Rosadi Jamani *)
Ilustrasi: AI/ Wak Rojam
HATIPENA.COM – Kita jalan-jalan lagi ke luar negeri. Di dalam negeri udah aman. Prabowo yang jaga. Kali ini kita ke Iran. Kasihan ni negara. Jalan udah miring-miring mau ditekan Paman Usman, eh salah, Paman Sam lagi. Sambil seruput kopi di Bundaran Kota Baru Pontianak, yok kita puas negeri para mullah ini.
Donald Trump. Pahlawan bagi sebagian orang, penjahat bagi yang lain, dan bahan meme abadi bagi kita semua. Kali ini, dia kembali dengan aksi panggung politiknya lebih dramatis dari Pagar Laut. Setelah “mengancam” Kanada, menyerang Meksiko, hingga mencoba “merampas” Greenland, mengambil alih Terusan Panama, kini giliran Iran jadi sasaran. Untungnya, Indonesia belum disinggung! Atau mungkin dia lupa nama negara kita? Siapa tahu.
Jadi begini ceritanya, wak! Trump baru saja menandatangani arahan untuk memperketat tekanan ekonomi terhadap Iran. Ya, karena dunia butuh lebih banyak drama geopolitik, kan? Alasannya? Katanya sih, Iran terlalu santai selama era Joe Biden. Terlalu banyak minyak yang mereka ekspor, terlalu sedikit sanksi yang mereka rasakan. Si rambut kuning ini datang bak pahlawan super untuk memperbaiki semuanya.
Di Ruang Oval, tempat segala sesuatu terlihat lebih megah dari realitasnya, Trump berpidato. “Mudah-mudahan kita tidak akan terlalu sering menggunakannya,” katanya tentang sanksi baru itu. Lalu dia tambahkan dengan nada ambigu nan diplomatis: “Mungkin ada kesepakatan dengan Iran. Mungkin juga tidak.” Wow, sangat meyakinkan. Seakan-akan dia sedang memesan pizza: “Mungkin saya pesan pepperoni. Mungkin juga tidak.”
Tapi tunggu dulu, ini bukan hanya soal Iran. Gedung Putih juga ingin memblokir ekspor minyak Iran sepenuhnya. Entah bagaimana caranya, tapi yakinlah bahwa Trump punya rencana brilian di balik topi merah bertuliskan “Make America Great Again”-nya. Meskipun data Bloomberg menunjukkan bahwa Iran tetap berhasil menjual minyak meski ada sanksi, Trump tetap yakin bahwa kali ini akan berhasil. Karena kalau ada satu hal yang kita pelajari dari Trump, dia selalu benar. Selalu.
Sementara itu, di sudut lain dunia, Iran sedang berjuang melawan masalah yang lebih besar dari sekadar sanksi AS. Listrik mati, mata uang jatuh, industri hancur. Semua seperti plot film apokaliptik murahan. Sekarang, Trump datang dengan ancaman baru. “Kalian tidak boleh memiliki senjata nuklir!” Seolah-olah dia adalah ayah yang marah kepada anaknya yang nekat main api di dapur.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian, seorang reformis yang mungkin lebih suka minum teh ketimbang berdebat dengan Trump. Ia hanya ingin satu hal, keringanan sanksi. Dia tahu bahwa ekonomi Iran sedang sekarat. Dia butuh solusi cepat sebelum warganya mulai menggunakan lilin sebagai sumber energi utama. Tapi apa daya, Trump tidak peduli. Baginya, Iran harus patuh atau… ya, entahlah. Mungkin dia akan tweet sesuatu yang absurd lagi.
Tapi tunggu, ada lagi. Selain menekan Iran, Trump juga memutuskan untuk mundur dari inisiatif pengungsi dan HAM PBB. Kenapa? Karena, well, kenapa tidak? Lagi pula, siapa yang butuh organisasi internasional ketika ente bisa membuat kebijakan sendiri. AS kan polisi dunia. “Suke-suke die,” kata budak Pontianak.
Dia bahkan memulai tinjauan besar-besaran terhadap pendanaan AS untuk organisasi global lainnya. Ilmu pengetahuan? Pendidikan? Kebudayaan? Oh, itu semua pasti omong kosong liberal yang tidak penting. Yang penting adalah memastikan Iran tidak mendapatkan senjata nuklir. Atau setidaknya itulah yang dikatakannya saat makan burger di Mar-a-Lago.
Apa yang bisa kita pelajari dari semua ini? Bahwa Trump adalah aktor utama dalam drama geopolitik. Dia mengancam Iran, menekan China, dan bahkan pernah ingin membeli Greenland. Sungguh, jika dunia adalah film, Trump adalah karakter utama yang selalu mencuri perhatian. Entah karena aksinya yang heroik atau karena keputusannya yang bikin geleng-geleng kepala.
Sementara kita semua menonton pertunjukan ini. Satu hal yang pasti, Indonesia masih aman. Untuk sekarang. Tapi siapa tahu besok pagi Trump bangun dengan ide gila baru, “Indonesia punya sawit? Blokir!” Ah, mari nikmati kedamaian ini selagi bisa. (*)
#camanewak
*) Ketua Satupena Kalimantan Barat