Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Setelah 26 Nyawa Melayang, India Memilih Perang dengan Pakistan

May 7, 2025 17:29
IMG-20250507-WA0069

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Yang suka keribunan, ngumpul di sini lagi, ya! Ini tentang perang sungguhan. Bukan perang antar jenderal purnawirawan yang sudah didamaikan oleh Prabowo semalam. Perang antar jenderal aktif India dan Pakistan yang sudah memerintahkan prajuritnya, baku hantam. Yang suka damai, cukup seruput kopi dari kejauhan.

“Bang, itu benaran India menyerang Pakistan? Lalu, gimanalah nasib Sara Ali Khan?”

Waduh, negara sudah perang, ente masih mikirkan si cantik Sara. Ini serius, wak. Perang modern, perang dua negara yang sama-sama memiliki rudal nuklir. Bukan rudal model di sini, ups.

Kita mulai ceritanya, wak. Pada pagi yang seharusnya tenang tanggal 7 Mei 2025, India memilih untuk tidak ikut trend damai-damaian. Mereka malah meluncurkan rudal. Bukan satu, bukan dua, tapi rudal beneran ke wilayah Pakistan dan Kashmir. Bukan untuk menyapa. Bukan untuk menakut-nakuti. Tapi untuk benar-benar meledakkan apa yang mereka sebut sebagai “kamp teroris”. Sebuah bentuk salam perkenalan yang agak kasar, seperti menggedor pintu tetangga pakai granat.

Alasan India sederhana dan sangat film Bollywood, balas dendam. Serangan teroris di Pahalgam, Kashmir pada 23 April 2025 telah menewaskan 26 wisatawan. India menuduh kelompok berbasis Pakistan sebagai dalang di balik tragedi tersebut. Pakistan, seperti biasa, membantah dengan gaya khasnya, “Kami tidak tahu-menahu. Mungkin mereka nyasar.” Tapi India tak mau tahu. Mereka sudah lama menahan rasa. Seperti sinetron prime time, emosi yang ditahan terlalu lama pasti meledak. Kali ini dalam bentuk rudal ke Kotli, Ahmadpur Timur, Muzaffarabad, Bagh, dan Muridke. Hasilnya? Delapan orang tewas, 35 lainnya terluka, termasuk warga sipil yang sedang rebahan dan tidak tahu apa-apa.

Pakistan pun tidak tinggal diam. Mereka langsung menyalakan alarm “Mode Dendam Maksimal” dan menembak jatuh lima jet tempur India, termasuk Rafale yang katanya kebal petir, Sukhoi SU-30 yang bisa salto di udara, dan MiG-29 yang sialnya sedang dalam misi selfie. PM Pakistan, Shehbaz Sharif, tampil di depan layar dengan wajah penuh minyak wangi perang, berkata: “Kami tidak takut. Kami akan membalas. Kami sudah menyiapkan nuklir, eh, maksudnya… nasi kebuli.”

Dunia menyaksikan semua ini dengan gaya klasik, prihatin maksimal, aksi minimal. PBB langsung mengadakan rapat darurat di ruang penuh AC dan sandwich mahal. Hasilnya? Seruan de-eskalasi yang sama sekali tidak terdengar oleh rudal-rudal yang masih beterbangan. Amerika Serikat menawarkan mediasi sambil memoles kontrak jual beli senjata. Rusia tertawa kecil, lalu mengirimkan brosur rudal S-400 ke kedua negara. Tiongkok? Sibuk menilai potensi ekonomi dari reruntuhan nanti. Korea Utara justru merasa tersaingi.

Para analis militer pun mulai mengutip peta, sejarah, dan jumlah hulu ledak nuklir masing-masing negara. “India punya 164 hulu ledak, Pakistan 170,” kata seorang analis sambil menggigit pulpen. “Kalau meledak semua, bisa bikin bumi muter balik ke zaman dinosaurus.” Tapi tentu saja, tak ada yang mau perang nuklir, kecuali mereka yang hidup di dunia maya dan mengira perang hanya seperti main Call of Duty.

Sementara itu, rakyat jelata di kedua negara mulai bersiap. Bukan untuk perang, tapi untuk antre beli bahan makanan, karena tahu harga bawang akan lebih mematikan dari misil. Di media sosial, netizen India dan Pakistan saling berbalas meme, karena dalam tragedi pun, manusia tak bisa jauh dari komedi.

Di tengah semua ini, alien di galaksi tetangga menyimpulkan bahwa spesies manusia adalah makhluk paling absurd, sudah tahu punya senjata nuklir, tapi masih bertengkar soal wilayah yang bahkan belum bisa masuk Google Maps dengan benar.

Semoga perang dua negara bertetangga tidak merembet ke sini. Kalau pun perang, paling hanya di medsos dan WA saja. Akan selalu damai bila sudah di warkop, seruput kopi tanpa gula sambil menyaksikan perang. (*)

#camanewak