HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Kalah 2 Set, Timnas Comeback Singkirkan Thailand

June 19, 2025 15:46
IMG-20250619-WA0050

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar


HATIPENA.COM – Luar biasa Timnas voli putra kita. Bayangkan, wak. Udah kalah dua set, banyak matikan tv, eh bisa comeback, dan akhirnya menang atas Thailand. Mari simak perjuangan Rivan cs di ajang AVC National Cup, dan tentu sambil seruput kopi tanpa gula.

Tanggal 18 Juni 2025. Lokasi: Isa Bin Rashid Hall, Manama, Bahrain. Waktu: hampir magrib, langit mulai gelap, dan jantung para penonton Indonesia sudah copot entah ke mana.

Di layar kaca, Timnas Voli Putra Indonesia sudah tertinggal 0-2 dari Thailand. Skor dua set pertama, 22-25, 22-25. Terlihat jelas, beberapa pemilik warung kopi sudah mulai ganti channel ke sinetron. Anak-anak SD mulai menulis status, “Indonesia kenapa sih cupu banget?” Bahkan ayam tetangga mulai berdiri lebih tinggi dari biasanya, tanda ejekan kosmik.

Thailand seperti naga dari timur yang sedang panas-panasnya. Smash mereka meledak bagai petasan cap Rudal Fattah 1 Iran. Servis mereka tajam seperti kutukan mantan. Pemain kita? Ya, mereka seperti belum minum teh manis, hilang rasa, kehilangan arah. Tapi seperti kata pepatah Tionghoa yang tidak ada sumbernya, “Pendekar yang belum kalah dua set, belum pantas bangkit.”

Lalu, sesuatu yang sakral terjadi. Jeff Jiang Jie, pelatih asal negeri asal-usul kungfu, mengangkat tangan kanan ke langit. Ia memejamkan mata. Para pemain pun tahu, ini bukan waktu biasa, ini saatnya memanggil Jurus Siluman Set Ketiga.

Masuklah Rivan Nurmulki, ia bukan manusia biasa. Ia adalah Opposite Hitter dengan notot terbuat dari baja ringan dan tekad yang diasah oleh kesepian latihan. Ia menepuk dada tiga kali, menandakan bahwa ia siap mengusir aura kekalahan dari udara Bahrain. Di belakangnya, Farhan Halim, lincah, gesit, wajahnya seperti bintang FTV tapi tangannya seperti tangan dewa perang. Mereka berdua adalah duet maut, semacam Yin dan Yang versi voli.

Set ketiga dimulai. Tiba-tiba Indonesia bangkit. Smash Rivan membelah lapangan seperti meteor jatuh. Farhan meloncat dan menghantam bola seolah-olah bola itu adalah utang negara. 25-19! Bukan hanya kemenangan set, tapi pembalikan nasib, semacam revolusi batin nasional. Di sisi Thailand, wajah-wajah mereka mulai seperti WiFi yang kehilangan sinyal.

Set keempat. Indonesia melaju, tapi Thailand belum habis. Mereka menyerang dengan segala ilmu servis terkutuk dari lembah Mekong. Tapi Jeff Jiang tak tinggal diam. Ia memberi isyarat dengan bahasa tubuh ala film silat, jari telunjuk ke langit, jari tengah ke arah bench. Masuklah Jasen Natanael Kilanta! Setter yang dikenal bisa memutar ritme seperti DJ Arab naik haji.

Laga berlangsung ketat. Net bergoyang, lantai hall bergetar. Doni Haryono, sang intel voli yang pernah main di Liga Thailand, membaca gerakan lawan seperti membaca buku yang pernah ia tulis. Akhirnya… 25-23 untuk Indonesia! Skor imbang 2-2. Di warung kopi, tivi-tivi menyala kembali. Air mata netizen jatuh ke nasi padang mereka.

Set kelima adalah set langit. Tak ada waktu santai. Ini seperti duel terakhir dalam film kolosal, darah, keringat, dan smash terakhir. Garuda tampil beringas. Rama Fazza, Tedy Oka, dan Hendra Kurniawan naik level seperti karakter yang baru ambil item legendaris di Mobile Legends. Smash demi smash menghujani Thailand.

Akhirnya, 15-8! Bukan sekadar angka, tapi puncak dari kisah epik yang akan dikenang cucu-cucu netizen di masa depan.

Thailand roboh. Habis. Tamat. Mereka seperti lawan silat yang tak menyangka bahwa pendekar yang terkapar bisa bangkit dan mengirim tendangan naga di menit terakhir. Thailand kini dipastikan gagal lolos dari fase grup. Indonesia? Melaju gagah ke babak perempat final, siap menghadapi tuan rumah Bahrain, seperti pahlawan yang belum selesai menulis takdirnya.

Ini bukan cuma laga voli. Ini novel wuxia, ini drama silat, ini puisi berdarah yang ditulis dengan smash dan servis. Ini adalah cara Indonesia berkata kepada dunia, “Kami mungkin tertinggal… tapi kami tidak pernah selesai.” (*)

#Camanewak!