Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Polemik Pemilihan Suara Ulang di Kabupaten Pesawaran

March 7, 2025 17:47
IMG-20250307-WA0088

Mohammad Medani Bahagianda

HATIPENA.COM – Polemik terkait Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Pesawaran yang melibatkan berbagai tokoh politik lokal seperti Dendi, Aris Sandi, dan Alzier memang memunculkan dinamika yang cukup kompleks. Masing-masing tokoh memiliki latar belakang dan motivasi tersendiri, yang tampaknya berhubungan dengan gengsi politik, harga diri keluarga, dan ambisi pribadi serta partai.

  1. Dendi Ramadhona – Meneruskan “Dinasti” Keluarga
    Latar Belakang. Dendi Ramadhona adalah petahana yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Pesawaran. Ada narasi bahwa Dendi ingin mempertahankan kekuasaan dan melanjutkan “dinasti keluarga” sebuah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan bagaimana satu keluarga mempertahankan kekuasaan politik secara turun-temurun.
    Gengsi dan Ambisi Politik. Sebagai petahana, Dendi memiliki gengsi politik yang besar. Keluarganya mungkin sudah terlibat dalam politik daerah selama bertahun-tahun, dan ada tekanan untuk mempertahankan pengaruh politik yang sudah dibangun. Jika kekuasaan ini hilang, itu bukan hanya kegagalan pribadi, tetapi juga kegagalan bagi dinasti politik yang mungkin sedang ia bangun.
    Pertaruhan Besar di PSU. Dengan PSU yang terjadi, Dendi dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan jabatannya. Gengsi pribadi dan keluarganya dipertaruhkan, terutama jika ada anggapan bahwa kekalahan berarti hilangnya kendali keluarga dalam politik lokal Pesawaran.
  2. Aris Sandi – Gengsi dan Martabat Keluarga
    Latar Belakang. Aris Sandi mungkin merupakan rival utama dalam pemilu ini. Dalam konteks ini, dia tampak berusaha mempertahankan gengsi dan martabat keluarga, yang mungkin juga memiliki sejarah atau akar politik di Pesawaran.
    Motivasi Gengsi dan Martabat. Bagi Aris, pertarungan politik ini bukan hanya soal memenangkan posisi bupati, tetapi juga tentang mempertahankan martabat keluarga. Mungkin ada harapan besar dari keluarga dan pendukungnya agar dia bisa memenangkan pemilu ini sebagai bukti kemampuan keluarga untuk bersaing di ranah politik lokal.
    Konflik Harga Diri. Harga diri dan kebanggaan keluarga mendorong Aris untuk memperjuangkan hasil pemilu dengan segala daya, termasuk menghadapi keputusan PSU yang bisa merubah arah kemenangan. Kekalahan bisa berarti kegagalan besar yang berdampak pada citra dan gengsi keluarga dalam politik Pesawaran.
  3. Alzier Dianis Thabranie – Harapan pada Aroem dengan Dukungan Partai Golkar
    Latar Belakang. Alzier Dianis Thabranie adalah sosok yang memiliki pengaruh besar dalam politik di Lampung, termasuk Pesawaran. Ia memiliki harapan besar agar Aroem Alzier, anaknya, menjadi calon Bupati Pesawaran, dengan dukungan kuat dari Partai Golkar. Golkar, sebagai salah satu partai besar di Indonesia, memainkan peran penting dalam memberikan legitimasi politik bagi calon-calon yang mereka dukung.
    Harapan dan Ambisi Dinasti Politik. Alzier mungkin memiliki ambisi untuk melanjutkan pengaruh politik keluarganya melalui Aroem. Ini adalah bagian dari strategi untuk mempertahankan “dinasti politik” dalam kancah lokal, sekaligus memperkuat posisi Golkar di Pesawaran. Aroem dianggap sebagai penerus yang potensial untuk melanjutkan jejak politik keluarga.
    Perjuangan di Balik Layar. Alzier, dengan latar belakang politiknya yang kuat, mungkin bekerja keras di balik layar untuk memastikan Aroem mendapatkan dukungan penuh dari Golkar dan memiliki peluang besar dalam pertarungan ini. Gagalnya Aroem menjadi calon bupati bisa dilihat sebagai kekalahan besar tidak hanya bagi Alzier pribadi, tetapi juga bagi partai dan pengaruh politik keluarganya di daerah tersebut.

Kesimpulan: Konflik Gengsi dan Harga Diri
Polemik yang terjadi dalam menghadapi PSU di Pesawaran tampaknya sangat dipengaruhi oleh gengsi dan harga diri politik masing-masing pihak. Dendi ingin mempertahankan kekuasaan keluarga dan menghindari hilangnya pengaruh yang telah dibangun.

Aris Sandi berjuang mempertahankan martabat keluarganya dalam pertarungan politik yang ketat.
Sementara itu, Alzier melihat kesempatan bagi Aroem untuk meneruskan tradisi politik keluarga dan memperkuat posisi Golkar di daerah.

Dalam situasi seperti ini, PSU menjadi momen krusial yang tidak hanya menentukan siapa yang akan memimpin Pesawaran, tetapi juga menjadi simbol dari siapa yang berhasil mempertahankan atau merebut kekuasaan dengan tetap menjaga gengsi dan harga diri keluarga serta partai politik yang terlibat.(*)