HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Oosthaven: Laku Historis Pelabuhan Lampung

February 12, 2025 19:12
IMG-20250212-WA0081

Pelabuhan Panjang (Foto: Wikipedia)

Oleh: Wahyu Iryana *)

HATIPENA.COM – Sejarah pelabuhan di Lampung tidak bisa dilepaskan dari peran strategisnya sebagai penghubung antara Sumatra dan dunia luar. Sejak zaman dahulu, pesisir Lampung sudah menjadi pusat perdagangan, baik bagi kerajaan-kerajaan lokal maupun para pedagang asing. Dari rempah-rempah hingga kopi, semuanya keluar dari tanah Lampung melalui pelabuhan-pelabuhan yang terus berkembang.

Oosthaven: Pelabuhan Warisan Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, Pelabuhan Panjang dikenal dengan nama Oosthaven (Pelabuhan Timur). Pelabuhan ini dibangun oleh pemerintah kolonial sebagai bagian dari jaringan dagang Hindia Belanda. Lampung saat itu menjadi wilayah penting dalam produksi lada, kopi, dan hasil bumi lainnya. Maka, keberadaan pelabuhan ini sangat krusial untuk mengangkut komoditas ke Batavia (Jakarta) dan kemudian ke pasar Eropa.

Sejak diresmikan pada awal abad ke-20, Oosthaven langsung berperan sebagai gerbang ekspor komoditas dari Sumatra bagian selatan. Belanda yang terkenal teliti dalam urusan infrastruktur memastikan pelabuhan ini cukup modern untuk zamannya. Kapal-kapal dagang berlabuh, buruh pelabuhan sibuk memindahkan muatan, dan kota di sekitar pelabuhan mulai berkembang sebagai pusat ekonomi baru.

Namun, Oosthaven juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa sejarah. Pada masa Perang Dunia II, pelabuhan ini menjadi salah satu target serangan Jepang. Jepang yang ingin menguasai wilayah strategis Indonesia tentu melihat Oosthaven sebagai salah satu simpul penting. Ketika Jepang menduduki Indonesia, pelabuhan ini pun beralih fungsi menjadi bagian dari jaringan logistik militer mereka.

Pelabuhan Panjang: Babak Baru Pasca-Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Oosthaven berganti nama menjadi Pelabuhan Panjang. Nama ini lebih mencerminkan identitas lokal dan menghilangkan jejak kolonialisme. Namun, fungsinya tetap sebagai pelabuhan utama di Lampung.

Seiring waktu, Pelabuhan Panjang berkembang menjadi salah satu pelabuhan utama di Sumatra. Pemerintah Indonesia terus memperbarui infrastrukturnya, menjadikannya pelabuhan yang lebih modern dan mampu menampung kapal-kapal besar. Kini, pelabuhan ini dikelola oleh PT Pelindo II dan menjadi pusat ekspor untuk komoditas seperti kopi, karet, kelapa sawit, serta produk industri lainnya.

Tak hanya untuk perdagangan, Pelabuhan Panjang juga memiliki peran penting dalam transportasi penumpang dan barang. Meskipun tidak sebesar Pelabuhan Bakauheni dalam urusan mobilitas antar-Sumatra dan Jawa, Pelabuhan Panjang tetap menjadi simpul utama bagi logistik di Sumatra bagian selatan.

Dari Masa Lalu ke Masa Depan

Pelabuhan di Lampung telah mengalami perjalanan panjang, dari pelabuhan perdagangan tradisional, pelabuhan kolonial, hingga pelabuhan modern yang mendukung ekonomi Indonesia. Oosthaven boleh saja tinggal kenangan, tapi Pelabuhan Panjang tetap menjadi simbol pergerakan ekonomi yang tak pernah berhenti.

Sejarah pelabuhan ini adalah bukti bahwa Lampung bukan sekadar wilayah di ujung Sumatra, melainkan titik penting dalam peta perdagangan nasional dan internasional. Siapa sangka, jejak-jejak kolonial di Oosthaven kini menjelma menjadi Pelabuhan Panjang yang sibuk melayani kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia? Seperti kata orang bijak, “Sejarah tak pernah benar-benar hilang, ia hanya berubah bentuk.” (*)

*) Sejarawan UIN Raden Intan Lampung