Rosadi Jamani *)
HATIPENA.COM – Dalam seminggu ini, saya sering ketawa atau senyum sendiri. Bukan karena kerasukan atau efek kopi terlalu banyak. Tapi karena tingkah polah para follower yang hampir mencapai 70K. Saya seperti sedang mengerjai mereka. Maaf ya, wak!
Saya tulis sesuatu yang menyayat. Menikam. Merobek hati-hati kecil mereka. Tulisan yang kalau dibaca malam-malam, bisa membuat mereka memeluk guling erat-erat sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Setelahnya, laporan pun berdatangan:
“Bang, saya menangis.”
“Bang, ini kenapa sesak banget?”
“Bang, ada bawangnya ni.”
“Abang tanggung jawab ni, saya mewek.”
Lalu saya tertawa. Bukan, bukan karena saya psikopat. Tapi karena manusia memang aneh. Mereka suka disakiti, asal lewat kata-kata. Mau menghindar, tapi penasaran. Mau berhenti membaca, tapi sudah terlanjur basah dalam lautan emosi.
Tapi saya tak selalu menyiksa mereka. Kadang saya buat mereka tertawa. Lelucon receh. Sindiran halus. Komedi gelap. Saya tulis satu paragraf, lalu lihat di kolom komentar:
“Bang, ini lucu banget!”
“Anjir, ngakak!”
“Asli kram perut aku, Bang!”
Tuh kan? Saya cuma nulis. Tapi di luar sana, ada yang ditegur pacar, dikira kurang waras, ada yang ngakak sendiri di warung kopi dan jadi tontonan bapak-bapak main catur.
Tentu, saya juga ahli membangkitkan amarah. Bukan amarah terhadap saya (meskipun kadang ada), tapi amarah terhadap realitas hidup yang menyesakkan. Saya tulis tentang korupsi, kemunafikan, ketidakadilan. Saya tekan tuts kemarahan, dan lihatlah! Kolom komentar langsung penuh dengan sumpah serapah.
“Bakar mereka, Bang!”
“Saya jadi pengen demo, tapi mager.”
“Hancurkan rezim.”
“Bubarkan saja negara ini!”
“Bubarkan DPR.”
Paling banyak cerita pembubaran. Apapun harus dibubarkan saat follower marah. Untungnya, saya yang tidak diminta tutup akun.
Akhirnya, Saya membawa mereka ke dunia asmara. Cerita bersambung. Tiga seri. Awalnya pura-pura malas baca, tapi di akhir mereka semua terjebak. Terhanyut. Terbawa perasaan.
“Cie Bang, ngajarin cinta.”
“Bang, ini kisah nyata? Pengen jadi tokoh utamanya.”
“Saya baper. Kenapa hidup saya nggak begini?”
Manusia memang unik. Disuruh baca berita serius, malas. Disuruh belajar filsafat, pusing. Tapi disuguhi kisah cinta fiktif? Ludes. “Cie..cie yang jatuh cinta.” Cerita cinta memang mengasyikkan sih. Puber muncul lagi, ups.
Lalu saya duduk. Menatap layar. Memandangi komentar-komentar mereka. Kadang saya merasa seperti dewa kecil di dunia kata-kata. Saya tekan satu tuts, mereka menangis. Saya tekan yang lain, mereka tertawa. Saya mainkan sedikit, mereka marah. Saya geser sedikit lagi, mereka jatuh cinta.
Tapi percayalah, di balik semua ini… Saya cinta kalian. Saya cinta kalian yang menangis, yang tertawa, yang marah-marah di kolom komentar, yang terbawa cinta di cerita fiksi. Sebab tanpa kalian, siapa yang akan kutipu dengan kata-kata indah ini? Maaf ya, lanjut seruput kopi liberika.(*)
#camanewak
*) Ketua Satupena Kalbar