Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Lebaran dan Ajang Pamer Prestasi Anak

March 30, 2025 21:54
IMG-20250330-WA0123

Rizal Pandiya
Sekretaris Satupena Lampung

HATIPENA.COM – Lebaran adalah momen sakral penuh makna. Saatnya saling memaafkan, mempererat silaturahmi, dan… tentu saja, ajang unjuk gigi! Dari outfit seragam keluarga yang matching ala grup vokal, hingga koleksi makanan paling lengkap di meja ruang tamu.

Tapi tahun ini, satu bapak berhasil mengubah standar ajang pamer Lebaran ke level berikutnya: pamer prestasi anak!

Seorang bapak viral di TikTok karena mencetak dan memajang semua sertifikat dan penghargaan anaknya di dinding rumah.

Lho, ini Lebaran atau pameran pendidikan? Dalam video yang diunggah oleh @gio_farel04, tampak sang bapak dengan penuh kebanggaan menempelkan lembar-lembar prestasi akademik anaknya. Alasannya? Sederhana dan visioner: “Biar beda dengan tetangga.”

Tentu saja, aksi bapak ini menuai beragam reaksi. Ada yang salut, ada yang ngakak, ada juga yang langsung merasakan PTSD dari pertanyaan klasik, “Anak ibu sekarang kerja di mana?” Bahkan, beberapa netizen merasa perlu melakukan strategi penghindaran tingkat tinggi, seperti memilih jalan muter biar nggak perlu mampir.

Momen PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pascatrauma, ini makin nyata ketika tamu datang, lihat deretan sertifikat di dinding, lalu otomatis menoleh ke anak sendiri dengan tatapan penuh harapan (dan sedikit ancaman). Situasi berubah jadi tegang, ketupat mendadak terasa keras, dan opor ayam tiba-tiba anyep.

“Kenapa anak kita nggak punya sertifikat kayak gitu?” bisik-bisik mulai terdengar. Padahal, yang penting kan niat silaturahmi, bukan nilai rapor!

Komentar-komentar netizen juga nggak kalah seru:

“Rumah yang sangat dihindari kita semua.”

“Untung kita nggak tetanggaan, bisa dibandingkan tujuh turunan.”

“Sederhana tapi anak tetangga tidak suka.”

Jujur aja, momen Lebaran memang sering kali jadi ajang perbandingan yang tak terelakkan. Yang satu pamer prestasi akademik anaknya, yang lain sibuk memamerkan anaknya yang sudah PNS, sedangkan yang lain hanya bisa pamer masih bertahan hidup di tengah harga sembako yang makin mahal.

Tapi mari kita lihat sisi positifnya. Setidaknya bapak ini bangga dengan prestasi anaknya, bukan sibuk pamer betapa mahalnya tiket pesawat mudik yang dia beli. Karena jujur, kalau obrolan di ruang tamu beralih ke topik harga tiket yang lebih mahal daripada ke Singapore PP, kita semua pasti mendadak ingin jadi bagian dari kursi tamu yang nggak bersuara.

Lagian, masih mending membanggakan prestasi dan sertifikat anak, daripada si Bahlul yang disertasinya plagiat, si Mulyono yang ijazahnya palsu total, atau anaknya yang ngakunya kuliah di Australia, padahal cuma setara dengan kursus kilat. Kalau yang begini-begini dipamerkan juga, tamu yang datang bisa-bisa auto makan ketupat sambil menahan ketawa.

Akhirnya, Lebaran tetaplah tentang kebahagiaan, meskipun caranya unik-unik. Ada yang pamer sertifikat, ada yang pamer baju baru, ada juga yang pamer bahwa mereka bisa tidur setelah makan ketupat tanpa takut diceramahi soal masa depan.

Apa pun itu, semoga kita semua tetap bisa menikmati hari raya tanpa harus membandingkan diri sendiri dengan prestasi orang lain. Lagipula, bukankah pencapaian terbesar kita saat Lebaran adalah sukses menghindari pertanyaan bagi yang terkena PHK, “Mana THR-nya?” (*)