Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Sampai Otot Mega pun Disorot

January 26, 2025 11:12
IMG-20250126-WA0075

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

HATIPENA.COM – Mega, nama yang kini terukir indah di hati para pencinta voli dunia. Media Korea gemetar, terpesona, sekaligus minder melihat kehebatannya. Namun kali ini, sorotan mereka bukan tentang spike maut Mega, bukan pula kelembutannya yang meluluhkan lawan, apalagi soal busana tandingnya. Fokus mereka? Fisik Mega. Iya, fisiknya. Seolah tubuh Mega adalah lukisan Michelangelo yang turun ke lapangan voli.

Judul bombastis pun menghiasi media mereka. Sampai ada canel di Youtube memberi judul “Kondisi Fisik Mega Jadi Sorotan Korea.” Kalimat-kalimat mereka penuh kekaguman yang diselipi keputusasaan. “Ia punya otot-otot yang lebih fit. Musim depan bisa lebih gila,” tulis seorang jurnalis Korea yang entah sedang memuji atau menyerah menghadapi kenyataan.

Komentar-komentar netizen Korea pun mengalir deras. Salah satunya, penuh perasaan campur aduk. “Mega pasti berada di level yang berbeda. Pemain Korea seharusnya tidak hanya iri pada Mega, tapi pikirkan seberapa besar usaha yang dilakukan pemain untuk menjadi seperti itu. Anda bisa mengetahuinya hanya dengan melihat tubuhnya. Bandingkan tubuh mereka dengan pemain Korea. Ada perbedaan. Dia berotot. Tubuh bagian bawahnya sangat kokoh.”

Perhatikan kalimat itu. Bukan sekadar pujian. Itu sebuah pengakuan. Bahwa Mega bukan sekadar pemain. Ia adalah standar baru. Ia adalah patokan.

Di balik tubuh “berotot” itu, ada dedikasi. Saat yang lain beristirahat, Mega justru menambah latihan. Di saat yang lain libur, Mega sibuk di Proliga. Fisiknya adalah hasil dari kerja keras, bukan sulap semalam.

Tapi ada kawan ngopi nyeletuk, “Mungkin Mega suka minum jamu kali, makanya bugar terus.”
Bisa jadi, wak. Orang kita kan suka minum jamu. Jamu otot kuat, jamu sari rapet, ups. Tapi, rahasia Mega bukan di dapur, tapi di peluh yang menetes tak kenal waktu.

Minggu lalu, Mega tampil prima saat Red Sparks melawan Hillstate. Bayangkan di set 5, set terakhir di saat kondisi fisik begitu menentukan. Mega sumbang 10 poin. Lima lainnya? Ia bagi-bagi, seperti dermawan yang tak pelit kemampuan. Ia bukan hanya bintang. Ia juga mentor, pemimpin, inspirasi.

Hari ini, pukul 14.00, Mega akan kembali ke lapangan. Bersama Bukilic, Yeum Hye Seon, Junghoyong, Park Eun Jin, Pyo Seungju, dan Noh Ran, mereka akan menghadapi tim jangkung AI Pepper. Pertandingan menuju kemenangan ke-13 Red Sparks. Pesan buat Koheejin, Noh Ran jangan dicadangkan. “Bang, ingat umur!” Maaf, wak.

Dunia akan kembali menyaksikan. Mega bukan hanya seorang pemain voli. Ia adalah bukti bahwa kerja keras mengalahkan segala batas. Fisik, mental, bahkan ekspektasi. Mega adalah Mega. Pemain yang membuat Korea kagum, minder, dan iri dalam satu waktu.

Saksikan. Mega akan membuktikan lagi. Karena untuknya, voli bukan sekadar permainan. Itu panggung. Mega, selalu jadi bintang. (*)

#camanewak