Ust. Mursalim, MT
Khutbah Idul Fitri di Masjid Al Ikhlas, Kel. Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang, Bandar Lampung, Senin (31/3/2025)
HATIPENA.COM – Umat Islam di seluruh dunia telah dianugerahi nikmat berupa kegembiraan yang telah kita rasakan. Gembira karena pada hari ini kita telah dinyatakan lulus menyelesaikan tugas yang amat berat, yaitu mengerjakan suatu kewajiban yang berupa puasa selama sebulan penuh.
Dengan segala kegiatan di dalamnya, seperti tarawih, tadarus qur’an, i’tikaf serta memberikan sadaqoh dan memuliakan malam Nuzulul Qur’an, serta malam Lailatul Qadar.
Dari sejak subuh hingga datangnya waktu magrib sebulan penuh kita mengendalikan diri dari Tidak makan minum, bukan berarti karena tidak mampu atau kekurangan, melainkan semata-mata ingin taat kepada Allah Swt.
Kedua, gembira karena kita mendapatkan jaminan serta ampunan dari Allah Swt. Karena telah berhasil melaksanakan puasa Ramadan.
Karena itu pada hari ini kita umat Islam seluruhnya telah kembali menjadi suci laksana bayi yang baru lahir. Semua dosa yang pernah kita perbuat lantaran puasa Ramadan, dihapus oleh Allah Swt.
Sesudah kita kembali menjadi suci dan bersih dari dosa dan noda. Mari nikmati hari Raya Idul Fitri ini. Kita ambil dan kita wujudkan dengan bentuk yang nyata. Kita tingkatkan amal dan perbuatan kita yang baik sehingga dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dengan penuh ikhlas dan berharap keberkahan dari Allah Swt.
Kita wujudkan suasana hormat menghormati satu dengan lainnya. Saling maaf memaafkan, saling tolong menolong kepada mereka yang lemah, sehingga suasana di mana tempat tinggal kita bersatu padu, penuh perdamaian, keselamatan, dan kebahagiaan. Semua ini semata-mata kita lakukan hanya untuk memperoleh surga-Nya Allah Rabbal Jalil.
Rasulullah bersabda, bukanlah yang dimaksud dengan berhari raya itu bagi orang yang berpakaian baru tetapi yang dimaksud dengan berhari raya adalah bagi orang yang ketaatannya kepada Allah makin bertambah.
Apa yang kita rasakan, terutama pada waktu mendengar alunan takbir dan tahmid yang berdengung menggetarkan hati itulah kebesaran dan kekuasaan Allah dengan takbirnya.
Suasana lebaran yang penuh hikmat dan sederhana telah nyata memberikan warna kepada umat islam, bahwa dirinya telah memberikan contoh yang positif, bagaimana umat Islam, bahwa dirinya telah memberikan contoh yang positif. Bagaimana umat Islam mendidik diri lewat puasa Ramadan sebulan penuh sanggup menghalau segala tantangan bahwa hawa nafsu, tamak, serakah, dan hawa nafsu syaitaniyah.
Dengan berhari raya ini pulalah umat Islam telah tampak pula persatuan dan kesatuan serta persaudaraannya, kunjung mengunjungi, bersilaturahmi, memohon maaf sesamanya atas dosa dan kehilafan yang mungkin terjadi, baik yang disengaja atau pun tidak disengaja.
Anak minta maaf kepada orangtuanya, yang tua menghargai yang muda, yang muda menghormati yang tua, dengan silih berganti. Semua itu tidak lain hanyalah merupakan usaha hendak membersihkan diri dari segala macam bentuk noda dan dosa, baik yang langsung kepada Allah maupun yang terjadi antar sesama manusia.
Dalam kesempatan berlebaran yang sisa ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita. Kita hilangkan rasa benci, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga apa yang kita miliki saat ini.
Mari kita ganti semua itu dengan kasih sayang dan rasa persaudaraan. Mari kita syukuri nikmat Allah ini dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerah-Nya.
Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan di dunia ini terutama mendapatkan kebahagiaan di akhirat. (*)