Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Lebaran, THR, dan Drama Nasional

March 31, 2025 06:27
IMG-20250331-WA0004

Rizal Pandiya
Sekretaris Satupena Lampung

HATIPENA.COM – Lebaran ini, seperti biasa, grup WhatsApp kita mendadak ramai. Padahal selama setahun sepi, tiba-tiba ada yang kirim ucapan maaf lahir batin dengan kalimat panjang kayak skripsi. Yang lebih absurd lagi, banyak yang kirim video atau twibbon segala. Ini Lebaran atau kampanye? Handphone mendadak penuh, kuota habis, dan yang bikin sebel, kadang yang kirim itu orang yang kita aja lupa pernah kenal di mana. Begini amat ya cara minta maaf?

Ngomong-ngomong, cicip kue Lebaran dulu, bro. Istri saya sejak beberapa hari sebelum Lebaran ini sibuk banget buat kue. Kayak ada pejabat yang mau dateng. Saya sampai curiga, jangan-jangan ini semua disiapkan buat tamu penting, seperti Pak RT, Pak Lurah, dan lain-lain. Bukan buat saya. Tapi ya sudahlah, yang penting saya kebagian.

Oh iya, soal tampilan Lebaran, kenapa sekarang orang pada ribet ya? Harus pake skincare biar lebih kinclong, apalagi kalau mau dilihat calon mertua. Tapi hati-hati bro, kalau nggak rata pakenya, nanti wajah putih, leher coklat. Gimana mau meyakinkan calon mertua kalau warnanya belang? Belum lagi harus pake baju baru, celana baru, semuanya serba baru. Kok ribet amat? Padahal Lebaran itu intinya saling memaafkan, bukan fashion show!

Nah, kalo denger yang namanya tiga huruf: THR alias Tunjangan Hari Raya, kadang bikin kita senyum-senyum sendiri. Sejak kapan budaya THR ini muncul? Dulu, THR itu konsepnya sederhana. Perusahaan kasih bonus ke karyawan supaya mereka bisa merayakan Idul Fitri dengan bahagia. Tapi entah sejak kapan, definisi THR ini berubah drastis.

Sekarang semua orang merasa berhak minta THR ke siapa saja. Kepala dinas, pengusaha, tetangga, bahkan orang beda agama pun ditodong. Lah, ini THR apa pungli?

Yang bikin ngakak, ada kejadian di Bekasi, beberapa ormas ngamuk karena permintaan THR mereka ditolak. Sampai pecahin kaca kantor dinas kesehatan! Bayangkan, THR yang seharusnya berbagi kebahagiaan malah berujung intimidasi. Kalau begini terus, jangan-jangan tahun depan ATM dan minimarket bakal dipasangi spanduk: “Maaf, THR sudah habis.”

Lebih parah lagi, di beberapa daerah, toko-toko sampai memilih tutup karena dipalakin preman yang mengatasnamakan ormas. Semua toko dimintain THR, padahal ekonomi lagi lesu, daya beli rendah. Pedagang yang harusnya cari untung malah buntung. Ini namanya bukan THR, tapi pungli berjamaah. Gimana mau maju kalau tiap tahun begini terus?

Dan fenomena lain yang juga absurd, kenapa ada yang minta THR ke orang yang berbeda agama? Lebaran itu kan hari raya umat Islam. Bayangkan kalau pas Natal, ada orang Muslim ngetok rumah pendeta minta THR. Ngaco kan? Harusnya malu, bro!

Oh iya, kalau kita lihat dari sudut pandang lain, THR ini juga bisa punya kepanjangan lain. Ada yang bilang THR itu Tunjangan Hari Rabu, berarti kalau mau minta harus pas di hari Rabu! Ada juga yang bercanda kalau THR itu Tunjangan Hari Receh, karena isinya kadang cuma lembaran kecil yang langsung ludes buat beli es cendol atau cilok. Bahkan ada yang nyeletuk, THR itu Tunggu Harapan Runtuh, karena yang ditunggu-tunggu ternyata gak cair juga!

Tapi hati-hati bro, jangan mudah percaya sama pesan WhatsApp. Sekarang banyak modus penipuan. Misalnya, tiba-tiba ada pesan masuk: “Selamat, Anda mendapat THR dari perusahaan kami. Silakan hubungi kami sekalian kirim nomor rekening.” Eh, nggak taunya penipuan! Ujung-ujungnya, bukannya dapat THR, malah rekening terkuras. Jadi kalau dapat pesan mencurigakan, jangan langsung girang. Bisa-bisa THR-nya malah kebalik jadi Tertipu Habis Rezeki!

Jadi, mari kita kembalikan esensi THR ke jalur yang benar. THR itu bukan hak universal seperti oksigen. Kalau memang dikasih, bersyukur. Kalau enggak, ya jangan ngamuk! Masa mau merayakan kemenangan setelah sebulan puasa, tapi caranya dengan ngamuk-ngamuk?

Akhir kata, selamat Lebaran buat semuanya. Mohon maaf lahir batin. Dan buat yang masih nyari THR sana-sini, coba deh mulai dari kerja dulu. Siapa tahu tahun depan malah bisa ngasih THR ke orang lain! (*)

Salam sehat dan bahagia!