Oleh Elmo Amadeo
INDONESIA terus memperluas kolaborasi internasional di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai bagian dari transformasi digital nasional.
Salah satu langkah penting adalah pembicaraan kerja sama dengan Amerika Serikat, yang diwakili Dr. Seth Center, US Acting Special Envoy for Critical and Emerging Technology. Pertemuan ini membahas tata kelola AI serta potensi kolaborasi strategis antara kedua negara.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, menyampaikan bahwa kerja sama ini berfokus pada pengembangan regulasi AI yang inklusif dan peningkatan sumber daya manusia.
Dalam konteks ini, program Digital Talent Scholarship yang melibatkan universitas terkemuka seperti MIT dan Stanford University menjadi prioritas utama. Program ini telah menghasilkan ribuan tenaga ahli digital yang siap mendukung inovasi berbasis AI di Indonesia.
Selain pelatihan, kerja sama ini juga melibatkan transfer teknologi dan pengembangan aplikasi AI di sektor-sektor kunci seperti kesehatan, pendidikan, dan pertanian. Contoh nyata adalah pengembangan aplikasi berbasis AI untuk menganalisis data pasien di rumah sakit yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis dan efisiensi layanan kesehatan.
Kolaborasi dengan AS membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat adopsi AI, meningkatkan daya saing ekonomi digital, dan menciptakan kebijakan teknologi yang berkelanjutan. Dengan kerjasama erat antara pemerintah dan institusi pendidikan, Indonesia optimistis mampu menjadi salah satu pemain utama dalam ekosistem AI global.
(Artikel ini dibuat dengan bantuan AI)
