Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ketika Allah Bergembira

March 7, 2025 13:37
IMG-20250307-WA0069

Ilustrasi : Meta AI/ Rizal Pandiya
Penulis Wawan Susetya *)

Hikmah

HATIPENA.COM – PERNAHKAH kita membayangkan bagaimana rasanya ketika kita kehilangan seekor unta sebagai tunggangan (kendaraan) di tengah padang pasir? Di tengah padang pasir dengan terik matahari yang menyengat ubun-ubun, kita hanya bisa berjalan dengan terengah-engah disertai rasa haus yang sangat.

Di tengah perjalanan yang melelahkan itu, tiba-tiba unta tunggangan kita datang menghampiri kita. Dalam kondisi seperti itu, bagaimanakah ekspresi perasaan kegembiraan kita setelah menemukan kembali unta kendaraan kita?

Atau, bila dikontekstualkan di zaman sekarang, seseorang kehilangan mobil barunya Fortuner saat diparkir di suatu tempat. Di tengah keputus-asaan itu, tiba-tiba ada kerabatnya yang menemukan mobil itu tak jauh dari tempat parkir. Betapa gembiranya dia setelah menemukan kembali mobil barunya yang telah hilang beberapa saat.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik al-Anshari r.a pembantu rumah tangga Rasulullah Saw pernah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda: Sungguh Allah sangat bergembira melihat tobatnya hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang di antara kamu yang tiba-tiba menemukan kembali ontanya yang hilang meninggalkan dia di tanah belantara. (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Sungguh Allah sangat bergembira melihat tobatnya hamba-Nya ketika ia tobat kepada-Nya, melebihi kegembiraan salah seorang di antara kamu yang menemukan kembali dengan tiba-tiba kendaraannya yang hilang di tanah belantara sedang kendaraannya itu bermuatan makanan dan minuman, lalu dia sampai berputus asa kemudian datang ke sebuah pohon dan berbaring di bawahnya, sungguh dia telah berputus asa dari mendapatkan kendaraannya itu.

Dalam keadaan demikian tiba-tiba kendaraan itu berada di depannya, lalu dipegang kendalinya, kemudian saking gembiranya ia sampai mengatakan, Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu. Ia ucapkan yang demikian itu dengan keliru lantaran saking gembiranya.

Begitulah ekspresi seseorang yang menemukan kembali kendaraannya (unta) dengan mengangkut bekal makanan dan minuman di tengah keputus-asaan sehingga ia mengucap Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu.

Dia mengucapkan yang demikian karena saking gembiranya, sehingga tak menyadari kalau kata-katanya keliru atau terbalik.

Dalam hadits Nabi Saw tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt lebih bergembira daripada gembiranya seseorang yang telah menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir, yakni ketika Allah Swt melihat ada hamba-Nya yang bertaubat nasuha kepada-Nya.

Maksud bergembira bagi Allah Swt di sini, yakni bahwa Allah ridha terhadap tobat hamba-Nya. Atau Allah menerima tobat manusia yang bertobat kepada-Nya.

Para Ulama menafsirkan bahwa maksud kegembiraan Allah dalam hadits ini, yakni untuk memberikan semangat kepada manusia supaya bersegera bertobat atas dosa-dosa dan kesalahannya. Dari hadits di atas mengisyaratkan bahwa Allah benar-benar membuka pintu tobat hamba-hamba-Nya yang hendak bertobat kepada-Nya.

Hal itu sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Nabi Muhammad Saw: Sesungguhnya Allah Taala selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima tobat orang yang melakukan kesalahan di siang hari; dan Ia membuka tangan-Nya di waktu siang untuk menerima tobat orang yang salah di malam hari. Begitulah hingga matahari terbit dari barat. (HR Muslim).

Sebagaimana dijelaskan Dr. Husaini A. Majid Hasyim dalam Syarah: Riyadhush Shalihin bahwa redaksi membuka tangan-Nya dari hadits di atas menunjuk pada kebiasaan orang-orang Arab; yakni apabila mereka merasa lega terhadap sesuatu, maka mereka membuka tangannya untuk menerimanya.

Sebaliknya, kalau mereka tidak suka terhadap sesuatu, maka mereka menggenggam tangannya. Artinya, ketika Nabi Muhammad Saw menyatakan hadits dengan menggunakan redaksi membuka tangan dan matahari terbit dari barat seperti di atas, tentu masyarakat Arab bisa memahaminya dengan jelas.

Atau, dalam hadits lain, Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Allah menerima tobat seseorang, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan. (HR Tirmidzi).

Jika kaum Muslimin bertobat, maka Allah Swt akan mengampuni mereka karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun (Ghafur), Allah Maha Mengampuni secara terus-menerus dosa-dosa hamba-Nya (Tawwab), Allah Maha Menutup aib hamba-Nya (Ghaffar), Allah Maha Pemaaf (Afuw), dan sebagainya.

Demikianlah bahwa Dia menyediakan pintu pertobatan bagi hamba-hamba-Nya; jika mereka benar-benar bertobat kepada-Nya, niscaya Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa mereka. (*)

*) Penulis adalah Sastrawan & budayawan dan penulis Satu Pena Jatim, tinggal di Tulungagung-Jatim.