Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Sejarah Stasiun Kereta Api Fort de Kock

March 25, 2025 15:03
IMG_20250325_150144

Irwan Setiawan

HATIPENA.COM – Setelah berkuasa penuh atas Kota Bukittinggi, Belanda juga membangun jalur transportasi dan komunikasi yang penting di dataran tinggi ini, yaitu jaringan kereta api. Setelah sebelumnya mereka bersusah payah membangun jalan di kawasan Lembah Anai penghubung Padang dan Padang Panjang.

Jalur kereta api dari Padang Panjang menuju Fort de Kock selesai dibangun pada tanggal 1 November 1891. Dari Bukittinggi pembangunan dilanjut untuk menjangkau tambang emas di Payakumbuh yang dibuka pada tanggal 15 September 1896.

Stasiun Kereta Api Fort de Kock terletak di Tarok Dipo, Guguk Panjang. Stasiun dengan ketinggian +920 meter ini memiliki peran penting dalam dunia transpotasi era Kolonial. Stasiun ini dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Padang Panjang – Payakumbuh.

Tidak seperti jalur lainnya di Sumatra Barat yang memfokuskan diri untuk pengangkutan batu bara, jalur kereta api ini hanya digunakan untuk mengangkut biji kopi, hasil bumi dan tentara dari dan menuju Fort de Kock.

Sekarang kondisi bangunan stasiun ini mulai dimakan zaman namun ada upaya PT KAI untuk bisa merawatnya. Bangunan terpantau telah di cat dan dibersihkan. Sedangkan di bagian lain, untuk saat ini didirikan pusat kuliner baru di Bukittinggi yang dinamai “Stasiun Lambuang”.

Sebenarnya bila kedua objek ini ditata dan didesain dan dikombinasikan secara lebih menarik tentu akan lebih bermanfaat. Misal pada satu bagian ada pusat kuliner dan pada bagian lain ada pusat informasi sejarah kota Bukittinggi dan informasi tentang perkeretaapian. (*)