Catatan Paradoks; Wayan Suyadnya
HATIPENA.COM – Pagi tadi, sebuah lukisan tiba di tangan saya—lukisan gembok, sederhana namun begitu indah.
Lukisan yang kini ada dalam genggaman, karya seorang dokter, Bagus Darmayasa, Direktur Rumah Sakit Puri Raharja Bali.
Tak hanya lukisannya yang memikat, tetapi juga narasi yang menyertainya:
“Gembok tak pernah dibuat tanpa kunci…, demikian Tuhan, tidak pernah mengizinkan masalah tanpa solusi. Tetap usaha, berdoa, dan sabar menanti. Jalan keluar itu akan datang pasti. Selamat pagi.”
Sebuah pesan yang begitu dalam, mengalir seperti embun pagi yang menyejukkan pikiran.
Lukisan itu kemudian diunggah oleh Angga Wijaya, sahabat di Facebook—dia pengidap gangguan mental yang mungkin juga sama seperti saya dan kita semua. Sebuah paradoks tersendiri. Karya seorang dokter menjadi inspirasi bagi seseorang yang sering dianggap “sakit.”
Seakan membuktikan bahwa seni, dalam bentuk apapun, adalah obat bagi jiwa yang terganggu.
Kreativitas yang tak tersalurkan memang bisa menjadi beban, bisa berujung pada ketidakseimbangan mental. Di sisi lain, kreativitas juga bisa menjadi penyelamat, menjadi jembatan yang menghubungkan akal sehat dengan ketenangan batin.
Paradoks ini makin terasa ketika kita merenungkan makna gembok dan kunci.
Kita sering kali takut menghadapi masalah, mengeluh saat diuji, bahkan merasa terjebak dalam kebuntuan hidup.
Padahal, seperti gembok yang diciptakan dengan kuncinya, setiap masalah datang dengan solusinya. Kita hanya perlu dan selalu diajarkan oleh tetua untuk menemukan kuncinya. Belajarlah sampai ke negeri China, begitu petuah tetua.
Tapi di sinilah letak ironinya—banyak dari kita justru nyaman dengan gemboknya, tapi enggan mencari kuncinya.
Kita lebih suka mengunci diri dalam keluhan, meratap dalam kebuntuan, padahal solusi itu selalu ada.
Kita menolak masalah, padahal masalahlah yang menjaga kita tetap berpikir, tetap bergerak, tetap mencari. Masalah bukan untuk menyiksa, tetapi untuk mengasah.
Bukankah gembok justru menjaga sesuatu yang berharga?
Dan bukankah masalah juga menjaga kita agar tidak kehilangan arah, agar kita selalu berpikir lebih dalam, lebih tulus, lebih fokus?
Jika gembok bisa dibuka, masalah pun bisa cair, asal kita mau mencari kuncinya.
Jadi, berkelanalah. Temukan kunci itu. Jangan biarkan gembok kehidupan berkarat hingga membuat kita sekarat. (*)
Denpasar, 27 Februari 2025