Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
HATIPENA.COM – Terima kasih banyak, wahai followers saya. Atas jasa kalian tak kenal lelah dalam mewartakan ketidakadilan. Berkat kegigihan kalian dalam mengetik di kolom komentar dan memviralkan tagar, Muhammad Saelan, sang guru yang sempat jadi tersangka, kini bisa menghirup udara kebebasan lagi. Restorative Justice (RJ), kata mereka. Damai, kata hukum. Kopi sudah siap di atas meja, mari kita bahas episode lengkapnya!
Siapa sangka, profesi guru yang mulia ini bisa berujung di kantor polisi? Kasus bermula ketika Muhammad Saelan, guru di Al Azhar Pontianak, diduga melakukan tindak kekerasan terhadap ARA, seorang siswi, pada November 2023. Orang tua ARA? Seorang polisi. Kombinasi yang cukup memicu plot dramatis.
Laporan diajukan, proses hukum berjalan, dan selama berbulan-bulan, kita semua disuguhkan tontonan yang lebih absurd dari FTV jam siang. Guru tersangka? Check. Murid korban? Check. Orang tua berprofesi polisi? Double check. Netizen panas? Super check!
Bulan demi bulan berlalu, dan akhirnya, pada 20 Maret 2025, sebuah keajaiban hukum terjadi. Mediasi digelar di Unit PPA Subdit IV Ditreskrimum Polda Kalbar. Para pemain utama hadir. Kompol Firah Kasubdit IV Ditreskrimum, AS sang orang tua, M Saelan sang guru, penasihat hukum, istri yang setia, dan tentu saja, tim penyidik.
Dalam adegan lebih dramatis dari ending sinetron Ramadhan, M Saelan mengakui perbuatannya. “Maaf, saya hanya ingin mendisiplinkan siswa,” katanya. Dengan itu, damai pun terjadi. Kasus selesai. The end. Terima kasih sudah menonton.
Tidak lengkap rasanya jika tidak ada adegan menangis. Begitu proses mediasi rampung, istri M Saelan menangis haru. Para guru menyambutnya dengan tepukan di bahu. Murid-murid bersorak gembira. Beberapa orang tua datang membawa bunga seolah kita baru saja menyaksikan final kontes pencarian bakat.
“Kau sudah melalui cobaan terberat. Sekarang, waktunya kembali mendidik,” bisik seorang guru senior penuh hikmah. Adegan yang pantas mendapat nominasi penghargaan kategori “Momen Paling Dramatis dalam Sejarah Pendidikan.”
Saat M Saelan pulang, rumahnya yang dulu penuh kecemasan kini kembali hangat. Angin sepoi-sepoi membawa aroma kebebasan. Apakah ini akhir yang bahagia? Apakah ini kemenangan bagi dunia pendidikan? Ataukah ini hanya episode pertama dari serial panjang berjudul “Guru vs Orang Tua Murid di Negeri Hukum Absurd?”
Yang jelas, mari kita belajar sesuatu dari kisah ini. Jadi guru di zaman sekarang bukan cuma harus pintar ngajar, tapi juga siap mental kalau-kalau mendisiplinkan murid bisa berujung ke pengadilan.
Selamat berjuang, wahai guru-guru Indonesia. Semoga kalian tetap kuat menghadapi plot twist kehidupan selanjutnya! Sekali lagi, untuk seluruh followers saya tercinta, kalian memang hebat. Bila ada lagi kasus serupa, kita serbu lagi. Apakah siap?(*)
#camanewak