HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Narudin Berbicara Tentang Beberapa Catatan Sastra

September 29, 2025 20:04
IMG-20250929-WA0046

Oleh: Narudin Pituin *)

  1. Sistem Sastra di Indonesia Dewasa Ini

Theo D’haen dalam buku The Routledge Concise History of World Literature (2012) membahas pendekatan sistemik sastra dalam sastra dunia. Penekanannya tidak pada nilai sastra intrinsik seperti karya, pengarang, genre, dan sebangsanya, melainkan memeriksa sirkulasi karya sastra, genre, dan pengarang dalam konteks antarbangsa atau konteks global.

Yang perlu digarisbawahi ialah kata “sirkulasi”. Perhatikan beberapa lomba sastra di Indonesia saat ini—sebut saja lomba buku puisi atau buku prosa tingkat nasional yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Apabila buku-buku juara tak bermutu atau bahkan jelek, hal ini tak hanya meruntuhkan kredibilitas para juri lomba, tetapi juga tentulah akan memberi teladan buku puisi atau buku prosa yang buruk kepada generasi saat ini atau bahkan generasi masa depan.

  1. Media Massa yang Memuat Karya Sastra

Media massa nasional akan berpengaruh kepada media massa lokal. Di sini tak dibicarakan media massa cetak atau media massa non-cetak sebab fokus utama di sini yang akan dibicarakan ialah simtom media massa yang memuat karya sastra berupa puisi atau cerpen. Simtom media massa bertalian erat dengan modul komunikasi yang pernah disampaikan oleh ahli Formalisme Rusia, Roman Jakobson, dalam esai termasyhurnya berjudul “Linguistics and Poetics” (dalam K.M. Newton, 2007).

Apabila redaksi sastra media massa (sebut saja, majalah sastra atau koran) buruk, ini berdampak pada produk puisi atau cerpen di dalam majalah sastra dan koran itu buruk pula. Puisi atau cerpen ialah pesan (message) yang dikomunikasikan kepada penerima (addressee) secara fungsi konatif, dari pemberi atau penyampai pesan (addresser). Hingga taraf “pemberi” terjadi masalah. Pada mulanya, si penyair dan si cerpenis menulis sebuah puisi atau sebuah cerpen. Tatkala puisi jelek atau cerpen jelek dimuat oleh si redaksi sastra majalah sastra atau koran, “penyampai” itu menjadi beralih dari si penulis ke si redaksi sastra. Alhasil, apabila kompetensi redaksi sastranya buruk, dapat dipastikan pemuatan puisi atau cerpen atau bahkan esai buruklah di majalah sastra atau koran itu.

  1. Inovasi Sastra dalam Literasi dan Genre Baru

Gerakan literasi bagus. Menciptakan genre baru sastra bagus pula. Kedua hal itu dapat diselenggarakan selama dalam jalur yang benar—jalur yang tidak sesat. Seperti pernah diutarakan oleh Lotman via A. Teeuw (1983) dalam kebudayaan modern, manusia selalu mencari yang baru.

Pertama, jalur sesat literasi. Ada tanda bahwa setiap guru atau pengajar atau dosen harus menghasilkan satu buku—katakanlah gerakan satu pengajar satu buku dan sebangsanya. Membuat atau menerbitkan buku di zaman ini sangatlah mudah. Banyak penerbit indie atau non-mayor berserakan dengan harga murah, dengan kualitas suntingan yang buruk atau asal-asalan. Menerbitkan buku bukan perkara satu guru atau pengajar atau dosen satu buku, bukan perkara jumlah (kuantitas), melainkan haruslah perkara mutu (kualitas).

Apabila buku-buku tak bermutu yang diproduksi oleh para guru atau pengajar atau dosen tersebar, secara otomatis, para guru atau pengajar atau dosen termasuk para murid, siswa, atau mahasiswa akan menjadi konsumen pertama dari produk sastra tak bermutu itu. Dampaknya, dapat diterka, generasi masa kini dan generasi masa mendatang akan meniru karya sastra yang bermutu buruk itu. Tambahan pula, bahan belajar-mengajar di sekolah atau perguruan tinggi pun tentu sajalah dengan buku-buku tak berkualitas itu. Hasilnya? Inilah yang disebut sebagai kegagalan pendidikan dari segi linguistik dan literer secara sosio-edukasional.

Kedua, jalur sesat genre baru sastra. Di lain pihak, puisi-puisi bersuku-kata itu mengingatkan pada haiku di Jepang, dan pantun di Indonesia. Puisi-puisi kontemporer seharusnya tak terikat lagi dengan penjara suku-kata yang berwatak positivistik (terbatas) karena puisi-puisi jadi-jadian bersuku kata itu hanya membatasi ruang retorika sintaksis (susunan kata) dan semantik (susunan makna) yang kaya, sekali lagi tak terpenjara dengan pola suku-kata 6-5-4-3 (sonian), 4-3-2-1 (patidusa), 3 kata (putika), dan semacamnya. Oleh karena itu, puisi-puisi jadi-jadian sejenis sonian, putika, patidusa atau apalah itu namanya bertentangan dengan semangat puisi-puisi kontemporer yang harus canggih secara sintaksis (tata kata), secara semantik (tata makna), dan secara pragmatik (tata komunikasi). (*)

18 Desember 2020—25 Juni 2025

(Sumber Tulisan: Buku kumpulan esai dan kritik sastra karya Narudin, berjudul Sastra Indonesia dalam Sastra Dunia [2023])

-0-

Biodata Singkat

NARUDIN ialah sastrawan, penerjemah, dan kritikus sastra. Karya sastra, terjemahan, esai dan kritik sastranya dimuat di Kompas, Tempo, Media Indonesia, Majalah Sastra Horison, Majalah Basis, Pikiran Rakyat, dan banyak lagi di dalam dan luar negeri. Buku puisinya berjudul Di Atas Tirai-tirai Berlompatan (2017) menjadi pemenang Anugerah Puisi CSH 2018 dan dua buku puisi terjemahan bahasa Inggrisnya mendapat penghargaan tingkat internasional. Buku-buku terbarunya berjudul Sintesemiotik: Teori dan Praktik (2023), Sastra Indonesia dalam Sastra Dunia: Kumpulan Esai dan Kritik Sastra (2023), Sang Nabi Al-Muqaffi (novel, 2022), dan Kuntilanak Monru (kumpulan cerpen, 2024). Alamat FB/IG/TikTok/Youtube: Narudin Pituin. Nomor kontak WA: 0821-271-207-29.

Berita Terkait

Berita Terbaru