam,
Meski badai datang berkali menghantam.
Anak-anak dan keluarga akan bersua,
Di tanah yang menjanjikan surga tanpa duka.

Dan meski perang mencoba memisahkan,
Rindu dan kasih tak akan pernah pudar.
Gaza, engkau adalah cerita tak terlukiskan,
Tentang cinta yang melawan kehancuran.

Rumah Kayu Cepu, 9 Januari 2025

Catatan:
[1] Puisi esai ini terinspirasi dari kisah nyata. Sumber inspirasi dari
https://news.okezone.com/read/2025/01/01/18/3100518/perjuangan-menyatukan-kembali-anakanak-dengan-keluarganya-di-gaza