Ilustrasi : Wak Rojam
Penulis : Rosadi Jamani *)
Jenderal Koheejin berdiri tegak di depan pasukan elitenya. Setelah study tour ke Bali dan Jatim (sebelum dilarang KDM) dan sesi terapi mental, kini saatnya bersiap tempur kembali.
“Besok pukul 14.00, GS Caltex akan menyerang kita. Mereka menyerang gunakan kapal canggih berkepala banteng. Pasukan mereka mungkin yang terlemah, tapi predator yang terluka adalah yang paling berbahaya! Jangan sampai kalian meremehkan mereka!”
Mata Koheejin menyapu pasukannya satu per satu. “Mega, Bukilic, Seungju!”
Ketiga prajurit elite itu langsung berdiri tegap.
“Jangan serang membabi buta! Targetkan titik lemah mereka! Kalau sampai kena blocking terus, aku sumpah, aku kirim kalian jadi penunggu lubang hitam! Atau kulemparkan kalian ke Antarktika, mau!”
Mega, yang masih trauma tersedot Quantum Reversal Vortex, langsung mengangguk mantap. “Siap, Jenderal! Aku pastikan serangan ini sekeras meteor jatuh, tapi secerdas algoritma AI!” Bukilic juga menyatakan siap setelah badannya segar habis diurut Mak Leha.
“Yeom Hye Seon!” Prajurit spesialis pengumpan ini langsung mengangkat tangan.
“Umpanmu harus tak terduga. Jangan buat lawan membaca pola kita! Jangan ngumpan terus seperti Bansos, ya!”
Yeom Hye Seon tersenyum penuh percaya diri. “Aku akan buat mereka menerima umpan seperti menerima paket misterius di Black Friday!”
“Hoyoung! Eun Jin!” Dua jangkar pertahanan Red Force langsung memasang posisi siap.
“Kalian tahu siapa musuh terbesar kita? Gyselle Silva! Dia itu predator, top scorer, dan dia akan habis-habisan menyeruduk. Tugas kalian adalah membuat dia menderita! Jangan biarkan dia menanduk dari atas!”
Hoyoung dan Eun Jin saling pandang. “Silva mungkin predator, tapi kami akan jadi jebakan mautnya!”
“Noh Ran!” Si ahli pertahanan itu menegakkan punggungnya. “Tidak ada lagi kesalahan receive! Latihan terbang kalau perlu! Aku tidak mau melihat satu pun bola dari Silva masuk ke markas kita dengan mudah!”
Noh Ran mengepalkan tangan. “Jenderal, aku siap jadi perisai manusia! Kalau perlu, aku akan menerima bola dengan tulang rusukku!” Ehem..
Koheejin tersenyum puas. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat tinjunya tinggi-tinggi.
“Besok kita bukan hanya bertarung untuk menang. Kita bertarung untuk harga diri! Tidak ada lagi Red Force yang pulang dengan kepala tertunduk! Kita akan menghancurkan GS Caltex dan memastikan mereka mengingat nama kita selamanya!”
Prajurit Red Force berteriak lantang, semangat mereka membara. Besok, pertempuran terakhir akan terjadi. Red Force tidak akan kalah lagi. Kalau pun kalah, tetap bisa ikut retreat, eh salah, play off.(*)
#camanewak
*) Ketua Satupena Kalbar