Oleh Wijaya Kusumah/ Omjay
HATIPENA.COM – Pernah nggak kamu mengalami hal ini: sudah capek-capek menulis, otak diperas, jari pegal, hati pun ikut berdebar-debar menunggu hasil tulisan dipublikasikan, tapi ternyata… sepi pembaca? Rasanya seperti menyiapkan pesta besar-besaran, tapi tidak ada tamu yang datang. Sunyi, senyap, bahkan komentar pun tak ada.
Saya yakin hampir semua penulis, baik pemula maupun yang sudah bertahun-tahun menulis, pernah mengalami momen “tragis” ini. Awalnya kita semangat menulis karena ingin berbagi cerita, berbagi ilmu, atau sekadar meluapkan isi hati. Namun ketika tulisan selesai dipublikasikan, ekspektasi kita tidak sejalan dengan kenyataan.
Tulisan yang kita anggap sangat bagus, penuh ide segar, ternyata tidak mendapat respon yang berarti. Sebaliknya, tulisan sederhana yang kita buat sambil lalu, tanpa persiapan panjang, justru bisa viral.
Lalu, kenapa bisa begitu?
Mengapa Tulisan Bisa Sepi Pembaca?
Sebelum buru-buru menyalahkan platform, algoritma, atau bahkan diri sendiri, mari kita coba memahami beberapa alasan mengapa tulisan kita bisa saja sepi pembaca:
1. Judul Tidak Menarik
Judul adalah pintu utama yang menentukan apakah orang mau membaca atau tidak. Kadang kita menulis dengan penuh semangat, tapi judulnya “datar” sehingga pembaca melewatkan begitu saja. Misalnya, “Pengalaman Saya ke Pasar” tentu kalah menarik dibanding “Kejutan Lucu Saat Saya Belanja di Pasar Tradisional”.
2. Isi Kurang Relevan dengan Minat Pembaca
Kita menulis sesuatu yang menurut kita penting, tapi belum tentu pembaca merasa sama. Misalnya, menulis tentang detail hobi tertentu tanpa menjelaskan manfaatnya bagi orang lain.
3. Waktu Publikasi Kurang Tepat
Sama seperti jualan, menulis juga ada “jam ramai”-nya. Menulis artikel panjang diunggah jam 1 dini hari mungkin hanya segelintir orang yang sempat melihat.
4. Minim Promosi
Jangan berharap tulisan langsung ramai dibaca kalau tidak dipromosikan. Dunia digital penuh dengan informasi. Jika kita hanya mengandalkan orang kebetulan menemukan tulisan, peluangnya kecil.
5. Kurang Konsisten
Pembaca biasanya setia pada penulis yang rutin menulis. Kalau kita hanya muncul sesekali, orang tidak akan terbiasa menunggu karya kita.
Rasa Kecewa Itu Wajar
Jujur saja, ketika tulisan sepi pembaca, hati ini pasti terasa kecewa. Apalagi kalau kita sudah menghabiskan banyak waktu menulis, mencari referensi, hingga menyusunnya dengan sungguh-sungguh.
Namun, justru di sinilah ujian seorang penulis. Apakah kita menulis hanya demi jumlah pembaca, atau menulis karena memang punya kebutuhan batin untuk berkarya?
Omjay, guru blogger Indonesia, sering berkata: “Menulis itu ibarat menanam pohon. Tidak semua benih langsung tumbuh besar. Ada yang perlu waktu, ada yang bahkan mati. Tapi tugas kita tetaplah menanam.”
Artinya, jangan langsung putus asa kalau tulisan sepi. Bisa jadi hari ini sepi, tapi siapa tahu besok atau lusa tulisan itu dibaca orang yang tepat, lalu memberi dampak besar dalam hidupnya.
Tips Agar Tulisan Tidak Sepi Pembaca
Kalau boleh berbagi pengalaman, ada beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan supaya tulisan lebih hidup dan tidak sepi pembaca:
1. Gunakan Judul yang Menggugah
Judul adalah wajah tulisanmu. Buatlah yang menimbulkan rasa penasaran, tapi jangan menipu. Misalnya, ganti judul “Cara Menulis” menjadi “5 Rahasia Menulis yang Jarang Dibongkar Penulis Senior”.
2. Tulis dengan Gaya Bercerita
Orang suka cerita. Daripada menjejali dengan data kering, coba selipkan pengalaman pribadi, humor, atau kisah nyata.
3. Kenali Target Pembaca
Tulisan yang dibaca remaja tentu berbeda dengan yang dibaca guru, dosen, atau pebisnis. Sesuaikan bahasa dan isi agar lebih nyambung.
4. Promosikan dengan Bijak
Bagikan di media sosial dengan pengantar yang menarik. Jangan hanya melempar link, tapi beri kalimat pancingan seperti: “Pernah nggak kamu merasa menulis capek-capek tapi sepi pembaca? Aku baru ngalamin. Ceritaku ada di sini…”
5. Konsisten Menulis
Konsistensi adalah kunci. Semakin sering kita menulis, semakin terbiasa orang mengenal gaya tulisan kita. Lama-lama pembaca setia akan terbentuk.
Menulis Itu Perjalanan Panjang
Banyak orang berpikir menulis adalah soal hasil instan. Padahal, menulis adalah perjalanan panjang. Kita tidak bisa langsung berharap viral, terkenal, atau mendapat ribuan pembaca.
Coba bayangkan, penulis besar pun tidak langsung populer. Ada yang karyanya baru dihargai setelah bertahun-tahun. Ada juga yang bukunya diabaikan penerbit sampai akhirnya menjadi bestseller.
Jadi, kalau tulisanmu sepi pembaca hari ini, jangan kecil hati. Bisa jadi kamu sedang meniti jalan panjang seorang penulis sejati.
Refleksi: Untuk Siapa Kita Menulis?
Pada akhirnya, kita harus bertanya pada diri sendiri: untuk siapa kita menulis?
Kalau hanya untuk popularitas, maka setiap sepi pembaca akan membuat kita kecewa. Tapi kalau kita menulis karena ingin berbagi ilmu, pengalaman, atau sekadar melatih diri, maka sepi pembaca bukanlah masalah besar.
Saya pribadi sering mengingat pesan Omjay: “Menulislah dengan hati, bukan hanya dengan jari. Karena ketika tulisan lahir dari hati, ia akan sampai ke hati pembaca, meskipun hanya satu orang.”
Itulah kekuatan menulis. Walau pembacanya sedikit, tulisan bisa memberi dampak besar.
Penutup
Jadi, pernah nggak kamu alami: sudah nulisnya susah, eh sepi pembaca? Kalau pernah, jangan khawatir. Kamu tidak sendirian. Hampir semua penulis pernah melewati fase ini.
Jadikan itu sebagai bahan bakar untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan menulis dengan konsisten. Ingat, pembaca bukan segalanya. Yang penting, kita terus menulis. Karena dengan menulis, kita sebenarnya sedang menyelamatkan ingatan, mencatat sejarah pribadi, dan berbagi jejak untuk generasi berikutnya.
Suatu saat nanti, mungkin tulisan yang kamu anggap “sepi” hari ini, justru akan menjadi “harta karun” bagi orang lain di masa depan. Jadi, tetaplah menulis, meski pembaca sepi. Karena penulis sejati tidak pernah berhenti hanya karena jumlah pembaca. (*)