Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kata Berkah yang Menghiasi Puasa

March 9, 2025 13:08
IMG-20250309-WA0086

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Ada follower saya bilang gini, “Bang, sekali-kalilah nulis tentang Islam, jangan korupsi mulu.” Ehem, kang ngopi disuruh nulis tentang narasi keislaman. Baiklah, ini soal berkah. This is it!

Ramadan datang. Otomatis, kata “berkah” ikut naik daun. Tiba-tiba, semua hal bisa dikaitkan dengan berkah. Pedagang laris? Berkah. Tukang parkir panen cuan? Berkah. THR cair? Wah, berkah luar biasa! Bisa beli baju baru, bisa mudik, bisa nyogok ponakan biar nggak nanya, “Kapan nikah?”

Tapi di sisi lain, ada juga yang gagal berkah. Duit hasil maling? Tidak berkah. Korupsi triliunan? Tidak berkah, kecuali… eh, nggak ada kecualinya. Harta nggak halal itu kata ustaz sih pasti bikin hidup gelisah. Walaupun, ya, ada aja yang percaya, “Tenang aja, nanti cuci dosa. Bangun masjid satu, dosa hilang satu.” Ya kalau dosa satu. Lah kalau seribu? Masjidnya bakal lebih banyak dari Indomaret!

Baik, kita kembali inti persoalan, apa sebenarnya berkah itu? Kita sering pakai kata berkah, tapi apakah kita benar-benar paham artinya?

Secara definisi, berkah itu sesuatu yang membawa kebaikan, manfaat, dan keberlanjutan. Duit banyak tapi hati nggak tenang? Itu namanya harta, bukan berkah. Duit sedikit tapi cukup dan bikin hidup damai? Nah, itu baru berkah.

Berkah juga bukan sekadar angka. Makanya, ada orang gaji puluhan juta tapi selalu merasa kurang. Sementara ada yang gaji pas-pasan tapi hidupnya tenang. Kenapa? Karena berkah itu nggak bisa diukur dari saldo rekening. Kalau berkah bisa dihitung, pasti bank sudah bikin fitur baru, “Cek Saldo Berkah Anda!”

Tapi ya, nggak bisa dipungkiri, dalam praktiknya, kata berkah sering dipakai asal-asalan. Di bulan Ramadan, kata berkah bisa dipakai dalam segala situasi.

  • Macet panjang di jalan tol? “Ya sudah, anggap saja berkah Ramadan.”
  • Anak kecil teriak-teriak di masjid? “Biarin, Ramadan ini bulan penuh berkah.”
  • Tidur seharian pas jam kerja? “Tenang, katanya tidur orang puasa itu berkah.” (Padahal, kalau dipecat, berkah buat perusahaan, bukan buat dia).

Saking fleksibelnya kata berkah, ada yang percaya kalau uang haram bisa jadi berkah asal disumbangkan ke tempat ibadah. Wah, menarik. Jadi kalau maling, tapi hasilnya buat amal, kira-kira Tuhan ngitungnya gimana? Dapat pahala atau malah disuruh audit di akhirat?

Ada juga yang percaya kalau hidupnya penuh berkah karena punya segalanya. Rumah mewah, mobil banyak, tabungan miliaran. Tapi giliran ada masalah dikit, langsung panik. Padahal, berkah sejati itu bukan tentang banyaknya harta, tapi tentang banyaknya ketenangan.

Kalau mau berkah, jangan cuma ngomongin berkah. Ramadan bukan cuma soal kata berkah yang diulang-ulang. Berkah itu harus dicari, dirawat, dan dijaga.

Kalau mau dagangan berkah, ya jangan tipu-tipu harga. Kalau mau kerja berkah, ya jangan cuma rebahan sambil pura-pura serius depan laptop. Kalau mau hidup berkah, ya jangan berharap kaya instan dengan cara curang. Karena berkah sejati itu nggak datang dari teori, tapi dari kebiasaan baik yang terus dilakukan.

Ramadan ini, jangan cuma cari berkah buat diri sendiri. Coba juga jadi berkah buat orang lain. Siapa tahu, itu yang bikin hidup kita benar-benar berkah, bukan cuma di mulut, tapi juga di hati.

Semoga saja para koruptor taubat. Lah, kok ngomong korupsi lagi. Maksudnya, harta yang ia simpan bejibun itu tidak berkah. Nanti diumpeni ke anak, anaknya jadi koruptor juga. Ups, maaf wak!

Kang ngopi lagi mode taubat.(*)

#camanewak