Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Tentang Cinta dan Benci

February 7, 2025 14:54
IMG-20250207-WA0004

Ilustrasi : AI/ Hatipena
Penulis : Wawan Susetya

Hikmah Jumat

HATIPENA.COM – UMAT Islam di belahan dunia mana pun sesungguhnya merupakan saudara satu sama lainnya. Sebagai sesama saudara seagama dan seiman, sudah semestinya jika kaum muslimin harus bahu-membahu, bekerja sama, saling mengunjungi, saling membantu dan saling menyayangi.

Jangan karena ada faktor kepentingan tertentu, lalu sesama umat Islam saling mencaci, membenci satu sama lainnya yang pada akhirnya malah menimbulkan perpecahan di antara mereka. Prinsip yang semestinya harus dikembangkan adalah saling menyayangi dan saling mencintai di antara sesama kaum muslimin.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai para hamba yang besok di hari qiyamat disediakan bagi mereka beberapa mimbar serta mereka duduk di atas mimbar-mimbar itu. Mereka adalah kaum atau kelompok yang pakaiannya cahaya dan wajah-wajahnya juga cahaya. Mereka itu bukan para Nabi dan bukan para Syuhada, bahkan para Nabi dan para Syuhada sama iri kepada mereka.

Para sahabat lantas bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?
Nabi Saw menjawab: Mereka adalah orang-orang yang bercinta kasih karena Allah, orang-orang yang saling kunjung-mengunjungi karena Allah dan orang-orang yang bergaul dengan baik karena Allah.

Dari hadits Nabi Saw di atas, kita dapat mengambil benang-merahnya, yakni;
Pertama, Allah Swt akan menganugerahkan beberapa mimbar kepada kaum atau kelompok yang pakaiannya cahaya dan wajah-wajahnya juga cahaya pada hari qiyamat.

Kedua, mereka itu bukan dari kalangan para Nabi dan bukan pula para Syuhada, tetapi mereka (para Nabi dan para Syuhada) merasa iri kepada golongan itu.
Ketiga, mereka adalah orang-orang yang bercinta kasih karena Allah, orang-orang yang saling kunjung-mengunjungi karena Allah dan orang-orang yang bergaul dengan baik karena Allah.

Betapa indahnya jika sesama umat Islam bersatu, kompak satu sama lainnya, saling membantu, saling mengunjungi dengan menebarkan kasih sayang, saling mencintai di antara mereka, sehingga mereka mendapat peluang yang besar seperti hamba-hamba Allah yang pakaian dan wajah mereka adalah cahaya sebagaimana diisyaratkan Rasulullah itu.

Sebaliknya, betapa meruginya bila sesama umat Islam malah saling berbenturan satu sama lain, tidak memiliki kesamaan pandang, tidak kompak dan bersatu dalam menggapai tujuan, dan seterusnya.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah bersabda: Sungguh Allah Swt berfirman pada hari qiyamat: Di mana orang-orang yang bercinta kasih karena Aku? Demi keperkasaanKu dan ketinggianKu, hari ini Aku berikan awan untuk mereka berteduh pada waktu orang tidak ada lagi tempat berteduh kecuali dari padaKu.

Diriwayatkan pula oleh Thabrani bahwa Rasulullah Saw bersabda: Allah Taala telah memberi wahyu kepada Nabi Musa AS seraya berfirman: Hai Musa, apakah engkau telah melakukan suatu perbuatan untuk-Ku sama sekali?

Nabi Musa menjawab: Tuhanku, saya telah mengerjakan shalat untuk-Mu, saya telah berpuasa untuk-Mu, saya memberikan shadaqah karena-Mu dan saya berdzikir juga untuk-Mu.

Allah Swt berfirman: Hai Musa, sesungguhnya shalat bagimu itu merupakan pertanda, puasa bagimu sebagai benteng, shadaqah bagimu sebagai bayangan (tempat berteduh) dan dzikir bagimu sebagai nur atau cahaya, maka amal perbuatan apakah yang telah kamu kerjakan untuk-Ku?

Nabi Musa berkata: Tunjukkanlah kepadaku suatu amal untuk-Mu, ya Allah?
Allah berfirman, Hai Musa, apakah engkau telah memegang suatu kekuasaan dengan rasa kasih sayang karena-Ku, dan telah memusuhi musuhmu juga karena Aku sama sekali

Nampaknya, dalam dialog itu ada kegamangan yang dirasakan oleh Nabi Musa Kalamullah ketika ditanya oleh Allah mengenai amal perbuatan yang dikerjakan karena-Nya.

Meski Nabi Musa AS telah mengamalkan ibadah shalat, puasa, shadaqah dan dzikir, hal itu dirasa masih belum cukup bagi Allah. Sebab shalat identik dengan suatu tanda, puasa sebagai benteng (perisai), shadaqah sebagai tempat berteduh, dan dzikir sebagai cahaya bagi Nabi Musa.

Itulah sebabnya, dengan mengedepankan tata krama yang baik, akhirnya Nabi Musa memohon kepada Allah supaya ditunjukkan mengenai amal perbuatan sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Ternyata, Allah Swt menjawab dengan berfirman: Hai Musa, apakah engkau telah memegang suatu kekuasaan dengan rasa kasih sayang karena-Ku, dan telah memusuhi musuhmu juga karena Aku sama sekali?

Kita dapat menarik kesimpulan dari firman Allah tersebut bahwa Dia menghendaki agar Musa dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang meliputi kekuasaan di dalamnya dengan rasa kasih semata-mata karena Allah Taala.

Bahkan, ketika Nabi Musa hendak memusuhi para musuhnya juga semata-mata karena-Nya. Artinya, bukan karena rasa kebencian, bukan karena ambisi politik dan kekuasaan, bukan karena keserakahan nafsunya, dan seterusnya.(*)

*) Penulis adalah Sastrawan, budayawan dan penulis Satupena Jatim, tinggal di Tulungagung-Jatim.