Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

More dan Karakter

April 23, 2025 07:40
IMG-20250423-WA0001

Oleh ReO Fiksiwan

I die the king’s good servant, and God’s first,” Thomas More (1478-1535).

HATIPENA.COM – Kepergian Paus Franciscus, otoritas tertinggi iman dan imam Katolik dua hari silam, mengingatkan pada tokoh Katolik, Thomas More, anggota dewan penasihat Raja Henry VIII, dan Tuan Kanselir Tinggi Inggris dari Oktober 1529 sampai 16 Mei 1532.

Kelak oleh Paus Pius XI mengkanonisasi Thomas More sebagai martir pada tahun 1935. Paus Yohanes Paulus II menyatakan St. Thomas More sebagai “Pelindung surgawi para Negarawan dan Politikus” pada tahun 2000.

Sejak tahun 1980, Gereja Inggris mengenangnya secara liturgis sebagai martir Reformasi.

Dari jabatan publik More yang masyhur, tak jadi jaminan hidupnya lempang di tengah kekuasaan raja Henry VIII, yang justru mengamini hukum penggal kepala atas tuduhan dirinya bersalah menolak raja sebagai otoritas tertinggi gereja Inggris.

Sebagai seorang filsuf dan negarawan Inggris abad ke-16, More dikenal karena keberaniannya dalam memperjuangkan kejujuran dan integritas dalam kehidupan publik.

Ia tak disenangi oleh kekuasaan, meski ia ada dalam sistem itu — raja Henry VIII bahkan beberapa hakim yang memutus perkaranya — karena menolak sejak awal pernikahan raja dengan Anne Boylen, gadis remaja usia 16 tahun dan pembatalan pernikahan permaisuri raja, bibi Kaisar Roma, Charles V, Chaterina dari Aragob yang tak memberi raja keturunan.

Fatal. Akibat sikap teguh dan jujur pada nurani dan Tuhan, More harus menerima tuduhan menolak niat raja. “Ia menyerahkan semua demi kebenaran, dan mempermalukan raja dengan keberanian nuraninya.”

Di tengah harmoni kehidupan keluarganya, istri Jane Colt bersama anak-anak yang dicintainya, Margaret, Elizabeth, Cicely dan John, More menulis buku Utopia, yang diterbitkan pada tahun 1516.

Dengan bakat luas dan karakter teguh, buku itu merupakan kritik sosial terhadap kondisi Inggris pada masa itu. Juga, menawarkan visi tentang masyarakat ideal yang berdasarkan pada prinsip-prinsip moral yang kuat.

Karakter More, meski di usia pendek hanya 52, menunjukkan bagaimana kejujuran dan integritas dapat menjadi landasan bagi masyarakat yang adil dan harmonis.

Sebagai lulusan summa cum laude universitas Oxford dan sahib kental koresponden, humanis Renaisans Belanda, Desiderius Erasmus, More, tokoh pencerahan paling cemerlang di daratan Eropa pada eranya. Bahkan penentang keras reformasi Lutherian yang dianggap bidah.

Melalui Utopia, More menggambarkan sebuah masyarakat ideal di mana kejujuran dan integritas menjadi pedoman nilai-nilai utama.

Kewargaan Utopia, yang ia impikan, hidup dalam kesederhanaan dan keadilan. Tanpa korupsi dan penyelewengan.

Bahkan ia akhir hidupnya yang tragis, ia dengan dukungan anak-anaknya yang cerdas dan cendekia, terutama Margaret dan John, sisa hidupnya di penjara menara London — diprotes anak-anak sangat buruk dan najis — yang dianggap nyaris senyaman rumahnya sendiri.

Dalam kehidupan pribadi dan keluargs, More dengan lembut dan bersahaja menekankan pentingnya karakter kejujuran dalam pemerintahan dan kehidupan sehari-hari sebagai kunci untuk mencapai kebahagiaan dan kestabilan sosial.

Meski dengan resiko harus menentang, diam-diam atau terang-terangan, kehendak dan keputusan raja, tak sekalipun ia memanfaatkan jabatan publiknya dan kedekatannya dengan kekuasaan absolut raja yang jadi karib dekatnya.

Ketika kembali ke sel menghadapi hukuman mati, ia penuh doa, berani dan gembira bahkan menolak seorang pencukur yang hendak merapikan jenggot dan rambut awutan di kepalanya, dan “saya enggan membuang biaya lebih banyak untuk kepala,” yang sedikit lagi tanggal.

Melalui John McCain, sebagai seorang politikus dan veteran perang dan mantan Wapres Barack Obama serta rekan penulisnya, Mark Salter, buku Character Is Destiny: Inspiring Stories Every Young Person Should Know and Every Adult Should Remember (2005), jadi inspirator karakter para tokoh kelas dunia dari era klasik hingga kontemporer.

Sebagai kumpulan biografi tentang individu-individu dari masa lalu dan masa kini, di antaranya More, Gandhi, Joan of Arc, Churchill, Lincoln, Mandela, Luther King, Da Vinci, Eisenhower hingga Darwin, Roosevelt dan Bunda Theresia, — menurut pandangan kedua penulis — merupakan contoh kualitas karakter terbaik.

Walhasil, integritas kejujuran Thomas More seperti terurai dalam Character is Destiny (terjemahan Gramedia, 2009), menunjukkan bahwa nilai-nilai moral seperti kejujuran dan integritas sangat penting dalam membentuk masyarakat yang adil dan harmonis.

Karakter-karakter khas dan unik yang dilukiskan melalui buku ini bisa memberikan inspirasi aktual bagi kita untuk memperjuangkan kejujuran dan integritas dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan dalam pemerintahan yang kini, tentu tak baik-baik saja kalau tak makin memburuk pagelarannya, pengulangan reflektif ini masih dibutuhkan asuhan dan asupannya. Tentu, di balik pseudo omon-omon. (*)