Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Pilkada Pesawaran, Pilbup Rasa Pilpres

March 25, 2025 17:59
IMG-20250325-WA0113

Oleh Herman Batin Mangku *)

HATIPENA.COM – Usai retret, para kepala daerah langsung tancap gas. Di Kabupaten Pesawaran, pilkadanya malah atret. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan kocok ulang pascabupati terpilih tak bisa menunjukkan ijazah SMA-nya.

Sejak awal digelar pilkada serentak, Pilkada Pesawaran termasuk paling “hot”. Kompetisi merebut hati masyarakat tak hanya di darat, pertempuran udara lebih keras lagi saling meluncurkan rudal ke jantung lawan.

Timses, para relawan, dan simpatisan ikut duel. Di darat, mereka saling intip dan jebak. Di udara, perang tiktok saling menjelekkan (black campaign) dan ancam antarmereka. Whatsapp Grup FGD Pesawaran debat 24 jam.

Betul-betul, atmosfir Pilbup Pesawaran bak pilpres. Begitu hiruk-pikuk dan berisik di hampir semua laman media sosial. Sampai-sampai, teman sekolah, se-LSM, sekampung ada yang jadi gak seenakan gara-gara beda dukungan.

Reformasi sudah dewasa, 27 tahun, tapi kesepakatan berdemokrasi sejak 1998 masih diwarnai saling caci maki dan lomba mengumbar fitnah. Manuver-manuver politik destruktif terpotret jelas di Pilpres dan Pilkada Pesawaran.

Memang, kekuasaan itu manis, lantaran bisa memeroleh berbagai privilese, akses pada sumber daya ekonomi, kesempatan untuk memperpanjang rantai kekuasaan dan sebagainya hingga bisa menggelapkan mata siapa pun untuk main “tumbur”.

Demokrasi akhirnya malah memunculkan risiko ketidakpastian politik, mengganggu jadwal pembangunan, biaya tambahan, kecurangan, konflik sosial, meningkatkan ketidakpercayaan terhadap lembaga pemerintah, dan resiko-resiko lainnya.

Mudah-mudahan, lewat Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Pesawaran, muncul atmosfir baru politik konstruktif, yakni upaya meraih kekuasaan dilakukan secara konstitusional, adil, transparan, dan bermartabat.

Tidak lagi, politik destruktif yang menghalalkan segala cara seperti paradigma politik Machiavellian. Politik yang hanya berorientasin hasrat memperpanjang kekuasaan atau dendam lewat manuver-manuver inkonstitusional (will to power).

Karena, manuver politik destruktif yang harus menanggung rugi adalah rakyat. Rakyat yang konon jadi alasan untuk diperjuangkan malah jadi korban atau objek atas konflik yang terjadi antarelite politik dan para pendukungnya.

Jangan sampai atmosfir persaingan politik nasional yang berkepanjangan hingga saat ini menular ke Kabupaten Pesawaran. Mudah-mudahan jelang PSU, Kabupaten Pesawaran berlahan kembali seindah dan sedamai alamnya.

Sudah saatnya masyarakat Kabupaten Pesawaran bangkit dan tak terpengaruh lagi manuver-manuver destruktif yang cuma membuat atret digilas mesin-mesin hasrat kekuasaan yang hanya melihat rakyat sebagai angka-angka statistik.

Padahal, kita, rakyat yang paling berdaulat. Biarkanlah para pendengung terus memproduksi politik destruktifnya. Terlalu bodoh bagi kita untuk melayani hal-hal yang tak produktif. Saatnya, rakyat Pesawaran bangkit kembali ke mottonya: Andan Jejama.

Andan Jejama berasal dari kata andan yang artinya memelihara atau menjaga dengan baik sedangkan jejama artinya bersama- sama. Jadi, Andan Jejama memiliki arti memelihara atau menjaga dengan baik secara bersama-sama. Takbiiir! (*)

*) Pemred Club