Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Megawati dan Liga Korea

April 9, 2025 10:30
IMG-20250409-WA0025

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Liga voli putri Korea KOVO baru saja berakhir. Seperti sinetron panjang 437 episode tanpa jeda iklan. Finalnya pun menguras air mata dan tisu. Juaranya, Pink Spiders. Runner-up-nya, Red Sparks. Tapi, juara sejati di hati netizen Indonesia? Sudah pasti, Megawati Hangestri Pertiwi.

Bayangkan, wak! Ini bukan liga lokal. Ini bukan Proliga. Ini bukan kompetisi RT sebelah. Ini liga Korea, nun jauh di sana. Tapi atensi masyarakat Indonesia ke liga ini kayak cinta pertama. Susah dilupakan, selalu ditungguin. Bahkan, katanya, rating KOVO di Twitter Indonesia mengalahkan rating rapat paripurna DPR dan sinetron azab digabung jadi satu.

Padahal, cuma satu pemain Indonesia yang main di sana, Megawati. Tapi efeknya? Kayak BTS gabung sama Upin Ipin, terus konser di GBK. Luar biasa.

Mega ini bukan cuma atlet. Dia fenomena. Dia mood booster. Dia pelipur lara. Kalau negara ini sedang banyak masalah, dari harga beras naik, BBM dioplos, saham anjlok, cuaca panas ekstrem, sampai sinyal hilang pas lagi webinar, cukup tonton Mega smash, semua duka sirna.

Saking dahsyatnya efek Mega, netizen Indonesia rela tak lebaran ke rumah tetangga demi nonton Mega. Bahkan ada yang rela pacarnya minta putus, asal jangan Mega yang kalah. Ada yang nonton sambil ngopi tiga gelas, saking harunya. Ada pula yang baru pertama kali tahu bola voli itu bentuknya bulat, gegara nonton Mega. Bayangkan!

Mega ini bukan kuota Asia. Dia ilusi optik. Kita pikir dia orang Eropa yang nyasar ke Asia Tenggara, lalu dipungut jadi pemain nasional. Buktinya, Mega jadi top scorer KOVO dengan 1018 poin. Ia menggeser para ratu voli dunia macam Giselle Silva (Brazil) dan Victoria Dhanchak (Ukraina). Ini bukan main-main. Ini udah kayak cerita Marvel, tapi dibintangi srikandi Indonesia.

Gajinya? Hanya 2,4 miliar setahun. Cuma secuil dibanding Kim Yeon-koung yang digaji hampir 10 miliar. Uang receh dibandingkan Park Jeung Ah, Kang Sohwi, Yang Hyejin, Vanca Bukilic. Tapi kalau soal performa? Mega bukan main-main. Ibarat motor bebek yang dipasang mesin pesawat tempur. Kecil-kecil, tapi bisa bikin tim lawan overthinking tiap set.

Sebagai penulis, awalnya tidak ngeh soal Mega. Kok, ramai orang mem-posting kehebatannya. Coba nulis, respon pembaca luar biasa. Lama-lama jadi rutinitas. Sekarang, tiap Mega main, saya ikut menulis. Mega cedera, saya tulis. Mega smash, saya tulis. Mega dilambai pacarnya di tengah time-out, saya juga tulis. Bahkan, saya sempat bikin fanfiction ala startrex, silat, roman, dll.

Kadang saya menulis penuh romansa. Kadang saya bumbui satire. Kadang saya sisipkan kisah-kisah jenaka. Semua demi satu tujuan, membawa pembaca tenggelam dalam semesta Mega. Karena Mega bukan sekadar atlet. Dia adalah tokoh utama dalam kisah cinta dan perjuangan bangsa yang kehilangan arah tapi masih bisa tertawa.

Saking seringnya saya nulis tentang Mega, netizen usul, “Pak, bukukan saja tulisannya.” Saya sih iya-iya saja. Tapi dalam hati mikir: “Kalau dibukukan, nanti tiap beli buku harus disertakan tisu dua pak, buat jaga-jaga kalau pembaca nangis pas bab Mega cedera.”

Ada bertanya, “Bang, kalau Mega tidak ada lagi di Red Sparks, gimanalah?” Mega sudah jadi legenda hidup voli. Kemana pun ia berlabuh, di situ juga fans beratnya ngikut. Mega main di Turki, fansnya juga ke sana. Malah lebih asyik, ketemu Zahra Gunes. Ke Amerika, malah ketemu kakaknya, Giovanna Milana. Ke Jepang, bisa ketemu dengan Yola. Sekelas Mega memang cocoknya main di kasta tertinggi voli dunia. Berharap sih Liga Turki.

“Bang, kalau Mega tak di Red Sparks, gimana dengan ehem Nohran?” Parah ni, no comment, ups.

Akhir kata, terima kasih sudah mengikuti tulisan absurd saya tentang Mega. Tentang liga Korea yang kita anggap kayak liga tetangga sendiri. Tentang cinta yang absurd tapi nyata. Karena kalau negeri ini punya banyak masalah, setidaknya kita masih punya satu pelipur lara bernama, Mega sang Megatron dari Jember. (*)

#camanewak

Berita Terkait

Gemar Olahraga

April 30, 2025

Ikhtiar Perkuat Isu Kemanusiaan di Ruang Publik

April 30, 2025

Penghasut Nomor Satu

April 30, 2025

Mulla Sadra

April 30, 2025

Suara Chairil Anwar

April 30, 2025

Berita Terbaru