Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

STMCK, Masa Depan Bangsa Ada di Tanganmu!

December 30, 2024 07:29
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan/ Rosadi Jamani
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan/ Rosadi Jamani

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

BICARA soal inovasi pendidikan, Indonesia nggak ada matinya. Ketika dunia berlomba-lomba bikin sekolah AI, coding, sampai robot pembuat kopi, kita malah hadir dengan konsep edukasi futuristik yang bikin Elon Musk mungkin tercengang, Sekolah Tinggi Manajemen Calon Koruptor (STMCK). Terobosan ini datang dari sebuah video TikTok @wily_iki02. Judulnya? Ya, sama absurdnya dengan kenyataan di negeri ini.

Sambil menikmati lontong sayur di Jalan Apel Pontianak, yok kita bahas apa makna di balik iklan STMCK tersebut.

Konsepnya sederhana, kayak bikin mi instan. Iklannya terlihat seperti lembaga pendidikan sungguhan. Ada fasilitas, program unggulan, sampai testimoni alumni (katanya sih, mereka sukses jadi penghuni hotel prodeo VIP). Tapi yang bikin ngakak sekaligus mual adalah pesan moral di baliknya. Korupsi di negeri ini udah kayak warisan budaya tak benda.

Bayangin, wak! Kuliah di STMCK itu pastinya nggak main-main. Silabusnya jelas kekinian.

Pertama, Etika Pencucian Uang Dasar. Karena uang hasil korupsi nggak boleh kelihatan norak. Harus elegan.

Kedua, Manajemen Risiko Ketangkep KPK. Jangan lupa, kalau ketangkep, bilang aja, “Saya khilaf, demi anak-istri.”

Ketiga, Public Speaking untuk Minta Maaf di TV. Skill ini penting, biar dramatis. Mata berkaca-kaca, tangan gemetar, dan kalimat ajaib, “Saya siap mengembalikan uangnya kok, Pak.”

Keempat, Strategi Vonis Ringan, Modul favorit. Dari kerugian negara 300 triliun cuma vonis 6,5 tahun. Ada tips bonus, tahanan rumah sambil main golf.

Hebatnya, lulusan STMCK nggak cuma jadi koruptor sukses, tapi juga ikon rekonsiliasi nasional. Contohnya? Setelah tertangkap, mereka dikasih panggung untuk ceramah moral. Lho, kok bisa? Ya, katanya demi restorative justice. Pokoknya selama uang dikembalikan, anggap aja nggak pernah kejadian, ya?

Kalau korupsi Rp300 triliun cuma divonis 6,5 tahun, hitung-hitungan gampangnya begini, Korupsi 1 triliun = liburan 0,02 tahun. Kalau 6,5 tahun itu kayak diskon akhir tahun di mal, mungkin masih lebih lama antre beli boba.

Sebenernya, STMCK ini sindiran belaka atau gambaran masa depan pendidikan kita? Well, kalau korupsi terus dianggap enteng dan para pelaku diidolakan, bukan nggak mungkin beneran ada kampus beginian. Toh, anak-anak sekarang juga diajarin lewat tontonan, yang penting kaya, mau dari jalan benar atau belok, itu cuma pilihan jalur karier.

Akhir kata, mari kita berterima kasih pada @wily_iki02 yang udah posting video ini. Setidaknya, kita bisa ketawa sambil nangis ngelihat realitas absurd negeri ini. Korupsi udah kayak varian mi instan, ada di mana-mana dan nggak pernah habis-habis. Bedanya? Kalau mi instan bikin kenyang, korupsi cuma bikin kenyang segelintir orang. Sementara kita? Ya, cuma jadi bisa makan lontong di pinggir jalan.

Ada yang mau daftar? Silakan hubungi napi di Sukamiskin, nah di situ banyak dekan dan guru besarnya, ups.

#camanewak