Ramli Djafar
(Religiositas dan Sastrawan Sumbar)
PERADABAN dunia berkembang dengan pesat sekali, hal ini nampak dan nyata dalam kemajuan di bidang komunikasi, dunia kedokteran, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Saat sekarang ini dengan mudah setiap orang bisa mendapatkan informasi apa saja dengan cepat (namun perlu cross ceck untuk kebenarannya). Bahkan dalam kurun waktu terakhir, orang sudah berkomunikasi dengan orang lain melalui video call sehingga memutuskan segala jarak yang jauh hanya dengan sekejap mata saja.
Melalui internet orang dengan mudah mendengar berita di belahan dunia lain dengan cepat, dan juga dapat menonton film apa saja yang diinginkan sehingga membuat batasan-batasan yang ada menjadi terlampaui.
Bahkan dalam hal ini banyak orang telah mengidolakan tokoh-tokoh tertentu yang belum tentu sesuai dengan kepribadiannya sebagai dampak dari ini semua. Atau dengan kata lain, tanpa batasan apa pun orang bisa hidup seperti yang dilihatnya melalui media elektronika.
Melalui hal ini pula, tanpa disadari ada banyak orang telah hidup bukan dengan budayanya sendiri, tetapi larut dalam budaya hidup bangsa lain, yang belum tentu sesuai dengan ruang lingkupnya.
Secara garis besar, hal ini membuat banyak orang terjebak dalam situasi dan kondisi yang pada mulanya mungkin tidak mampu dibayangkannya sama sekali. Namun karena kelekatan akan hal inilah yang membuat banyak pribadi mengalami perobahan-perobahan hidup yang drastis.
Dalam hal ini kita juga bisa melihat banyak orang tidak malu-malu lagi melakukan hal-hal yang selama ini dikekang atau dilarang, karena tidak sesuai dengan latar belakang kehidupan yang dijalaninya.
Secara garis besar, budaya malu mulai hilang dalam kepribadian setiap orang, apalagi sebagai orang yang menganut budaya timur yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan diri, kini telah berganti dengan budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kehidupan yang dijalani.
Contoh, orang tidak malu lagi menggunakan busana yang menurut sudut pandang tradisi orang budaya timur tidak sesuai sama sekali, karena mengenakan pakaian yang bisa memancing dorongan hawa nafsu di hati setiap orang yang melihatnya.
Orang tidak malu lagi melakukan hal-hal yang dianggap melanggar aturan yang berlaku dimasyarakat umum seperti budaya antre, budaya untuk menghormati yang lebih tua, dll.
Orang tidak malu lagi melakukan kejahatan diri seperti korupsi, sehingga sekalipun ditangkap, diadili, dan dipenjarakan tetap bisa mengumbar senyum saat berhadapan dengan orang banyak.
Orang tidak malu lagi melakukan kejahatan untuk mendapatkan hal-hal yang hanya untuk pemenuhan hawa nafsunya sendiri.
Orang tidak malu lagi bila tidak melakukan kewajiban beragamanya, dan tidak malu bila tidak mau membantu kehidupan sesama yang membutuhkan pertolongannya sekalipun dalam hal ini ia adalah orang yang berada, punya kemampuan atau kategori orang kaya. Dan berbagai hal lainnya di hidup yang dijalani.
Pertanyaannya, mengapa orang tidak punya rasa malu lagi melakukan hal-hal yang seperti ini?
Fakta menunjukkan kemajuan zaman ternyata tidak diikuti dengan kemajuan di bidang rohani setiap orang, sehingga ada banyak orang yang gagal di hidup yang dijalaninya, dan tidak malu untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Setiap hari kita melihat pelanggaran yang dilakukan manusia terkait dengan kehidupan yang dijalaninya.
Masih adalah budaya malu di negeri yang kita cintai ini ? Waktu dan tempat akan menjawab segalanya. (*)
Padang, Sabtu 11 Januari 2025