Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Tentara Ukraina Bekukan Sperma Demi Generasi

March 7, 2025 10:20
IMG-20250307-WA0053

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Ngomongkan masalah di dalam negeri tak ada habisnya. Penuh warna, kadang geram, sedih, kadang juga tertawa. Sekali-kali kita menoleh ke perang Ukraina vs Rusia yang membuat dunia suram. Terbaru, para tentara Zalensky ini membekukan sperma mereka. Kalau di sini tak perlulah di-freeze, ups. Yok, kita kupas soal membekukan tetesan kenikmatan yang melahirkan generasi baru.

Perang tak hanya merenggut nyawa. Ia juga mencuri masa depan. Di medan tempur, para tentara Ukraina bertarung dengan peluru dan rudal. Tapi di klinik-klinik kesuburan, mereka bertarung dengan waktu. Mereka datang, bukan untuk diobati, tapi untuk memastikan bahwa meskipun mereka gugur, garis keturunan mereka tak ikut mati.

Sperma mereka kini disimpan dalam tabung-tabung nitrogen, beku, tertidur dalam diam. Siap dibangkitkan kapan saja, bahkan ketika si empunya sudah menjadi nama di monumen pahlawan. Ini bukan sekadar tindakan medis. Ini adalah strategi perang. Seorang tentara Ukraina mungkin tak bisa memastikan apakah dia akan pulang, tapi setidaknya dia bisa memastikan bahwa anaknya bisa tetap lahir.

Pemerintah Ukraina tak tinggal diam. Negara ini tahu, perang bukan hanya soal menang atau kalah di garis depan, tapi juga soal siapa yang masih punya generasi setelah perang usai. Dengan program pembekuan sperma gratis bagi tentara, pemerintah memberi mereka kesempatan untuk tetap menjadi ayah dengan atau tanpa keberuntungan selamat dari pertempuran.

Krisis demografi Ukraina sudah parah sebelum perang. Populasi menyusut hampir 19 persen sejak 2022, menurut PBB. Perang membuat segalanya lebih buruk. Setiap hari, nyawa-nyawa muda melayang di medan tempur. Sementara di rumah-rumah yang hancur, pasangan-pasangan menunda kehamilan karena ketakutan. Di tengah kekacauan itu, bank sperma menjadi semacam bunker terakhir bagi masa depan.

Oleksandr, seorang tentara, datang ke klinik dengan wajah yang sama seriusnya seperti saat ia menggenggam senjatanya. Dia tahu, peluang untuk pulang hidup-hidup semakin tipis. “Kalau aku mati, istriku tetap bisa punya anak dariku,” katanya. Pernyataannya sederhana, tapi dampaknya dalam. Ia bukan hanya sedang membekukan sperma, ia sedang membekukan harapan.

Di klinik lain, Vitalii Khroniuk menggenggam tangan istrinya Anna saat mereka menunggu giliran. Mereka tak berbicara banyak, tapi tatapan mereka penuh arti. Mungkin ini terakhir kalinya mereka bersama. Mungkin esok, hanya Anna yang akan kembali ke rumah. Tapi setidaknya, jika yang terburuk terjadi, akan ada bagian dari Vitalii yang tetap hidup.

Daria Chernyshova, seorang mahasiswa 23 tahun, tak mau ketinggalan. Dia memilih membekukan sel telurnya. “Saya ingin punya anak,” katanya, “tapi bukan di tengah suara ledakan.” Baginya, ini bukan hanya soal kelangsungan keturunan, tapi juga soal memiliki pilihan di tengah dunia yang tak lagi memberi banyak opsi.

Klinik-klinik kesuburan di Ukraina kini penuh. Bukan oleh pasangan yang ingin program bayi tabung, tapi oleh pria berseragam yang datang dengan misi yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Ini bukan soal ingin menjadi ayah. Ini soal memastikan bahwa generasi berikutnya tetap ada.

Dulu, patriotisme diukur dari berapa banyak musuh yang ditumbangkan. Sekarang, patriotisme diukur dari berapa banyak sperma yang diselamatkan. Jika dulu pahlawan mati meninggalkan nama, kini mereka meninggalkan DNA. Dalam tabung-tabung nitrogen itu, tersimpan bukan hanya sel, tapi sebuah janji bahwa Ukraina akan tetap ada. Bahwa generasi berikutnya akan lahir, meskipun para ayahnya telah gugur.

So, di sini gimana? Perang tidak ada, cerita bekukan sperma, belumlah. Justru banyak sperma berceceran terutama yang suka ngaku, hanya punya satu istri. Satu di sebelah, satunya di ono, satunya di puncak, ups. Maaf, lagi puasa.(*)

#camanewak