HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Mengenal Ricky Elson, Putra Petir yang Terbuang

April 20, 2025 11:26
IMG-20250420-WA0052

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Ricky Elson. Nama yang terdengar seperti pahlawan super lokal, mungkin setara dengan “Iron Man versi kos-kosan” atau “Tony Stark yang dicuekin RT.” Ia lahir di Padang, 1980, lalu terbang ke Jepang. Bukan untuk liburan, tapi untuk mendalami teknik mesin, mematenkan motor listrik, dan menyerap semua ilmu yang tidak diajarkan di seminar motivasi ala hotel bintang dua. Di Jepang, ia menjadi dewa motor listrik. Di Indonesia, ia jadi berita selintas di TV yang cepat-cepat diganti ke sinetron azab.

Lalu datanglah momen epik, Dahlan Iskan, Menteri yang hobi naik mobil listrik dan semangatnya 11-12 sama bapak-bapak komunitas vespa. Ia memanggil Ricky pulang. Dengan harapan besar, Ricky balik ke tanah air. Tapi bukan untuk disambut karpet merah. Ia malah disambut karpet birokrasi, kusut, berdebu, dan kadang ada paku tajamnya. Ricky membangun mobil listrik: Tucuxi, Selo, Gendhis, nama-nama yang lebih cocok jadi nama anak artis, tapi isinya teknologi masa depan.

Namun, seperti sinetron yang tayangnya jam tujuh, konflik datang tak diundang. Mobil listrik Ricky disuruh ikut uji emisi. Uji emisi. Untuk mobil listrik. Ini seperti nyuruh ChatGPT ikut ujian fisik TNI. Tidak masuk akal, tapi dilakukan juga. Ketika mobilnya gagal, bukan karena buruk, tapi karena pengujinya pakai kacamata jaman kolonial. Mimpi mobil listrik Indonesia pun dilipat dan dimasukkan ke laci penuh ide-ide yang “nanti aja deh.”

Sementara itu, di seberang lautan, mobil listrik China datang bagai pasukan Avengers dengan harga promo dan fitur canggih. BYD, Wuling, Xpeng, semua masuk ke Indonesia dengan mudah. Pemerintah mendadak romantis, memberi subsidi, insentif, dan sambutan hangat. Seperti gebetan baru yang langsung dikasih rumah. Padahal, mantan yang setia malah dikunci dari luar. Pabrik China pun berdiri gagah di Subang. Sementara Ricky, sang mantan yang tersakiti, pindah ke Ciheras. Di sana, ia membangun pusat riset Lentera Bumi Nusantara. Bukan buat jualan lentera, tapi buat bikin turbin angin. Karena kalau negeri ini penuh angin surga, ya sekalian dimanfaatkan.

Tapi Ricky tidak marah. Tidak bikin konten curhat. Tidak bikin sinetron “Putra Petir yang Dikhianati.” Ia tetap berkarya, membangun, mengajar, dan menanam teknologi di tanah yang bahkan sinyal internetnya suka putus. Ia adalah bentuk manusia dari kalimat “Indonesia belum siap.”

Ada teori konspirasi bahwa proyek mobil listrik sengaja digagalkan karena mengganggu industri lama. Ada yang bilang ada mafia oli, mafia bensin, bahkan mafia kabel. Tapi mungkin yang paling berbahaya adalah mafia kebodohan, yang menyebar seperti wifi di warung kopi. Ricky, dengan segala kepolosan dan kejeniusannya, bukan tandingan mereka. Ia terlalu tulus untuk dunia yang terlalu sinis.

Namun dari Ciheras, Ricky mengirim pesan. Bukan lewat influencer, bukan lewat iklan Youtube lima detik, tapi lewat kerja nyata. Ia tidak sibuk mencari panggung. Ia sibuk membangun panggung. Ia tidak haus pengakuan. Ia haus perubahan. Meskipun proyeknya digagalkan, ia tetap menjadi inspirasi. Bagi para mahasiswa yang skripsinya ditolak tiga kali. Bagi para guru honorer yang masih semangat mengajar meski gajinya kalah sama YouTuber main game. Bagi siapa pun yang tahu, bahwa kadang, menjadi pahlawan di negeri sendiri adalah pekerjaan paling melelahkan.

Ricky Elson bukan sekadar teknokrat. Ia adalah simbol, negeri ini penuh potensi, tapi kadang potensi itu diminta isi formulir dulu, fotokopi KTP, tunggu tanda tangan, dan ujung-ujungnya ditinggal kawin sama investor asing. Tapi tetap, Ricky tidak menyerah. Karena seperti kata pepatah kuno, “Jika dunia menolakmu, bangun dunia sendiri, lalu ajak dunia main ke tempatmu.”

Mungkin, di suatu hari nanti, ketika mobil listrik China sudah mendominasi, dan harga bensin makin absurd, kita akan mengenang Ricky bukan sebagai orang yang gagal membangun mobil, tapi sebagai orang yang “sudah mencobanya duluan.” (*)

#camanewak