Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Mengenang Kembali Sejarah Kelahiran KOGTIK PGRI

January 16, 2025 10:26
IMG_20250116_102526

Wijaya Kusumah/Omjay *)

HARI ini, Kamis 16 Januari 2025, kita mengingatkan kembali sejarah perjuangan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) yang hilang dalam kurikulum 2013. Kami berjuang dan mendatangi mendikbud Muhammad Nuh di kantornya.

Kami berdialog langsung dengannya. Namun ia tetap kekeuh tidak akan mengembalikan mata pelajaran TIK dan KKPI di SMK. Ia tetap mengganti mata pelajaran TIK dan KKPI dengan Prakarya dalam kurikulum 2013.

Dari awal digulirkan, kurikulum 2013 memang sudah menuai pro dan kontra. Masalahnya makin menumpuk ketika pergantian rezim pemerintahan. Kami tak pernah bermimpi kalau mata pelajaran TIK dihapuskan karena tidak ada listrik, dan tidak perlu menjadi mata pelajaran, karena materinya bisa masuk ke semua mata pelajaran.

Mendikbud baru ketiban banyak masalah. Sedikit demi sedikit masalah diselesaikan dengan baik oleh pak Anies Baswedan, mendikbud pilihan presiden Jokowi. Namun sayang, Pak Anies diganti oleh presiden Jokowi di tengah jalan. Mendikbud berganti baru dan dipagang bapak Muhajir Efendy.

Saya sangat maklum dengan perubahan kurikulum. Adalah sebuah kewajaran bila kurikulum itu senantiasa diperbaharui. Namun, kurikulum yang digulirkan tidak boleh dibuat tergesa-gesa. Tidak boleh pula menyingkirkan guru TIK dan KKPI.

Jangan sampai kebijakan yang keluar menimbulkan banyak memakan korban. Pada akhirnya guru jugalah yang paling banyak menderita. Terutama guru yang mata pelajarannya tidak nongol lagi di kurikulum 2013.

Mata pelajaran TIK adalah salah satunya. Materinya dianggap sudah jadul dan hanya mengenal tombol keyboard dan microsoft office saja. Kami akhirnya mengadakan Olimpiade TIK Nasional (OTN) di aula gedung A Kemdikbud tahun 2016.

Tadinya saya menganggap kurikulum baru ini adalah sebuah tantangan. Prof Abdul Malik Fajar (Mantan mendiknas) mengatakan, “kurikulum adalah sebuah menu yang disajikan agar dapat menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan”. Kalau ketiga point itu tidak terwujud, maka sudah bisa dipastikan kurikulum tersebut memang tidak layak dipertahankan.

Mareka yang mempertahankan biasanya mereka yang kecipratan proyek kurikulum 2013. Dicarilah dalil-dalil hukum dan teori untuk membenarkannya. Pada akhirnya yang muncul ke permukaan hanya pembenaran dan bukan kebenaran.

Ketika mendapatkan undangan untuk mengikuti diklat kurikulum 2013 di hotel berbintang, saya berharap ada sesuatu yang baru muncul. Tapi sayang, saya tak mendapatkannya. Saya hanya menyaksikan para instruktur yang hanya bisa membaca slide power point dari para pejabat pusat kurikulum dan perbukuan.

Dari guru yang ikut jadi instruktur waktu itu, hanya bisa pelenga-pelongo menyaksikan kami para peserta yang kritis bertanya sana sini. Bagi kami, kurikulum 2013 hanya menimbulkan masalah baru. Ganti menteri ganti kurikulum, dan guru dianggap orang yang tak paham tentang pendidikan. Padahal mendidik tidak bisa mendadak. Guru dan siswa tidak bisa langsung belajar komputer tanpa ada yang mengajarinya. Akhirnya kami buat workshop elearning ke berbagai kota di Indonesia dari Aceh hingga Papua.

Bagi kami saat itu, kurikulum 2013 adalah kurikulum aneh tapi nyata. Bahkan ada mata pelajaran baru yang menggantikan TIK di SMP dan SMA. Namanya mata pelajaran prakarya yang tak jelas di mana asal perguruan tingginya, karena belum pernah ada sarjana prakarya di perguruan tinggi yang saya ikuti.

Sebagai guru TIK saat itu, saya tak bisa menolak tugas untuk menjadi guru prakarya. Dua tahun mencoba mencintai mata pelajaran prakarya, tapi ternyata tak bisa. Saya lebih mencintai mata pelajaran TIK di SMP. Di dalamnya ada materi coding dan kecerdasan buatan yang dikenal dengan nama artificial intellegence (AI).

Setiap kali anak-anak bertanya kapan belajar TIK lagi, maka saya tak bisa menjawabnya dengan cara-cara seorang akademisi. Saya hanya bilang pada mereka, tunggulah presiden baru. Waktu itu, pemilihan presiden sedang seru-serunya. Jokowi dan Prabowo bertarung merebut hati rakyat.

Presiden Jokowi terpilih. Ia menunjuk mendikbud baru yang kita semua sudah tahu kapasitas dan kredibilitasnya. Pak Anies Baswedan tahu, banyak masalah dalam proyek kurikulum 2013. Penghentian sementara kurikulum 2013 menjadi obat penenang bagi kami yang mata pelajarannya hilang. Mata pelajaran TIK masih ada di kurikulum 2006. Kami pun bernafas lega untuk sementara waktu.

Mereka yang kembali ke kurikulum 2006 atau KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) rata-rata senang sekali. Mereka tidak lagi disulitkan urusan penilaian. Sama seperti dosen perguruan tinggi. Tak pernah dipersulit untuk urusan penilaian.

Ada kegembiraan buat guru yang mata pelajarannya hilang dalam kurikulum 2013. Termasuk juga guru TIK. Perwakilan guru TIK akhirnya bertemu pak Anies Baswedan pada 24 Desember 2013. Di hari itu terbentuklah komunitas guru TIK dan KKPI yang kini sudah resmi berbadan hukum. Kami resmikan pada 23 Januari 2014.

Seringkali harapan sangat berbeda dengan kenyataan. Kurikulum 2013 justru masih mempertahankan TIK sebagai bimbingan. Padahal kita sama-sama tahu bahwa bimbingan TIK hanya akal-akalan pejabat kemdikbud supaya guru TIK mau menerima peran guru TIK dalam kurikulum 2013. Permendikbud saat itu masih belum menggembirakan guru TIK dan KKPI.

Permendikbud nomor 68 tahun 2014 dan nomor 45 tahun 2015 tentang peran guru TIK lahir. Tapi sayangnya masih belum menyelesaikan masalah. Sebab akar masalahnya adalah kami hanya ingin mata pelajaran TIK kembali. Bukan karena memaksakan diri, tapi karena mata pelajaran ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik saat ini.

Tadinya saya optimistis kurikulum 2013 akan benar-benar menyiapkan generasi emas Indonesia. Tadinya saya merasa yakin kurikulum 2013 bisa menjadi solusi permasalahan pendidikan di negeri ini. Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan, kami pun terus berjuang agar TIK dan KKPI kembali ke dalam kurikulum. Save TIK dan KKPI harga mati.

Untung tak dapat diraih, Malang tak bisa ditolak, setelah saya membaca dokumennya dan terus mempelajari struktur kurikulumnya, maka kurikulum 2013 tak lebih dari penambahan dan pengurangan jam mata pelajaran. Bahkan ada yang sengaja dimunculkan untuk mata pelajaran baru yang bernama prakarya. Sementara sarjana prakarya belum pernah ada dalam perguruan tinggi kita.

Lagi-lagi dalil dan hukum dicari-cari untuk menjadi sebuah pembenaran dan bukan kebenaran. Kami kemudian menempuh jalan dialog dan mendatangi wantimpres dan mendikbud baru yang menggantikan Anies Baswedan.

Senjakala kurikulum 2013 nampaknya harus dihentikan sampai di sini. Entah kenapa kami tak semangat lagi mempetahankannya. Nomenklaturnya sudah tidak tepat lagi menggunakan nama kurikulum 2013. Sebaiknya diganti saja menjadi kurikulum 2016. Kami akhirnya bisa berdialog dengan pak Anies Baswedan sebelum beliau digantikan oleh presiden Jokowi.

Hasil revisi kurikulum 2013 sebaiknya dipublikasikan dengan cara akademik dan transparan. Disampaikan secara terbuka supaya tak ada lagi dusta di antara kita. Waktu 10 tahun sudah cukup untuk mengevaluasi dan melihat baik buruknya kurikulum baru. Jangan lagi coba-coba. Kita harus ingat iklan minyak kayu putih. “buat anak kok coba-coba!”.

Tak terasa sepuluh tahun lebih kami berjuang. Kini TIK dan KKPI kembali muncul dalam kurikulum merdeka dengan nama Informatika.

Pandemi Covid-19 memberikan bukti bahwa TIK dan KKPI sebagai mata pelajaran penting diberikan kepada siswa. Terbukti adanya pandemi covid-19 kita sangat membutuhkan TIK dan KKPI. Kita belajar melalui dunia maya, dan menjadi tahu pentingnya TIK dan KKPI untuk semua siswa Indonesia.

Untuk mengenang sejarah perjuangan guru TIK dan KKPI, kami dengan ini mengadakan acara webinar nasional dan HUT ke-10 KOGTIK. Semoga dapat menjadi pelajaran berharga buat kita. (*)

*) Penulis adalah seorang guru, pelatih, motivator, blogger, fotografer.