Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Peran Agama dan Ilmu dalam Strategi Hidup dan Perang

March 17, 2025 20:35
IMG-20250317-WA0019

Bagindo Muhammad Ishak Fahmi

Ciloteh “Catuih Ambuih”

HATIPENA.COM – Dalam kehidupan, agama berperan dalam memberikan makna dan tujuan hidup (Why?), sementara ilmu pengetahuan membantu menjelaskan fakta dan mekanisme (What & How?). Konsep ini juga terlihat dalam strategi perang yang diajarkan oleh Sun Tzu, seorang filsuf militer Tiongkok.

Sun Tzu menekankan bahwa dalam perang, tiga unsur minimal yang dibutuhkan adalah harapan (hope), senjata, dan makanan. Namun, di antara ketiganya, harapan adalah yang paling penting.

Hal ini sejalan dengan peran agama dalam kehidupan manusia. Agama memberi harapan dan motivasi, yang menjadi kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan.

  1. Hope (Harapan) – Jawaban atas “Why”

Sun Tzu percaya bahwa tanpa harapan, pasukan tidak akan memiliki semangat juang, meskipun mereka memiliki senjata dan makanan yang cukup.

Dalam kehidupan sehari-hari, harapan adalah bahan bakar utama yang mendorong seseorang untuk tetap berjuang, meskipun dihadapkan pada kesulitan besar.

Peran Agama dalam Memberikan Harapan:
Agama memberikan jawaban atas pertanyaan fundamental manusia:

Mengapa kita harus berjuang dalam hidup?

Apa tujuan akhir dari semua penderitaan?

Apakah ada kehidupan setelah mati?

Dalam Islam, harapan terhadap rahmat Allah menjadi kekuatan utama umat Muslim dalam menghadapi ujian hidup.

“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
(QS. Az-Zumar: 53)

Tanpa harapan, manusia mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Sebaliknya, orang yang memiliki harapan mampu bertahan dalam kondisi paling sulit sekalipun.

Napoleon Bonaparte: “Perang dimenangkan bukan hanya oleh kekuatan fisik, tetapi oleh kekuatan mental dan harapan.”

Victor Frankl (Psikolog & Penyintas Holocaust): “Harapan dan makna hidup adalah yang membedakan orang yang selamat dari yang menyerah.”

Al-Ghazali: “Harapan adalah jembatan antara manusia dan Tuhan. Tanpa harapan, manusia akan terjebak dalam keputusasaan.”

  1. Senjata – Jawaban atas “What”

Senjata dalam konteks perang melambangkan alat dan teknologi yang digunakan untuk mencapai kemenangan. Ini menjawab pertanyaan “What” (Apa yang dibutuhkan untuk menang?).

Ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam menciptakan teknologi perang. Dari pedang di zaman kuno hingga senjata nuklir di era modern, sains selalu menjadi faktor utama dalam keunggulan militer.

Namun, tanpa harapan, senjata hanya menjadi benda mati. Seorang prajurit yang kehilangan harapan tidak akan mampu menggunakan senjatanya dengan efektif.

Sun Tzu: “Senjata tanpa semangat adalah besi tanpa jiwa.”

Carl von Clausewitz: “Perang bukan hanya soal alat, tetapi soal kepercayaan dan tekad untuk menang.”

  1. Makanan – Jawaban atas “How”

Makanan dalam perang melambangkan logistik dan strategi bertahan. Ini menjawab pertanyaan “How” (Bagaimana pasukan bisa bertahan dalam perang?).

Tanpa logistik yang cukup, bahkan pasukan terbaik pun akan mengalami kekalahan. Namun, sekali lagi, tanpa harapan, makanan pun kehilangan maknanya.

Contoh dalam sejarah Islam:
➡ Perang Khandaq (627 M) – Pasukan Muslim bertahan di Madinah dengan strategi parit dan persediaan makanan yang terbatas. Namun, keimanan dan harapan mereka kepada Allah menjadi kunci kemenangan.

Sun Tzu: “Tentara yang kelaparan tidak akan bisa bertempur, tetapi tentara yang kehilangan harapan lebih cepat hancur daripada tentara yang lapar.”

Mahatma Gandhi: “Makanan dapat mengisi perut, tetapi harapan yang menghidupkan jiwa.”

Harapan Lebih Penting dari Segalanya

  1. Agama menjawab Why (Mengapa?) ➝ Memberikan harapan dan motivasi dalam perjuangan.
  2. Ilmu menjawab What (Apa?) ➝ Menciptakan senjata dan teknologi untuk mencapai kemenangan.
  3. Strategi menjawab How (Bagaimana?) ➝ Mengatur logistik agar bisa bertahan dalam pertempuran.
  4. Namun, harapan lebih penting daripada semua itu.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Dalam bisnis → Harapan adalah visi perusahaan, senjata adalah produk & inovasi, dan makanan adalah manajemen sumber daya.

Dalam kepemimpinan → Harapan adalah inspirasi, senjata adalah strategi, dan makanan adalah dukungan tim.

Dalam pengembangan diri → Harapan adalah motivasi, senjata adalah keterampilan, dan makanan adalah disiplin & kerja keras.

Seperti yang dikatakan oleh Sun Tzu dan para pemikir besar, senjata dan makanan penting, tetapi tanpa harapan, semua itu tidak ada artinya. Agama, yang menjawab Why, adalah sumber utama dari harapan tersebut.

Terinspirasi dari dialog dalam podcast ;
” Helmi Yahya dengan Ustadz Felix Siauw”

Padang, 3/2025.