Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Hakikat Waktu di Penghujung Tahun

January 1, 2025 06:52
Ilustrasi: Artificial Intelligence/ Hatipena
Ilustrasi: Artificial Intelligence/ Hatipena

Oleh Abustan

KITA mengetahui waktu, tetapi belum tentu kita semua merasakan dinamika waktu. Waktu seringkali berjalan bergerak membisu, membawa kita pergi tanpa kita rasakan kehadirannya.

Begitu pula perjalanan hidup kita, di ibaratkan seperti bulan. Terkadang pernah tidak tampak di permukaan bumi ini. Lalu, ia pun tampak kecil, kemudian purnama membesar lantas berkurang dan berkurang.

Kita pun hanya bergumam dalam hati, bahwa alangkah cepatnya semenit jika dibandingkan dengan sejam. Alangkah cepatnya sehari ketimbang seminggu. Seminggu ketimbang dengan sebulan. Sebulan jika dibandingkan dengan setahun. Seperti hakikat waktu, malam ini beberapa jam lagi tahun berganti dari 2024 ke 2025.

Siklus waktu menandai pergantian tahun 2024 ke 2025. Altar kehidupan berganti dengan peran dan tantangannya. Melakoni kehidupan dengan aneka perubahan, yang tak pernah diam apalagi jeda. Namun, terus “merangsek” maju seperti aliran sungai yang tak dapat “dibendung”. Itulah keniscayaan, absolutisme kehidupan!

Bahkan, lebih dari itu, kecepatan tatanan kehidupan juga telah melaju dengan amat dahsyat. Kini, manusia bagaikan hidup dalam bingkai paradoks. Di satu sisi, nilai kemanusiaan tampak diam di tempat hingga moralitas dan etika menjadi taruhannya. Karena di sisi lain sudah diperdaya dengan arus besar gelombang hedonisme materialisme yang tak beradab.

Itulah potret Indonesia hari ini di mana nafas idealisme dan keadaban berbangsa makin pelan-pelan terkikis habis. Contoh kasus yang lagi marak vonis 6,5 tahun yang tergolong skandal terbesar (korupsi) yang merugikan keuangan negara hanya mendapat hukuman hakim yang dianggap sangat ringan (irasional) dan sangat diskriminatif, sebab melukai rasa keadilan masyarakat kecil yang terkadang menghadapi penegakan hukum sangat keras tanpa kompromi.

Sampai hari ini kecaman dan cacian pada pelanggar hukum dan perusak negara yang dilakukan oleh para koruptor terus membahana di ruang publik seantero Indonesia. Hal ini, memberi peringatan keras para penegak hukum dan pemimpin bangsa supaya jangan coba-coba mempermainkan nasib rakyat jelata, lalu dengan topeng kekuasaan memberikan “kenikmatan” dan perlindungan hukum bagi orang mampu (oligarki).

Sekali lagi, Indonesia sendiri pada pergantian tahun ini, seperti cermin retak. Secara kasat mata “keberpihakan” penegakan hukum dan distribusi pemerataan ekonomi masih jauh dari realitas kesetaraan sebagai wujud kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Ibarat kata pepatah “jauh api dari panggang”. Padahal, kebenaran sesungguhnya ada dalam diri kita masing-masing.

Selamat tahun baru. Mari kita jadikan waktu sebagai sesuatu yang berarti dalam hidup. Seperti kata seorang sufi : bagai dahan-dahan bergoyang yang terpantul dalam air sungai, tak pernah layu di dalam kalbu para Insan Kamil.

Jakarta, 31/12/2024