Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Mengenal Buzzer Siap Tempur 24 Jam

March 9, 2025 20:50
IMG-20250309-WA0149

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Saya ingin menambah wawasan followers saya lagi. Kali ini tentang buzzer. Percayakah kalian, opini publik yang kita baca, rasakan, bahkan amalkan, sebagian besar dari buzzer. Seorang penjahat bisa dibuat menjadi pahlawan. Sambil menikmati kopi liberika, yok berkenalan dengan buzzer. Istilah yang sering disebut, namun tidak tahu sebenarnya.

Pernah lihat suatu isu tiba-tiba jadi trending di media sosial? Atau ada komentar yang isinya sama persis di mana-mana, kayak tugas copy-paste anak sekolah? Itu bukan kebetulan, wak! Itu kerjaan buzzer, pasukan digital yang lebih disiplin dari anak kos tanggal tua. Kerja non stop, gak pakai libur, demi sebuah “perjuangan” (dan tentu saja, transferan yang cair tiap bulan).

Jadi, mari kita bongkar sistem kerja mereka. Karena kalau gak bisa ngalahin musuh, minimal kita bisa ngakak bareng pas tahu cara kerja mereka.

Pertama, struktur organisasinya mirip mlm, tapi lebih canggih. Buzzer bukan sekadar sekumpulan orang random yang iseng komen di X, FB, IG sambil ngopi. Mereka ini terstruktur dan punya hirarki yang rapi. Contohnya, Bos Besar (The Mastermind). Orang di balik layar yang punya kepentingan, bisa politisi, pebisnis, atau siapa pun yang ingin mengendalikan opini publik. Dia gak bakal ketahuan, kayak ninja digital.

Lalu, Koordinator (Komandan Perang Maya). Jembatan antara Bos Besar dan pasukan buzzer. Kerjanya mirip HRD, tapi bedanya dia bagi-bagi narasi, bukan slip gaji. Buzzer Kelas Kakap (Influencer Dadakan), ini level yang suka bilang, “Menurut analisis saya…” padahal cuma copy-paste dari grup WA. Kadang bisa jurnalis palsu, kadang juga orang biasa yang mendadak jadi pakar segala bidang.

Kemudian, Buzzer Kelas Receh (Prajurit Bayaran). Akun-akun random yang tugasnya meramaikan isu, ngomen di mana-mana, atau nyerang orang yang punya pendapat beda. Buzzer Bot (Pasukan Zombi Digital). Akun otomatis yang bisa bikin ribuan postingan dalam semenit. Kalau manusia punya jari 10, bot ini punya seribu jari virtual!

Kedua, teknik jitu, dari halus sampai gak tau malu. Seperti seorang pejuang digital sejati, buzzer punya banyak teknik buat menguasai dunia maya. Apa aja? Yuk, kita lihat, wak! Teknik Penguasaan Media Sosial dengan cara membuat Hashtag Storm. Ia akan membanjiri medsos dengan tagar yang sudah disepakati. Tujuannya? Biar orang-orang biasa mikir “Wah, ini isu penting banget!”padahal itu cuma tren buatan.

Cara berikutnya, Spam Reply & Flooding. Siapkan jari-jari kuat dan hati baja, karena kerjaannya komen di mana-mana dengan narasi yang sama. “Setuju banget, ini solusi terbaik!” adalah contoh komen standar mereka. Lalu, Astroturfing, seolah-olah dukungan rakyat. Pernah lihat ribuan orang tiba-tiba dukung satu kebijakan? Hati-hati, bisa jadi itu pasukan buzzer yang pura-pura jadi rakyat biasa.

Berikutnya, Teknik Manipulasi Informasi. Twisting (Fakta Dibanting-Banting), misalnya, ada pejabat bilang “Kita perlu hemat anggaran,” lalu buzzer nge-twist jadi “Pejabat ini ingin kita semua miskin!”. Lalu, Cherry Picking (Milih Fakta Sesuai Selera), dari satu berita panjang, dipilih satu kalimat yang paling provokatif. Selebihnya? Di-skip aja, kayak tugas kuliah yang cuma dibaca ringkasannya.

Ini cara paling sering kita temui, Hoax 101, Fake News is The King! Kalau narasi gak cukup kuat, tinggal bikin berita palsu. Yang penting judulnya bombastis kayak: “Terbukti! Alien Dukung Kebijakan Pemerintah!” Terakhir, Deepfake & AI Manipulation. Siapa sangka, sekarang buzzer juga pakai teknologi AI buat bikin video deepfake atau komentar cerdas yang kelihatan asli. Dunia makin canggih, wak!

Ketiga, manajemen akun buzzer seperti agen rahasia, tapi murahan. Mereka akan membuat Akun Zombie. Akun lama yang tiba-tiba bangkit setelah bertahun-tahun mati suri, langsung ngegas membela satu pihak. Membuat Akun Kloningan. Satu orang bisa punya puluhan akun. Hari ini jadi Pak Budi, besok jadi Ibu Siti, lusa jadi akun “Rakyat Jelata” yang katanya netral tapi isinya propaganda. Terakhir, membuat Akun Bot (Si Tukang Like & Retweet Otomatis). Bisa bikin postingan dalam jumlah ribuan hanya dalam hitungan detik. Kalau manusia butuh makan, bot ini cuma butuh koneksi internet.

Keempat,pola komunikasi rahasia (tapi gak rahasia banget). Mereka ini punya sistem komunikasi yang lumayan canggih, tapi kalau kita tahu, jadi kelihatan konyol juga. Mereka membuat Grup WhatsApp/Telegram Rahasia. Di dalamnya ada template komentar, daftar hashtag, dan arahan,”Hari ini kita serang si A!”

Mereka juga membuat Google Docs & Cloud Storage. Bukan buat tugas kuliah, tapi buat nyimpen draft propaganda dan daftar akun palsu. Lalu, membuat Fake News Websites. Blog yang isinya berita bombastis, tapi kalau dicek lebih dalam, gak ada sumber yang jelas. Terakhir, membuat Anonimity Tools (Biar Gak Ketahuan Polisi). Mereka pakai VPN dan burner phone, karena katanya “perjuangan harus tetap aman.”

Kelima, cara mengenali buzzer di alam liar. Gimana caranya biar gak ketipu? Simpel, perhatikan tanda-tanda seperti ini, Kalimatnya Seragam. Kalau banyak akun bilang hal yang sama dengan kata-kata persis, kemungkinan itu pasukan copy-paste. Engagement Aneh, akun baru yang tiba-tiba aktif cuma buat ngomongin satu topik doang? Hati-hati, bisa jadi buzzer.

Kemudian, menyerang oposisi tanpa argumen jelas. Kalau ada orang kasih pendapat berbeda, langsung dikeroyok rame-rame. Kalau ditanya balik? Mereka hilang.

Dunia maya penuh dengan pasukan buzzer yang siap menggiring opini ke sana-sini. Mereka ini kayak salesman asuransi digital, gigih, tak kenal lelah, dan kadang bikin orang males. Tetaplah kritis, jangan langsung percaya sama semua yang trending, dan selalu cek sumber informasi.

Paham ya, wak. Saya ingin para follower saya cerdas, tidak mudah termakan hoax. Kalau bisa mulai pandai menganalisis secara kritis. Perlu diingat, apa yang terjadi di media, lebih banyak manipulatif, by design. Ada cerita berbeda di belakang itu semua. Jangan mudah percaya apalagi terpancing, apalagi ikut-ikutan, nauzubillah.

Kalau suatu hari kamu tiba-tiba diajak masuk grup WA dengan judul “Tim Perjuangan 2029” atau “Tim Perubahan 2029” mending pikir dua kali sebelum ikut. Karena bisa jadi, kamu baru saja direkrut jadi prajurit tempur dunia maya! Tapi, kalau diajak “Yok, ngopi, wak!” Boleh juga untuk tidak diabaikan. Siapa tahun makin encer otak.(*)

#camanewak