Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Mengenal Cara Kerja Mafia Bola

March 22, 2025 21:39
IMG-20250322-WA0126

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Sepakbola adalah panggung. Tapi masalahnya, bukan cuma pemain dan pelatih yang tampil di atas lapangan. Ada aktor bayangan yang ikut berperan di balik layar. Mereka mengendalikan alur cerita dengan tangan dingin dan dompet tebal. Mafia bola adalah sutradara sejati dalam industri olahraga ini. Mereka lebih terorganisir dari organisasi kriminal di film-film Hollywood. Kalau kamu pikir kemenangan tim favoritmu itu hasil dari strategi jenius pelatih atau semangat juang pemain, wah, kamu sepolos anak TK yang percaya kalau hujan turun karena bidadari sedang menangis.

Segalanya sudah diatur. Bahkan, sebelum pemain masuk ke lapangan, nasib pertandingan sudah ditentukan di ruang VIP sebuah hotel mewah, ditemani sebotol wine mahal dan tawa sinis para bandar taruhan. Di situlah skenario disusun. Siapa yang akan menang, siapa yang harus dikorbankan, dan berapa banyak gol yang harus tercipta. Ini bukan lagi soal skill, taktik, atau semangat juang. Ini soal siapa yang memegang kendali atas hasil pertandingan.

Kamu pikir gol bunuh diri konyol yang terjadi di menit ke-89 itu karena blunder? Oh tidak, itu bagian dari naskah. Pemain yang tiba-tiba terpeleset saat menendang bola ke gawang sendiri itu mungkin baru saja menerima transfer dana misterius ke rekeningnya, jumlahnya cukup untuk beli rumah, mobil sport, dan liburan di Maldives selama sebulan penuh. Wasit yang pura-pura nggak lihat pelanggaran brutal di kotak penalti? Ya, mungkin dia sedang sibuk menghitung uang dalam pikirannya.

Mafia bola ini punya hierarki yang jelas. Di puncak piramida, ada Godfather. Sosok yang nggak pernah terlihat di kamera, tapi kekuasaannya bisa bikin presiden klub sekalipun ciut nyalinya. Dia ini pengendali utama, raja dalam bayang-bayang. Di bawahnya, ada bandar, orang yang mengatur perputaran uang di bursa taruhan. Mereka ini lebih kaya dari konglomerat minyak, dan duit mereka mengalir lebih deras dari aliran sungai Amazon di musim hujan. Di lapisan bawah, ada runner, si kurir lapangan. Tugas mereka adalah mendekati pemain, pelatih, atau bahkan wasit dengan tawaran manis yang sulit ditolak. Kalau nggak bisa disogok, ancaman selalu jadi opsi kedua.

Pernah lihat pemain tiba-tiba cedera aneh sebelum pertandingan penting? Jangan-jangan bukan karena salah latihan, mungkin ada orang yang sudah ‘ngingetin’ dia semalam sebelumnya. “Kalau kamu main, siap-siap lututmu yang main.” Percaya atau tidak, ancaman ini sering kali cukup efektif untuk bikin pemain tiba-tiba mengundurkan diri karena alasan ‘cedera otot’ yang tak terdeteksi dokter mana pun.

Skenario mafia bola ini berlangsung dengan rapih dan presisi. Mereka bekerja dengan metode lebih terorganisir dari rencana pembangunan ibu kota baru. Statistik pemain dipelajari, kebiasaan wasit dianalisis. Bahkan, kondisi cuaca di hari pertandingan pun dipertimbangkan. Semua demi memastikan hasil akhir sesuai dengan kepentingan mereka. Kalau bandar taruhan sudah pasang uang besar untuk skor 2-1, jangan heran kalau tiba-tiba di menit-menit akhir terjadi penalti kontroversial atau gol bunuh diri yang terlihat seperti lelucon murahan.

Yang bikin miris, sistem ini sudah berjalan puluhan tahun. Bahkan skandal legendaris seperti Calciopoli di Italia yang menyeret nama besar Juventus itu hanyalah puncak gunung es. Di Korea Selatan, beberapa pemain terpaksa pensiun dini setelah ketahuan terlibat pengaturan skor. Di Indonesia? Ah, ini lebih parah. Pengaturan skor di liga domestik itu sudah jadi rahasia umum yang dibicarakan di warung kopi. Ada yang bilang, “Kalau tahu apa yang terjadi di balik layar, kamu bakal berhenti nonton bola dan mulai nonton badminton.”

Tapi anehnya, setiap kali skandal ini mencuat ke permukaan, reaksi pejabat olahraga selalu sama: “Kami akan melakukan investigasi menyeluruh.” Investigasi? Ha! Itu cuma kode untuk “Kami akan membiarkan ini berlalu hingga publik lupa.” Bukti-bukti bisa tiba-tiba menghilang, saksi bisa mendadak amnesia, dan pelaku utama bisa bertransformasi jadi pengamat sepakbola di televisi nasional.

Banyak lagi sih mau diungkapkan. Karena keterbatasan ruang, cukup ini saja, wak. Semoga ente paham seperti apa kinerja mafia bola. Yang jelas tetap lebih nikmat kopi tanpa gula, pahit tapi nikmat. (*)

#camanewak