Oleh: Dahlan Iskan
Jumat 30-05-2025
HATIPENA.COM – Muhammadiyah punya Zendo. Sudah beroperasi di 27 kota/kabupaten. Tanggal 1 Juni besok mulai merambah Surabaya.
Sebetulnya Zendo belum milik Muhammadiyah. Zendo masih milik pribadi seorang wanita tangguh dari kota kecil Tulungagung: Lutfy Azizah –dipanggil Lutfy.
Dialah yang mendirikan Zendo. Dia yang mengembangkannya. Awalnya dimaksudkan khusus hanya untuk Tulungagung.
Lalu Muhammadiyah tahu: ada warganya yang luar biasa. Lutfy Azizah pun diajak bicara. Bagaimana kalau Zendo dikembangkan ke seluruh Indonesia.
Lutfy setuju. Jaringan Muhammadiyah bisa digerakkan.
Lutfy sangat pantas dapat perhatian dari Muhammadiyah. Dia seorang pengabdi yang tahan banting. Dia 10 tahun mengajar di TK Muhammadiyah, Tulungagung. Lalu di SD-nya. Gaji Lutfy hanya Rp 250 ribu/bulan. Atau Rp 350.000. Pokoknya di bawah 500.000.
Padahal dia janda. Harus mengasuh satu anak. Juga harus merawat adiknya yang penyandang disabilitas –tidak bisa berjalan. Bahkan masih harus merawat ibundanya pula yang sakit kanker payudara.
Maka di samping mengajar, Lutfy bekerja apa saja. Mulai dari antar anak orang ke sekolah sampai mengajar ngaji Quran malam hari. Bahkan cuci baju dan piring di rumah tetangga. Pun sering disuruh belanja ke pasar.
Seringnya disuruh belanja dan antar anak itulah yang membuat Lutfy berpikir: kenapa tidak lewat WA saja. Maka Lutfy membuka layanan lewat WA. Siapa pun, perlu apa pun cukup minta ke Lutfy lewat WA.
Lama-lama Lutfy kewalahan. Lalu mengajak temannya ikut melayani permintaan. Lutfy kian dipercaya. Layanannya cepat. Juga memuaskan.
Akhirnya Lutfy membentuk admin WA. Sopirnya kian banyak. Admin-lah yang membaca WA. Admin pula yang menugaskan sopir untuk melayani permintaan –lewat WA juga.
Admin WA itu dia beri nama Zendo. ”Zen” adalah nama anaknya: Abizen. ”D” dari delivery. ”O” dari order. Zendo pun kian populer di Tulungagung. Sampai punya 115 driver.
(Lutfy Azizah bersama tim Inti Zendo sekitar 9 tahun lalu)
Di Tulungagung, Zendo mengalahkan Gojek dan Grab? “Tidak bisa disebut mengalahkan. Zendo sudah ada lebih dulu,” kata Lutfy.
Zendo dimulai tahun 2012. Go-Jek dan Grab baru masuk Tulungagung lima tahun kemudian. Orang di sana sudah hafal motto Zendo: “Zendo, Apa Aja di Mana Aja”.
Yang menemukan kehebatan Lutfy adalah tokoh Muhammadiyah bernama Ghufron Mustaqim. Ia adalah ketua Sumu –Sarikat Usaha Muhammadiyah– Yogyakarta.
Ghufron menilai Zendo bisa dikembangkan ke mana-mana. Tentu harus lebih modern. Tidak lagi hanya lewat WA. Harus pakai aplikasi. Ghufron pun mencarikan orang Muhammadiyah yang ahli membangun aplikasi.
Ghufron adalah alumnus Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Ia juga pernah menjadi ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
“Sekarang Zendo berjalan bersamaan. WA tetap jalan. Aplikasi mulai jalan,” ujar Lutfy. “Sampai kelak aplikasinya sempurna. Sekarang masih belum sempurna,” tambah Lutfy.
Beda dengan yang lain, di Zendo driver mendapat hak 80 persen. Itu karena Zendo harus pro umat. Bahkan untuk pengembangan ke-27 kota pun Zendo belum memungut apa pun. Hanya memberikan lisensi.
“Biar Muhammadiyah yang mengaturnya kelak,” ujar Lutfy.
Anak Lutfy kini sudah besar. Sudah SMP. Ibunyi meninggal lima tahun lalu. Kanker payudara sang ibu tidak tertolong. RS di Tulungagung tidak bisa menangani. Lutfy kirim ibunda ke RS Baptis di Kediri. Dua minggu di situ meninggal dunia.
Ayah? “Ayah meninggal saat saya masih SD. Beliau guru honorer. Lalu jadi sopir,” ujar Lutfy.
Lutfy sendiri tamat SMAN 1 Tulungagung. Lalu kuliah di perguruan tinggi agama Islam Muhammadiyah, Tulungagung: jurusan pendidikan agama Islam.
Zendo lahir dari rahim penderitaan seorang wanita biasa. Dia bukan wanita biasa. Zendo sedang dikembangkan ke seluruh Indonesia. Di depannya ada raksasa-raksasa dunia.
Ke depan Zendo akan tetap berpusat di Tulungagung. Lutfy pun sampai kini tetap tinggal di sana. Zendo berangkat dari niat mengabdi. Tidak akan ada kamus bakar uang di Zendo.
Yang lain bakar uang untuk mendapat semangat. Zendo bakar semangat untuk dapat uang. (*)
(Lutfy Azizah foto bersama Keluarga Zendo Tulungagung)