HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Membangun Budaya Literasi dari Pembiasaan Membaca

April 28, 2025 05:40
IMG-20250428-WA0006

Oleh Gunawan Trihantoro
(Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah)

“Pembiasaan membaca teks di kalangan siswa merupakan pondasi penting untuk membangun budaya literasi yang kuat.”
– Dr. Mariman Darto, Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kemendikdasmen RI

HATIPENA.COM – Membiasakan siswa membaca teks adalah langkah awal yang menentukan dalam membangun kekuatan literasi suatu bangsa. Pernyataan Dr. Mariman ini mengingatkan kita bahwa budaya literasi tidak bisa lahir tanpa kebiasaan membaca yang berakar sejak dini.

Dalam dunia pendidikan, budaya literasi menjadi pilar utama yang menopang keberhasilan pembelajaran sepanjang hayat. Membaca teks bukan hanya soal memahami huruf, melainkan membuka pintu menuju pengetahuan, nilai, dan kebijaksanaan.

Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang terbiasa membaca teks memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif lebih tinggi. Ini membuktikan bahwa pembiasaan membaca tidak boleh dipandang sebelah mata dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa minat baca siswa masih tergolong rendah meski ketersediaan bacaan semakin melimpah. Kondisi ini menegaskan bahwa pembiasaan membaca harus dirancang sedemikian rupa agar menjadi kebutuhan, bukan sekadar kewajiban.

Mendorong siswa membaca tidak harus selalu melalui cara konvensional. Cerita inspiratif, artikel populer, hingga buku bergambar dapat menjadi jembatan yang efektif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap literasi sejak usia dini.

Seperti yang ditekankan Dr. Mariman, membangun budaya literasi adalah proses panjang yang membutuhkan konsistensi, kesabaran, dan sinergi semua pihak. Guru, orang tua, bahkan komunitas harus menjadi ekosistem pendukung yang aktif dalam pembiasaan ini.

Literasi yang kuat memperkaya kemampuan individu dalam memahami informasi, berpikir logis, dan membuat keputusan berbasis data. Di tengah banjir informasi saat ini, literasi menjadi senjata untuk memilah fakta dari opini dan hoaks.

Selain memperkaya nalar kritis, budaya literasi juga memperkuat karakter bangsa yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing. Membaca teks memperluas cakrawala berpikir dan menumbuhkan semangat kolaborasi di tengah keberagaman global.

Pembiasaan membaca yang dilakukan secara berkesinambungan akan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana. Setiap teks yang dibaca adalah fondasi kecil yang menopang kokohnya bangunan masa depan bangsa.

Maka, seruan Dr. Mariman menjadi pengingat bahwa revolusi literasi nasional harus dimulai dari langkah sederhana, yakni membiasakan membaca teks setiap hari, dengan semangat penuh cinta dan harapan besar. (*)

Rumah Kayu Cepu, 27 April 2025