Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
HATIPENA.COM – Lama sekali saya tak menulis Liga Inggris. Untuk menurunkan tensi politik akibat gaduh 103 jenderal ingin Wapres Gibran diganti, yok kita ungkap kehebatan Liverpool baru saja menjadi klub terkuat di Inggris. Segelah cairan hitam yang membuat otak encer cukup untuk menemani tulisan ini.
Di kala rembulan masih malu-malu mengintip dari balik awan, di tanah keramat bernama Anfield, para pendekar Merah, Liverpool, akhirnya menuntaskan perjalanan suci di Liga Primer Inggris 2024/2025. Dengan kegigihan seorang pertapa lapar yang memburu semangkuk mie ayam gratisan, Liverpool membantai Tottenham Hotspur, 5-1! Ini sih ayam sayur.
Pertempuran maha dahsyat itu terjadi pada Ahad malam (27/4/2025). Saat itu, Anfield bergetar seperti perut kakek-kakek masuk angin. Tottenham, yang entah kenapa berani-beraninya datang ke kandang naga merah, sempat menusukkan belati kecil ke tubuh tuan rumah lewat kepala Dominic Solanke pada menit ke-12. Gol ini seumpama gigitan nyamuk bagi seekor naga, terasa geli dari menyakitkan.
Belum habis Solanke membetulkan rambutnya, Liverpool, layaknya pendekar sakti yang habis minum jamu tolak angin, langsung membalas. Luis Diaz, dengan kecepatan jurus Bayangan Kilat, menyamakan kedudukan di menit ke-16 setelah menerima umpan liukan maut dari Mohamed Salah. Pertanda buruk untuk Tottenham pun mulai mengendap seperti kopi basi di dasar gelas.
Pada menit ke-24, giliran Alexis Mac Allister yang melemparkan serangan jurus Petir dari Langit. Dengan tendangan sekeras kutukan mertua, ia membobol gawang Tottenham, membuat Guglielmo Vicario, kiper Spurs, hanya bisa pasrah. Anfield pun bergemuruh, bahkan rumput-rumput stadion hampir ikut menari salsa.
Tak puas dengan keunggulan kecil, Cody Gakpo, pendekar Belanda yang baru belajar silat Minang, menghunjamkan gol ketiga di menit ke-34. Tottenham mulai limbung; pelatih Ange Postecoglou tampak seperti murid yang lupa membawa PR, bingung, cemas, dan ingin pulang.
Babak kedua dibuka dengan lebih banyak tamparan kencang dari Liverpool. Pada menit ke-63, Mohamed Salah, menyelinap bagai ular Mesir dan menambah gol keempat. Tujuh menit berselang, Destiny Udogie, bek Tottenham, justru menanam paku ke peti mati timnya sendiri dengan sebuah gol bunuh diri yang lebih tragis dari kisah cinta Romeo dan Juliet. Skor membengkak 5-1, ibarat tambal ban yang malah bocor lebih besar.
Dengan kemenangan ini, Liverpool resmi menjadi juara Liga Primer Inggris 2024/2025. Dengan 82 poin, mereka berdiri di puncak gunung, memandang Arsenal, yang terkapar dengan 67 poin, sambil mengunyah kerupuk kemenangan. Liga hanya tersisa empat laga, dan tak ada jurus pamungkas yang mampu membalikkan nasib.
Para pendekar Anfield tak membuang waktu. Begitu peluit terakhir ditiupkan, mereka menari-nari seperti pendekar mabuk yang baru pulang dari kawinan. Lagu “One Kiss is All it Takes” membahana, diikuti derai air mata, tawa membahana, dan pelukan-pelukan bau keringat kemenangan. Virgil van Dijk, sang Kapten Besi, menggenggam bola pertandingan seolah itu adalah pusaka langit ketujuh.
Mohamed Salah, dengan tatapan lebih bijak dari Mahaguru Perguruan Silat Merah Putih, mengakui bahwa gelar ini terasa lebih lezat dibandingkan lima tahun silam. Waktu itu, pandemi Covid-19 membuat pesta juara seperti makan bakso tanpa kuah, kering, hambar, dan penuh penyesalan.
Kini, di tahun 2025, semua hutang tawa, teriakan, dan pesta gila dibayar lunas. Liverpool meraih gelar liga ke-20 sepanjang sejarah, dua di antaranya dalam era Liga Primer modern. Para pendekar Anfield, para suporter, bahkan rumput stadion, semuanya bersatu dalam satu epos, sebuah legenda tentang kemenangan, tentang air mata, tentang semangat yang tidak akan pernah padam. (*)
#camanewak