Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
HATIPENA.COM – Ini cerita dunia kampus, wak. Maklum yang nulis dosen kang ngopi. Ada kawan dosen ngasih kabar, ada temannya baru saja meraih gelar doktor. Yang menarik, penelitiannya itu tentang jimat. Yang punya jimat, boleh ngumpul sini. Promosi doktornya di Program Studi Dirasah Islamiyah, Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Selasa, 4 Maret 2025.
Judul disertasinya, “Jimat dan Pengobatan dengan Ayat Al-Qur’an: Kajian terhadap Kitab Taj al-Mulk karya Syeikh Ismail Al-Asyi”, Nama mahasiswanya, Hadari. Kebetulan satu daerah, cuma belum pernah jumpa dan beda kampus. Sambil seruput kopi liberika, saya coba ringkas disertasinya yang tebal itu.
Selamat datang di era akademik, di mana penelitian tak lagi berkutat pada sekadar angka dan rumus, tapi juga jimat dan ayat suci. Hadari, kini resmi bergelar doktor setelah sukses mempertahankan disertasinya yang membahas Taj al-Mulk, kitab legendaris yang meneliti bagaimana ayat-ayat Alquran bisa berubah fungsi menjadi perlindungan supranatural. Sebuah penelitian yang, tanpa ragu, bakal membuat Newton meneteskan air mata dan Einstein berpikir ulang tentang relativitas.
Hadari dengan sabar menjelaskan, manusia memang unik. Saat logika dan ilmu pengetahuan sudah mentok, mereka dengan cekatan beralih ke strategi lain, jimat, doa, dan harapan. Karena, ya, ketika menghadapi problematika hidup, tak semua bisa diselesaikan dengan kalkulasi dan pemrograman. Kadang, selembar kertas bertuliskan huruf Arab lebih menenangkan dari sekadar konsultasi psikolog.
Dengan pendekatan tafsir dan metode studi pustaka, Hadari menggali lebih dalam bagaimana ayat-ayat Alquran berubah dari teks suci menjadi amulet (jimat) kelas wahid. Analisisnya mengungkap bahwa bagi sebagian orang, jimat itu bukan sekadar benda mati, tapi portal spiritual, koneksi langsung ke Sang Maha Kuasa. Bahkan, selembar kertas bertuliskan huruf Arab yang terjatuh di jalan lebih cepat diselamatkan dari dompet yang tercecer. Begitu tinggi nilai sakralnya.
Penelitian ini juga menjawab pertanyaan penting, apakah jimat hanya untuk mereka yang gagal move on dari dunia mistis? Tidak juga. Dalam sudut pandang antropologi, ini adalah bukti bahwa manusia selalu punya cara beradaptasi. Jika realitas tak bisa dijinakkan dengan ilmu pengetahuan, maka sihir yang akan mengambil alih. Persis seperti kehidupan modern, ketika ekonomi sulit, kita tidak memperbaiki sistem, tapi berdoa agar harga-harga turun.
Harapannya, penelitian ini bisa memperkaya studi keislaman di Indonesia. Siapa tahu, di masa depan, akan ada fakultas baru, Ilmu Sains Gaib dan Teknologi Spiritual. Sebab, di negeri ini, yang irasional sering kali lebih masuk akal dari yang logis. Hadari? Ia telah membuka gerbang akademik ke dunia yang lebih luas, sebuah dunia di mana tafsir dan sihir berjalan beriringan, sambil menertawakan batas-batas rasionalitas.
Kira-kira itu singkatnya, wak. Memang, ada yang tidak percaya jimat. Katanya syirik. Namun, tak sedikit umat Islam masih menyimpan jimat. Macam-macam peruntukkannya. Untuk penglaris, dimudahkan urusan, lawan bisa takluk, dan yang terkenal bisa membuat cewek klepek-klepek. Silakan yang percaya dan tidak. Saya sih masih percaya, kopi itu bisa membuat otak encer.(*)
#camanewak