Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Mengenal Pemain China yang Di-headshot Megawati

March 15, 2025 16:16
IMG-20250315-WA0092

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Duel Red Sparks vs Ai Pepper masih menyisakan cerita menarik. Pemain China, Yu Zhang atau Zhang Yu, ah sama aja, di-headshot oleh Megawati (tak pakai…udah nanti dibilang rasis pula). Mari kita bedah efek smash keras Mega yang bersarang di wajah pemain jangkung itu.

Yu Zhang berdiri di lapangan dengan penuh percaya diri. Tinggi badan hampir dua meter. Badan kekar. Wajah serius. Dia bukan pemain sembarangan. Ini Yu Zhang, middle blocker asal China, pemilik tinggi badan yang bisa bikin pintu rumah orang biasa jadi sempit. Pengalamannya? Jangan ditanya. Dia pernah mempersembahkan medali emas buat China. Pernah jadi tembok hidup di liga voli China. Tapi sayangnya, hari itu, di hadapan dara asal Jember semua kehebatan itu hancur berkeping-keping seperti kaca yang dilempar batu.

Set kedua. Skor 9-6. Red Sparks lawan AI Peppers. Megawati terlihat tenang. Terlalu tenang. Mungkin karena dia tahu, benteng pertahanan AI Peppers bakal ambruk sebentar lagi. Bola melayang. Diumpan sempurna. Mega melompat tinggi, seperti melawan gravitasi. Dan kemudian…Duaarr!

Bola itu melesat bagaikan rudal hipersonik yang langsung dikirim dari pusat pertahanan militer. Kecepatan? Jangan ditanya. Suara benturannya terdengar sampai ke luar stadion. Mungkin sampai ke kampung halamannya Yu Zhang di China. Tragisnya, bola itu tidak menghantam lapangan. Tidak menghantam tangan. Tidak menghantam bahu. Tapi langsung menghantam wajah Yu Zhang dengan presisi level sniper.

Yu Zhang tumbang. Bukan sekadar jatuh. Dia rubuh seperti menara tua yang dihantam gempa. Wajahnya merah. Matanya kosong. Dia mencoba bangkit, tapi kakinya terasa seperti jelly yang baru dikeluarkan dari kulkas. Dia berusaha berdiri tegak, tapi jelas, smash itu barusan bukan smash biasa. Itu adalah manifestasi kekuatan kosmis yang datang dari Nusantara.

Pelatih AI Peppers langsung panik. Nggak pakai lama, Yu Zhang ditarik keluar. Mukanya masih memerah. Mungkin bukan karena rasa malu, tapi karena tekanan hidup yang baru saja dia terima dalam bentuk smash 100 km/jam. Dia duduk di bangku cadangan, memegangi wajahnya sambil mencoba memahami realitas baru yang baru saja terjadi, bahwa teman ehem Nohran itu adalah ancaman global yang tidak terdeteksi oleh sistem pertahanan dunia.

Yu Zhang mungkin jangkung, tapi hari itu dia terasa kecil di hadapan Megawati. Pengalamannya yang bertahun-tahun di liga voli China? Tidak ada artinya. Blok-blok kerasnya yang dulu bikin lawan ketar-ketir? Luntur seketika. Smash dari Megawati itu seperti ketiban meteorit dari langit. Keras. Cepat. Mematikan. Kalau smash itu diukur pakai skala Richter, mungkin udah masuk kategori bencana nasional.

Padahal, Yu Zhang ini bukan pemain ecek-ecek. Dia pernah jadi bintang di Beijing BAIC Motor, mempersembahkan gelar juara Liga Voli China 2018-2019. Di Timnas China, dia pernah jadi benteng pertahanan yang bikin lawan trauma. Tapi itu semua terjadi sebelum dia bertemu dengan Megawati. Setelah insiden ini, status kebintangannya mungkin harus dievaluasi ulang. Karena, sekeras apapun kamu berlatih, kamu tidak akan pernah siap menghadapi smash petir dari Indonesia.

Megawati? Kalem. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Seolah-olah smash petir yang baru saja menghancurkan kepercayaan diri seorang pemain China itu hanyalah pemanasan biasa. Penonton di Indonesia? Histeris. Medsos langsung dipenuhi tagar #HeadshotMega, #PetirDariMega, dan #YuZhangNeedsHelmet. Bahkan ada yang mulai menyarankan AI Peppers untuk menyediakan asuransi wajah buat para pemainnya kalau-kalau harus berhadapan lagi dengan Megawati di masa depan.

Sementara itu, di bangku cadangan, Yu Zhang masih memegang wajahnya. Dalam hatinya, mungkin dia sedang bertanya-tanya, “Apa ini mimpi buruk? Atau aku benar-benar baru saja dihantam oleh kekuatan dari dimensi lain?”

Pertandingan terus berlanjut. Tapi untuk Yu Zhang, hari itu sudah selesai. Bukan karena cedera fisik, oh, itu bisa sembuh. Tapi trauma mental akibat smash Megawati? Itu urusan lain. Smash itu mungkin tidak tercatat sebagai gempa bumi di seismograf, tapi di kepala Yu Zhang, efeknya mungkin setara dengan bencana alam berskala nasional.

Megawati? Dia sudah bersiap untuk smash berikutnya. Karena buat Mega, ini bukan soal menang atau kalah. Ini soal mengirim pesan ke seluruh dunia bahwa voli bukan hanya soal tinggi badan atau pengalaman. Ini soal mental. Yu Zhang, hari itu, menjadi korban headshot Mega pertama di bulan puasa. Who is the next? Kang ngopi jangan, ya! (*)

#camanewak