Oleh : Mohammad Medani Bahagianda
(Dalom Putekha Jaya Makhga)
HATIPENA.COM – Jika pelestarian adat budaya Lampung tidak lagi menjadi prioritas kebijaksanaan pemerintah daerah, akan ada beberapa dampak negatif yang berpotensi merugikan generasi muda dan keberlanjutan tradisi budaya Lampung.
Berikut adalah beberapa efek yang mungkin terjadi:
- Hilangnya Identitas Budaya Lokal
Ketika budaya Lampung tidak lagi dilestarikan dan dijaga, generasi muda mungkin kehilangan kontak dengan akar budaya mereka. Tradisi, bahasa, pakaian, musik, tarian, serta nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas budaya Lampung akan terancam punah. Ini bisa menyebabkan generasi muda lebih terpengaruh oleh budaya luar, terutama budaya Barat, yang cenderung lebih mendominasi melalui media global. - Pengaruh Budaya Asing yang Berlebihan
Tanpa upaya pelestarian yang serius, budaya asing (terutama pengaruh dari Barat) bisa dengan mudah masuk dan mengubah pola pikir serta perilaku generasi muda. Nilai-nilai tradisional yang menekankan gotong royong, hormat pada leluhur, serta adat istiadat setempat dapat tergantikan oleh nilai-nilai individualisme, materialisme, dan gaya hidup yang jauh berbeda dari budaya Lampung. Tradisi seperti Pepadun, Saibatin, atau ritual adat lainnya bisa terabaikan dan hilang. - Punahnya Bahasa Daerah
Bahasa Lampung, sebagai salah satu bagian penting dari warisan budaya, bisa semakin terpinggirkan. Anak-anak muda mungkin lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Inggris dalam interaksi sehari-hari. Ini bukan hanya ancaman bagi bahasa Lampung itu sendiri, tetapi juga mengikis identitas dan kebanggaan sebagai orang Lampung. - Kurangnya Rasa Kebanggaan dan Nasionalisme Lokal
Jika adat dan budaya Lampung diabaikan, generasi muda bisa kehilangan kebanggaan atas warisan budaya mereka. Kebanggaan terhadap identitas lokal dan nasional penting dalam membentuk kepribadian yang kokoh. Ketika mereka tidak lagi menghargai budaya lokal, kemungkinan besar mereka akan merasa kurang terhubung dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur, yang berakibat pada lemahnya nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air. - Tergerusnya Kearifan Lokal
Kearifan lokal yang terdapat dalam adat budaya Lampung, seperti konsep gotong royong, tata krama dalam bermasyarakat, hingga aturan-aturan adat yang menjaga keseimbangan alam dan sosial, bisa hilang. Tanpa pelestarian yang memadai, generasi muda tidak lagi memiliki panduan dalam menjalani kehidupan yang seimbang antara tradisi dan modernitas. Hal ini dapat mengarah pada ketimpangan sosial, krisis identitas, hingga degradasi moral. - Perubahan Tradisi Menjadi Sekadar Formalitas
Tradisi adat Lampung, tanpa adanya perhatian dan dukungan pemerintah, bisa berubah menjadi sekadar formalitas yang hanya dilakukan pada acara-acara tertentu tanpa pemahaman mendalam. Misalnya, upacara adat bisa menjadi sesuatu yang dilakukan hanya untuk alasan seremonial, tanpa pemahaman makna spiritual dan historis yang mendalam. Tradisi semacam ini tidak lagi hidup, hanya dijalankan sekadarnya. - Tantangan Globalisasi Tanpa Proteksi Budaya
Globalisasi memang tidak bisa dihindari, tetapi ketika pelestarian budaya tidak dijadikan prioritas, dampak negatif dari globalisasi bisa semakin terasa. Generasi muda akan lebih mudah terpapar pada nilai-nilai luar tanpa penyeimbang dari nilai-nilai lokal. Ini bisa menyebabkan terjadinya homogenisasi budaya di mana keunikan budaya lokal hilang dan tergantikan oleh budaya global yang seragam.
Pertanyaan: Apakah Kondisi Pembiaran Ini Akan Terus Dibiarkan?
Jika kondisi ini dibiarkan tanpa adanya intervensi dari pemerintah atau masyarakat, potensi hilangnya adat budaya Lampung akan makin besar.
Namun, penting bagi berbagai pihak (pemerintah daerah, lembaga pendidikan, komunitas budaya, dan masyarakat) untuk bekerja sama dalam melestarikan budaya ini.
Pemerintah daerah diharapkan berperan aktif dalam membuat kebijakan yang mendukung pendidikan budaya lokal di sekolah, mendukung kegiatan kesenian tradisional, dan memberikan ruang bagi adat budaya untuk tetap hidup di tengah masyarakat modern.
Perlu juga ada kesadaran kolektif dari masyarakat Lampung sendiri untuk bangga dan menjaga kebudayaan mereka agar tetap relevan dan dilestarikan oleh generasi penerus. Pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat dan generasi muda.
Jika tidak ada upaya kolektif untuk melestarikan budaya lokal, risiko kehilangan budaya dan adat Lampung akan semakin nyata. Tradisi bisa saja berubah, terdistorsi, atau bahkan hilang, jika tidak ada tindakan nyata untuk menjaga dan melestarikannya di tengah tantangan zaman. (*)